Nafas Terakhir Si Jelita (II)

5.6K 1.3K 142
                                    

 
 
 
    Jaemin menyesap kopi yang disediakan oleh wanita bergaun merah maroon di hadapannya. Cukup lama mereka tak membuka percakapan karena tampak jika wajah angkuh wanita itu sangat tak ingin diganggu. Tampaknya kedatangan Jaemin tak disambut baik disini.
 
 
  "Jadi kau ingin terus diam sampai Jerman mulai mendirikan partai komunis di negaranya?" Tanya Jaemin.

    Wanita itu menatap Jaemin, lalu menghela nafas, "aku tak punya hubungan khusus dengan Nyonya Aylmer."

  "Aku tau kau berbohong, Nona. Kau beberapa kali membintangi drama yang sama dengannya. Bahkan aku kira, kau tahu jika nyawa Nyonya Irene tak lama lagi."

    Wanita di hadapan Jaemin mendengus kesal, "memangnya apa yang kau ketahui tentang kehidupan dia, anak muda? Apa pula yang membuatmu berfikir ini kasus kejahatan? Kau tak akan pernah tahu jika mungkin dia dia memiliki tekanan batin sehingga membuatnya bunuh diri."

  "Tak ada tanda tanda bunuh diri." Ucap Jaemin.

  "Kau menuduhku?" Tanya wanita itu.

    Jaemin tertawa sebentar, "oh tentu tidak, bukankah sudah kukatan? Aku hanya ingin kesakaianmu Nona Seohyun, sehingga aku bisa menyusun kronologi kematian wanita malang itu."

  "Apakah hal yang terjadi sebelum dan setelah kematiannya sangat penting?" Tanya wanita bernama Seohyun itu.

    Jaemin mengangguk, "kronologi mengambil delapan puluh persen kesuksesan pemecahan sebuah kasus, Nona.."

  "Siapa pembunuhnya?" Tanya Seohyun.

    Jaemin menggeleng tak tahu, "entahlah, seorang anti fans, mungkin?"

  "Irene hampir tak nemiliki anti fans, jikapun ada, tak mudah untuk membunuhnya karena pengawalan ketat baik di kediamannya, dan tempat kerjanya."

    Jaemin menulisnya di note kecilnya sambil terus tersenyum. Membuat Seohyun tak nyaman karena merasa terintimidasi oleh pemuda di hadapannya ini.

    Seohyun menghela nafas, "Kemarin lusa, Irene mengatakan padaku jika tubuhnya tak terlalu sehat akhir akhir ini. Dia merasa pusing, namun tentu saja itu bukan tentang titanus."

    Jaemin tertawa kecil, "bahkan kau menganggap jika itu mungkin bukan titanus."

  "Tentu saja," Seohyun mengubah posisi duduknya, "dia bukan orang yang ceroboh, apalagi menyangkut keselamatannya. Dia terlalu hati hati jika harus berakhir karena titanus."

  "Apakah dia hanya berkata jika tubuhnya tak sehat padamu?" Tanya Jaemin.

    Seohyun mengangguk, "hanya itu, dan aku pergi ke Equalle untuk menghadiri drama musikal. Aku baru pulang ketika kabar tentang kematian Irene mulai menyebar."

  "Oh? Baguslah, kau bisa gunakan itu untuk alasan jika polisi mencurigaimu. Terima kasih atas waktumu Nona, maaf jika sempat membuatmu tak nyaman."

    Jaemin berdiri dari duduknya, membungkukkan tubuh sebentar dengan sopan, lalu memakai topinya. Pergi dari sana sambil sesekali mengetuk pelan kepalanya dengan jarinya.

  "Lalu kematian utamanya apa?" Gumam Jaemin.

  "Hanya beberapa luka gores kecil, tak ditemukan tanda tanda bunuh diri, ataupun keracunan. Tapi jikapun dia keracunan, pastinya akan sangat mudah menyelidikinya. Atau mungkin—"

    Jaemin berlari kecil, jika tebakannya benar, dia akan sangat bangga dengan dirinya. Well, pikirikan itu nanti, sekarang dia harus kembali ke Akadami. Siapa yang perlu kronologi jika ada mesin penata peristiwa seperti Jaemin?
  
  
   
    Jeno dan Hyunjin tiba di kediaman Aylmer pukul tiga sore, sebenarnya mereka sedikit lelah karena ternyata akses masuk kereta kuda tanpa ijin lengkap dari keluarga Aylmer dilarang, jadilah mereka harus berjalan sekitar 5 kilometer dari tempat kereta kuda mereka berhenti.
  
  
  "Kau lelah, Jeno?" Tanya Hyunjin.

[✔] Klub 513 | vol.1 | Ep.1,5 : MEMOARWhere stories live. Discover now