Chapter 4: Kepingan Memori Part 1

6.3K 305 16
                                    

Bunyi khas perpindahan jarum jam terdengar. Mengisi keheningan di dalam sebuah ruangan.  Ditambah dengan pacuan detak jantung yang makin menjadi, membuat suasana gugup semakin kentara. Pada ruangan itu, berada empat orang manusia yang sedang duduk mengitari meja bundar. Raut penuh keseriusan terlihat begitu kental pada paras masing-masing insan.

Salah seorangnya, gadis blonde bernama Erica menggeser tangan kanannya. Perlahan menjulur ke arah depan guna mengambil salah satu dari dua kartu yang tengah berada di tangan salah seorang gadis berambut hitam panjang di seberang.

Dengan elegan, dia menarik kartu itu. Kemudian menghadapkan bagian depannya ke bawah sebelum membaliknya. Gadis itu terperanjat kemudian, diiringi suara srak tertahan di kerongkongan. Perlahan kartu itu jatuh ke lantai dan terbuka dengan sempurna. Sungguh nuansa dramatis yang terlalu dibuat-buat.

“Sayang sekali. Kau kalah lagi.”

“Itu joker! Ahahaha! Erica memang payah kalau main kartu!”

Dua orang pemuda di sebelah-Rico dan Paco tertawa tak tertahan. Membuat Erica menunduk lesu, semakin suram. Gadis pirang itu kemudian bersuara dengan lantang.

“Satu kali lagi! Kali ini akan aku kalahkan kalian semua!”

“Dari tadi kau selalu mengatakan hal itu.”

Komentar dari gadis berambut hitam panjang-Trista spontan mengundang gelak tawa yang semakin menjadi dari dua pemuda di sebelah. Mereka berempat nampak asyik berkutat dengan dunianya, sampai-sampai tidak menghiraukan seseorang yang sedari tadi tengah berdiri kesal di depan pintu masuk.

“Kalian ... malah asyik main kartu ... di rumahku! Dan lagi! Kenapa perempuan itu juga ada di sini!”

Orang itu-Ramon Wolfgang mengacungkan tangan ke arah Trista. Disambut dengan tatapan dingin tak bersalah dari yang ditunjuk.

“Kalau mau ikut bilang saja, muka kuda.”

Ramon menepuk pelan dahinya. Senyum pahit perlahan terlukis. Jelas saja, rumah yang dahulu dipenuhi kehidupan masa muda nan tenang kini telah hancur lebur. Mulai dari kemunculan dari gadis melayang menyebalkan, trio alay, gadis aneh suka bacot menusuk hati.

Bahkan dia sempat berurusan dengan gadis kelas satu yang sering menggebrak pintu kelasnya saat istirahat makan siang menjelang (lihat kembali di chapter satu). Ya, gadis itu, memiliki rambut hitam kecoklatan yang dikuncir kuda, bernama Aisha Aurora. Beberapa hari yang lalu, karena suatu hal, Ramon terjebak dan dipaksa untuk meladeni gadis tersebut untuk bermain di sebuah game center. Jangan salah, karena permainan mereka berdua bagaikan pertempuran antara dua musuh abadi. Sejak saat itu, hubungan mereka berdua semakin rumit.

Yang jelas, semua masalah ini berdatangan semenjak Ramon dihantui oleh sesosok makhluk aneh. Andai saja dia bisa kembali ke masa lalu, Ramon tidak akan menyapa gadis di semak-semak waktu itu, sehingga kehidupan tenangnya akan terus berjalan. Penyesalan memang selalu datang di akhir.

Trista berdiri, lalu melangkah melewati Ramon, hingga sampai ke area dapur. Dia membuka kulkas, mengambil sekaleng minuman soda, kemudian meminumnya. Gadis itu berbalik. Iris birunya menampilkan sesosok pemuda yang tengah menatap kaleng minumannya dengan tatapan kesal.

“Jangan khawatir. Minuman ini aku beli dengan uangku sendiri.”

“Tidak ... bukan itu masalahnya....”

“Oh iya, mana Verdammt? Ada sesuatu yang ingin aku tanyakan padanya.”

“Dia ... ya ... kami terpisah beberapa saat yang lalu.”

Sebenarnya bukan sekedar terpisah, tetapi memisahkan diri. Bos tempat Ramon bekerja menyuruhnya untuk mengantarkan buku ke rumah seseorang. Padahal biasanya yang mengemban tugas semacam itu adalah Lisa-rekan kerja Ramon. Tetapi karena Lisa sedang kurang enak badan, jadi terpaksa Ramon lah yang menjadi pengganti. Walaupun sempat menolak, pemuda itu langsung kalah telak dan tidak bisa melawan banyak setelah mendapat ancaman dari atasan.

Lonely GhostWhere stories live. Discover now