Bab 25

140K 13.3K 728
                                    

Beby tersenyum ketika melihat orang yang ia cari sudah terlihat dimatanya dan ternyata sedang bersama abangnya. Ia mendekat ke arah kedua lelaki itu. Dengan paper bag yang sudah berpindah ke pelukannya.

Sementara Nio berdiri dengan kaku kala adiknya berjalan mendekat.

"Tadi aku cari kak El, ternyata sama bang Nio." Ujar Beby lugu. "Beby mau kembalikan sera--"

Belum sempat menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba Nio menarik pergelangan tangannya. Apalagi paper bag yang ia sodorkan terjatuh begitu saja.

Dengan tubuh mungilnya, Beby berusaha menyamai langkah kaki Nio yang terbilang lebar. Beby menengok ke belakang, sekedar untuk melihat sahabat abangnya. Disana Elan hanya menatap kepergian mereka dengan raut wajah yang sulit diartikan.

***

"Abang! Kita mau kemana?" Beby bertanya dengan nada panik.

Pasalnya mereka sekarang tengah memasuki mobil-yang memang saat pagi tadi mereka berangkat menggunakan mobil karena motor Nio disita oleh Damian-padahal bel masuk akan berbunyi sebentar lagi.

Beby menoleh ketika tak mendengar jawaban dari abangnya. "A-abang?"

Nio menghembuskan napas pelan. "Kita mau jalan-jalan."

Mata Beby membeliak, "maksudnya kita bolos?!" serunya.

Nio terkekeh kecil, ia mengulurkan tangannya guna untuk mengacak rambut Beby. Lalu ia beralih, mulai mengemudi.

"Nanti dimarahi, abang!" Beby merengut.

"Itu biar jadi urusan abang, Baby." Ucap Nio, "sekarang abang ingin habisin waktu berdua sama Beby."

Beby menghela napas dan mengangguk pasrah.

Kemudian keheninganlah yang menemani perjalanan mereka. Hanya bertahan beberapa detik karena Beby kembali bertanya pada Nio. "Abang tadi bertengkar sama kak El ya?"

Nio menoleh singkat, "Beby dengar sampai mana?" Bukannya menjawab, Nio justru balik bertanya.

Membuat Beby menelengkan kepala sembari mengedip-ngedipkan matanya. "Lupa," ringisnya.

Nio tertawa kecil mendengar jawaban sang adik. Namun terselip rasa lega dihatinya, jika Beby tak tahu bahwa pertengkaran kecil 'mereka' bersangkutan dengan dirinya.

"Ih abang jangan diketawain!" Pekik Beby, pipinya mengembung seraya melipatkan tangan diatas perut.

"Soalnya Beby lucu," balas Nio dengan mata yang masih fokus ke jalanan.

"Tapi, walaupun Beby gak tau masalah abang sama kak El. Kalian harus segera berbaikan, gak baik tau bertengkar lama-lama sama teman. Salah atau nggak, pokoknya abang harus minta maaf duluan gak usah malu. Karena itu tandanya abang berusaha buat menghargai pertemanan kalian." Nasihat Beby dengan cakap.

Nio tersenyum, "wah.. adik abang ternyata bijak ya. Pandai berkata-kata."

Beby mengangguk antusias. "Itu kata-kata dari google abang, Beby menghafalnya. Tadi dikelas ada temen Beby yang berantem, pukul-pukulan dan gak ada yang berani buat melerai. Jadi Beby sempet tanya google, caranya misahin orang berantem gimana." Ceritanya panjang lebar.

Perkataan Beby, membuat Nio tak tahan untuk tidak tertawa. Ia bahkan sempat mengeluarkan sedikit air mata diujung, yang langsung diusapnya.

Setelah tawanya mereda, Nio menujulurkan salah satu tangannya untuk mengacak rambut Beby lagi. "Adik abang kenapa gemesin gini sih!"

Beby and Brother's [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang