BAB 10 | UANG DAN NYAWA

500 45 0
                                    

Selamat Membaca Kisah
Perjalanan Mereka

Now Playing : Pasha feat Adel - Penghujung Cintaku

***

BAB 10 | UANG DAN NYAWA

Kedua nama itu memang di pelukan, tapi kalau kalian ada di posisi sulit manakah yang akan kalian pilih?

***

Setelah terdengar pintu utama kembali di tutup, Ridwan segera menyeret seseorang itu yang hendak menemui keluarganya. Bukan apa-apa karena ia takut ada orang jahat yang akan menyakiti keluarga nya, sebenarnya mereka tidak pernah mendapat masalah besar. Namun konflik keluarga membuat mereka selama 12 tahun harus berurusan dengan masalah yang itu yang membuat mereka muak sendiri.

Ridwan mendorong orang itu ke tembok jalan menuju rumahnya dengan begitu keras "Lo mau ngapain hah!! Lo mau mencuri ya!!" teriak Ridwan yang hampir melayangkan pukulannya.

"Enggak! Enggak! Gue kesini cuma, cuma," gugup Ady yang takut akan di habisi oleh Ridwan. "Cuma apa? Cepat jawab!!!" bentak Ridwan yang terus menguatkan tangannya di kerah baju Ady.

"Cuma mau nagih, uang ganti rugi kemarin malam," jawab cepat Ady. Mendengar jawaban itu Ridwan langsung melepaskan cengkraman dan langsung mengambil uang yang di dompet itu beberapa uang seratus ribu ia keluarkan, lalu ia mengambil tangan Ady dan menyerahkan uang itu.

"Nih, uang ganti rugi kemarin! Sekarang kita impas kan. Mulai dari sekarang lo jangan ganggu gue dan keluarga gue lagi, sekarang lo pergi dari sini. Pergi!!" usir Ridwan. Ady hanya tersenyum sambil menghitung uang itu "makasih ya uangnya. Gue janji gak akan ganggu lo lagi, hahahahaha," ucap Ady berjalan meninggalkan Ridwan dengan tawa yang jahat.

Ridwan menatap kepergian Ady. Dan kayaknya dari auranya ia harus hati hati dan waspada sama orang ini. Rupanya memang benar ancaman baru akan segera di mulai dan Ridwan tidak mau itu terjadi, pokoknya bagaimana caranya ia harus bisa menghindari masalah agar tidak terus membebani keluarga nya lagi apalagi kepada Rara.

***

Di tempat lain, setelah menjemput Gunawan pulang sekolah dalam kondisi yang tidak baik membuat Irsya sedikit agak tidak fokus dalam menyetir, ia beberapa kali menengok ke arah kiri menatap Gunawan yang beberapa kali mengatur napas nya naik turun. Melihat kondisi Gunawan seperti itu membuat Irsya menghentikan laju kendaraannya dan mengecek keadaan adiknya itu.

"Gun, kamu gapapa? Dari tadi Abang perhatiiin kamu terlihat sesak," tanya Irsya khawatir. "I..Iyah.. bang..napas Gun dari tadi sesak...sampai sekarang... Gun gak kuat bang..." jawab Gunawan terbata-bata sambil mengatur napasnya yang terus naik turun.

"Ya sudah, kalau gitu kita langsung ke rumah sakit, kamu harus kuat ya. Kebetulan Abang bawa tabung oksigen untuk kamu, untuk jaga-jaga. Sekarang kamu pakai dan hirup semampu kamu," ucap Irsya sambil mengatur tabung oksigen untuk Gunawan.

Irsya menancapkan gas dengan kecepatan tinggi untuk menuju rumah sakit, sementara itu Gunawan berjuang  bernapas semampu nya agar tetap tersadar. Kalau sampai dirinya tidak sadar maka jantung nya tengah berhenti dan itu sungguh membuat nyawanya semakin terancam. Untung saja pada hari ini tidak macet, walaupun terbilang sudah masuk jam pulang akan tetapi tuhan masih membantu dirinya untuk menyelamatkan anaknya.

Setelah sampai Irsya langsung turun terlebih dahulu dan memanggil suster untuk mengambil blangkar dan juga tabung oksigen milik rumah sakit. Setelah itu Irsya memapah Gunawan yang setengah sadar menuju blangkar dan langsung membawanya ke ruangan ICCU. Irsya langsung menggunakan jas putih nya dan segera memasang alat alat pendeteksi jantung kepada tubuh Gunawan, masih dalam kondisi sadar Gunawan tidak henti hentinya menatap langit dan berusaha menahan sang malaikat pencabut nyawa untuk membawa roh nya ini.

Sementara Irsya sibuk mencari obat untuk menenangkan Gunawan. Akhirnya obat bius ia dapatkan dan langsung di suntikan ke tangan Gunawan. Perlahan-lahan Gunawan mulai tenang dan langsung tertidur karena pengaruh obat bius, sekarang jantung Gunawan benar-benar dalam kondisi tidak baik hentakkan irama jantung tidak stabil dan bisa bisa membuat jantung nya seketika berhenti begitu saja.

Irsya hanya menghela napasnya mengecek irama jantung Gunawan. Awalnya masih terdengar irama walaupun tidak stabil namun di detik berikutnya irama nya benar benar terhenti. Dan itu menandakan bahwa memang benar jantung Gunawan telah berhenti. Irsya mulai membuka paksa baju Gunawan yang masih berseragam sekolah sementara itu satu suster yang baru datang langsung menghidupkan mesin defiblirasi untuk membuat efek kejut kepada jantung Gunawan.

"Nurma sudah siap," ucap Irsya memberikan aba-aba. "Siap dokter," jawab Nurma. Irsya langsung memutar alat itu dan mulai di kejutkan kepada dada Gunawan.

Deg

Namun irama detak jantung Gunawan masih datar, dan lalu menyuruh Nurma menaikan level alat itu ke mode sedang dan Irsya melakukan langkah yang sama seperti di awal hanya saja dengan level sedang.

Deg

Masih sama, datar belum terdengar irama nya. Kalau sampai yang ketiga ini iramanya tidak muncul juga Irsya siap siap kehilangan adik angkatnya dan akan merasa bersalah sepanjang hidupnya karena tidak bisa menjaga adiknya dengan baik. Irsya kembali memerintahkan Nurma menaikan ke level tinggi. Dan Nurma mengangguk dan melakukan hal itu.

Doa Irsya begitu khusu dan pasrah berharap keajaiban akan datang kepada adiknya. Dan saat hentakan ketiga.

Deg

Berharap keajaiban akan berpihak kepada Gunawan. Garis datar langsung berbunyi nyaring, Irsya kehilangan semangat hidupnya dan tidak percaya bahwa ia sudah gagal menyelamatkan adiknya. Namun tidak lama berselang bunyi nyaring itu mulai berbunyi berdasarkan irama biasanya dan juga garis di alat itu tidak lagi datar melainkan bergelombang seperti biasa.

Irsya sangat senang dan mulai menangis haru, akhirnya Gunawan bisa melewati masa kritis nya. Akhirnya Gunawan masih diselamatkan, "terimakasih Gun, kau sudah berusaha untuk tetap hidup," ucap Irsya pelan.

Akhirnya Irsya keluar dari ruangan itu membiarkan Gunawan beristirahat di ruangan sampai keadaan nya benar benar stabil. Hingga akhirnya ia masuk ke ruangannya dan mulai duduk di kursinya. Keringat bercucuran Irsya di  hiraukan napasnya yang terus memburu membuat ia harus mengontrol napasnya. Hingga akhirnya pintu utama terbuka dan munculnya sosok suster yang tadi telah membantu nya.

"Permisi dokter Irsya," sapa Nurma ramah. "Silahkan masuk Nur. Ada apa ya?" tanya Irsya.

"Ini dok hasil pemeriksaan Gunawan, kalau di lihat dari hasilnya kita harus melakukan sesuatu kepada Gunawan. Seperti memasang alat atau apapun itu," ucap Nurma memberikan saran. "Aku juga berpikiran seperti itu Nur, tapi apa itu tidak terlalu beresiko," ucap Irsya bimbang.

"Saya hanya suster dok, sekedar memberikan saran. Mungkin dokter Irsya lebih tahu paham dan tahu cara yang terbaik menolong adik dokter." Nurma benar, seharusnya ia tidak harus bingung akan tetapi hanya memilih dan memilah cara yang terbaik untuk Gunawan. "Baiklah Nur, makasih sarannya. Silahkan kembali ke ruangan kamu," ucap Irsya mempersilahkan Nurma meninggalkan ruangannya.

Nurma akhirnya pamit dan setelah itu Irsya segera menghubungi seseorang dengan telepon pribadinya.

***

Tbc.

Yeyeyeye akhirnya Lis bisa update lagi. Bagaimana dengan bab ini apakah kalian cukup deg-degan saat Gunawan sedang kritis, memang itulah cara bagaimana apabila henti jantung telah datang maka harus di kejutkan dengan listrik dari alat itu. Setelah Gunawan berjuang, kalian mau siapa lagi yang di suruh berjuang?

Rara? Atau pemeran lain?

Jangan lupa vote and coment 👧
Tinggalkan Jejak 👣


Lis_author

(TERBIT) DLS [3] Goodbye And Go ✓  Where stories live. Discover now