Chapter 4.5

3.2K 250 4
                                    

Burung camar berterbangan, mengisi langit senja, berlomba menuju peraduan. Sungai kecil mengalir tenang namun cukup cepat untuk menghanyutkan. Sayup-sayup angin dingin mengidung. Jengah menciptakan sebuah keheningan.

Seorang gadis kecil, duduk sembari memeluk lutut beberapa meter di dekat sungai yang diapit oleh bukit kecil. Dia menarik ujung topi bundarnya. Berusaha menyembunyikan wajah bekas tangisan. Meskipun masih terdengar suara isakan.

Siluet bayangan terlihat mendekat dari belakang. Kemudian sang sosok berhenti tepat di sebelah gadis tersebut.

“Jangan pikir menangis bisa menyelesaikan masalah. Berusaha membuat orang lain kasihan lalu menuruti permintaanmu dengan cara itu? Pemikiran yang bodoh sekali.”

Gadis di sebelah semakin mengeratkan pelukannya. “D-diam kau! Jangan sok mengerti! M-memangnya aku ... harus bagaimana....”

Sesaat setelah pernyataan itu, sosok di sebelah melepaskan topi yang dikenakan sang gadis secara tiba-tiba. Hingga rambut hitam kecoklatan sebahu milik gadis itu tergerai, menyatu dengan sinar senja, memaksanya untuk menatap sang lawan bicara.

Iris coklatnya menampilkan seorang pemuda berambut hitam yang tidak sedang menatapnya balik. Fokus gadis itu lalu tertuju pada tangan kiri pemuda tersebut yang memegang topi yang barusan ia kenakan, yang kemudian membuang topi itu jauh-jauh ke depan, hingga bersatu dengan air sungai dan hanyut terbawa arus.

Gadis tadi berdiri seraya memasang wajah panik.

“K-kau! A-apa yang kau laku-

“Bertarunglah! Hadapi dengan wajah terbuka! Semua tidak akan selesai jika kau terus bersembunyi!”

Masih dengan mulut terbuka, gadis tadi terdiam. Perlahan ekspresinya mulai berubah. Semakin kental menunjukkan sebuah amarah. Topi bundar tadi adalah hadiah ulang tahun dari ibunya. Hadiah sebelum suasana keluarganya berubah. Hadiah penuh kenangan dari kebahagiaan.

Pemuda yang membuang topi tadi berbalik. Namun kepergiannya tertahan saat suara bentakan terdengar.

“Kau! Dengar ya! Aku ini perempuan yang kuat! Dan ingat baik-baik!"

"...."

"Suatu hari nanti, aku pasti akan membuktikan kemampuanku padamu! Aku ... aku ... benar-benar membencimu! Benci!”

Lonely GhostWo Geschichten leben. Entdecke jetzt