Blush.

Hei, ada apa dengan gadis ini? Sejak kapan wajahnya bisa memerah hanya karena pujian dari seorang Lee Jeno?

Please Jen jangan senyum gitu!

"Gembel lo!" celetuk Zahra.

Gadis itu menunduk memainkan boneka mochi di tangannya, mencoba untuk tidak kentara sekali bahwa dirinya sedang salah tingkah.

Denting ponsel menarik perhatian Zahra. Jeno merogoh kantong celananya dan membuka sebuah pesan yang ternyata dari Taehyung.

Taehyung : Besok pagi jangan terlambat

Jeno memasukkan kembali ponselnya dan menatap Zahra yang ternyata mengamatinya sejak tadi. Laki-laki itu mendeham, ada rasa yang tidak bisa diucapkan, walau dalam hatinya dia ingin sekali mengatakan itu kepada Zahra.

"Ra—"

Zahra mendongak menatap wajah Jeno yang terlihat risau. "Kenapa?"

"Gue—"

Pintu di samping mereka perlahan terbuka. Menampilkan Si CEO JCorp yang memandang Jeno tidak suka dan beralih ke arah Zahra yang kini tengah mengalihkan pandangan.

"Zahra ... kita perlu bicara," ujar Jaehyun.

Jeno menatap gadis di depannya. "Jen, gue masuk dulu. Sorry gak bisa anterin lo ke depan," ucap Zahra.

Usapan kecil kembali Zahra rasakan di atas kepalanya. "Makasih buat hari ini."

"Makasih juga. Ya udah gue masuk dulu."

Zahra berjalan masuk tanpa menatap Jaehyun sedikitpun. Membuat pria dewasa itu sedikit tidak enak hati.

"Kalian ada masalah?"tanya Jeno.

"It's none of your business!" kata Jaehyun tajam.

Laki-laki pemilik dimple itu berbalik berniat masuk ke dalam rumah Zahra. Tapi baru satu langkah, kalimat yang Jeno ucapkan mampu membuat langkahnya berhenti.

"Jagain Zahra buat gue."

Jaehyun kembali menghadap Jeno. Menelisik laki-laki itu, seperti ada yang aneh dengan sikap Jeno.

Jeno menyerahkan ponselnya ke hadapan Jaehyun. Bukti tiket pesawat yang baru saja Taehyung kirimkan terpampang di sana.

"Besok gue pergi. Sorry kalau selama ini gue selalu nyalahin lo, jujur gue tertekan setiap papa bandingin gue sama lo maupun sama Bang Dery. Maka dari itu gue pelampiaskan rasa kesal gue ke lo bang—"

Menatap wajah Jaehyun yang masih memandangnya datar membuat Jeno tersenyum kecut. "Gue tahu, gue gak pantes dapetin maaf dari lo semudah itu. Zahra terlalu baik bisa maafin gue yang brengsek ini. Dia masih mau berteman sama gue setelah semuanya udah gue perbuat."

"Lo gak akting kan?" Pertanyaan itu entah mengapa muncul dalam pikiran Jaehyun.

Seorang Jeno taubat, yakin?

Menarik napas dalam dan menghembuskan pelan. Jeno meraih gantungan mochi dari dalam sakunya. "Gue titip ini buat Zahra. Gue pamit."

Jeno pergi dari hadapan Jaehyun. Percuma saja ia meyakinkan seseorang yang jelas-jelas tidak ada sedikitpun rasa percaya kepadanya.






• Mask •








Suara ketukan pintu membuat Zahra harus mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam kamar mandi.

Gadis itu bergegas membuka pintu dan ternyata Jaehyun yang berdiri di depan kamarnya.

"Zahra kita perlu bicara. Aku mau luruskan semuanya."

Zahra memilih menutup pintu kamarnya lagi tanpa menjawab ucapan Jaehyun.

"Ra, maafin kakak." Jaehyun menahan pintu kamar gadis itu dengan kaki kanannya.

Zahra tetap kukuh menutup pintu, walau dia melihat raut wajah Jaehyun yang menahan rasa sakit di kakinya.

Menghela napas berat, Zahra mengalah untuk membuka pintu kamarnya.

"Aku capek, Kak Jaehyun bisa pulang," ujar Zahra mencoba sabar.

"Tapi, Ra ... ada yang harus aku kasih tau ke kamu."

Dengan cepat Zahra menutup pintu kamarnya sebelum Jaehyun menyadari.

"Ra, ini soal Jeno!"

Mendengus pelan, gadis itu melanjutkan langkahnya menuju kamar mandi setelah mengunci pintu kamarnya.

"Paling juga dia mau jelek-jelekin Jeno," gumam Zahra.

Zahra tidak tahu bahwa di balik pintu itu, Jaehyun masih berharap agar Zahra bisa mendengar suaranya.

"Jeno bakalan pergi ke London besok pagi. Kalau emang kamu nyaman sama dia, cegah dia Ra. Jangan biarin dia pergi ..."

"Aku suka sama kamu. Tapi aku tahu kamu bahagia sama Jeno."

"Aku harap kamu dengar ini Ra."

Dia berbalik dan melangkah meninggalkan pintu kamar Zahra. Semoga Zahra mendengar semua ucapannya, hanya itulah yang Jaehyun harapkan.

Tapi sayang ...

Dia—Zahra Aldercy. Dengan senyum yang merekah tengah membasuh tubuhnya di bawah guyuran shower dengan alunan musik dari negeri ginseng yang memenuhi ruangan berdinding keramik itu.

Pungseon buleo bwa
Nuga nuga deo keojilkka
Jasin isseo budeureon Chewing gum
Josimseure
Nege nege deo dagaga
Teojil deut bupun 
Nae mameun Chewing gum
Chew-chew-chew-chew chewing gum
Chew-chew-chew-chew
Chew-chew-chew-chew-chew
Chew-chew-chew-chew chewing gum
Neoneun nae Chewing gum

[🎵NCT Dream - Cheewing Gum]


Dalam bayangannya, dia sedang berada di padang rumput yang luas sekali. Menyanyi dengan bahagia seakan-akan segala bebannya terlepaskan. Ah, rasanya lega jika itu semua terjadi.

Andai saja gadis itu bisa bahagia seperti 15 tahun lalu. Tidak ada tekanan dari ayahnya dan pastinya ia akan sangat bahagia karena memiliki Hendery yang bisa menjadi sandarannya dikala sedih.

Tapi angan tetaplah angan. Tidak akan terjadi. Apalagi mengingat Ayahnya yang sangat perfeksionis.

Zahra segera menyelesaikan aksi mandinya dan meraih handuk di dekat pintu. Sebelum dia keluar untuk segera memakai pakaian.

Mendengar tak ada suara di luar kamarnya. Gadis itu menggelengkan kepalanya pelan.

"Sekali bikin kecewa, buat apa gue percaya lagi sama dia?"

Kalau saja kamu tau Zahra, beberapa menit lalu, Jaehyun, laki-laki yang sempat menjadi pelabuhan 'mu sudah memilih mundur, membiarkan kau bahagia dengan yang lain.




Kalau saja kamu tau Zahra, beberapa menit lalu, Jaehyun, laki-laki yang sempat menjadi pelabuhan 'mu sudah memilih mundur, membiarkan kau bahagia dengan yang lain

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.
Mask | Jeno ✔️Onde histórias criam vida. Descubra agora