Chapter 6.5

2.6K 238 10
                                    

Di mana aku?

Ah ... rasa nyaman ini membuat tubuhku serasa enggan untuk beranjak dari sofa. Begitu empuk. Juga menghanyutkan. Apalagi saat menyaksikan punggung seorang wanita yang sedang memasak.

Eh?

Tunggu dulu....

Tata letak ini.

Warna dinding ini.

Perasaan ini.

Tidak salah lagi.

Ini adalah dapur rumahku.

Dan wanita itu....

"Ibu?"

Tiba-tiba pemandangan beralih. Dengan aku yang sedang berdiri di dekat pintu, dan ibuku yang duduk selonjor di atas kasur.

A-aku ... apa yang mau aku lakukan tadi....

Oh iya, besok adalah hari ulang tahun ibu. Dan aku mau memberikan sesuatu yang spesial pada beliau. Sebuah permainan okarina dengan melodi yang sering ibu mainkan dulu. Pasti ibu akan senang.

Tapi ayah bilang ... jaga ibu hari ini....

Ah, keluar sebentar kan tidak apa-apa. Lagipula aku masih tidak terlalu lihai. Aku mau latihan di taman, dan bertemu dengannya.

Segera aku berbalik. Namun kaki ini tidak bisa dilangkahkan. Begitu berat. Hingga suara dari belakang terdengar.

"Jangan pergi...."

Gelap.

Pemandangan perlahan tergantikan. Suasana taman pun datang. Begitu sepi. Hanya ada aku seorang, di sana, di dekat kolam kecil, dinaungi oleh langit senja.

Tunggu dulu ... tadi ... apa yang terjadi?

Aku tidak bisa mengingatnya.

Oh iya! Okarina ini! Aku mesti menguasainya sebelum hari esok. Ibu pasti akan terkejut. Yap! Ini adalah kejutan yang bakalan luar biasa!

Sebelum aku mulai meniup, sesuatu di belakang menarik perhatianku. Yang entah bagaimana aku menyadari sesuatu tersebut.

Aku berbalik.

Aku menatapnya.

Aku tersenyum.

Dia pun ikut tersenyum.

Lalu kami berpisah.

Ditandai dengan decitan roda.

"Beliau terkena serangan jantung mendadak. Dan kini, sudah terlambat. Andai saja beliau diberikan pertolongan sedikit lebih cepat, nyawa beliau mungkin dapat terselamatkan."

"Ramon! Kenapa kau meninggalkan ibumu waktu itu?! Ayah sudah bilang kan untuk menjaga Ibu!"

.

.

.

Rasa pegal menghinggapi punggungku. Baru saja bel sekolah dibunyikan. Bunyi yang membuatku keluar dari alam bawah sadar. Uapan malas tak khayal keluar dari mulut.

Tadi aku ... mimpi apa....?

Dan juga, bel tadi itu....

Oh iya, melihat kelas yang sudah mulai sepi membuatku ingat bahwa sekarang sekolah sudah berakhir.

"Yo, Ramon. Sudah sadar rupanya."

Suara itu datang dari Rico yang berdiri di sebelahku. Ah, tumben dia (sepertinya) menungguku untuk bangun. Sedangkan Verdammt berdiri di sebelahnya, dengan memasang tatapan ke arah lain seraya bergaya layaknya orang bersiul.

Dengan gontai, aku bangkit dari bangku, lalu melakukan perenggangan tubuh.

"Ayo ke rumahmu bareng."

Eh? Tumben Rico mengajak pulang bareng. Biasanya dia akan pergi ke bersama Paco dan Erica, kemudian menjajah rumahku.

Tapi, ya sudahlah. Aku merasa tidak ingin memperunyam masalah sekarang.

Kami pun berjalan beriringan. Dengan posisi dia dan Verdammt berada di belakangku.

Tapi ... sepanjang perjalanan, entah kenapa aku merasa setiap orang yang aku lewati terlihat menahan tawa.

Eh? Tunggu dulu. Ini bukan serasa, tapi begitu nyata.

Apa wajahku pasca bangun tidur begitu lucu?

Setelah berjalan cukup lama, kami berpapasan dengan Trista dan Aisha di koridor. Tentunya mereka menyadari kehadiran kami. Aisha pun menyapa.

"Yo, Ra ... mo.... Pffth.... Ahahahah!!!!!"

Aisha sukses tertawa lepas. Sementara Trista di sebelahnya membuang muka, berusaha menahan tawa.

Eh? Ada apa ini!?

"O-oi!? Apa yang lucu?!"

"M-mukamu ... pffh...." Trista bersuara dengan sekuat tenaga. Dia merogoh kantong jaketnya, dan mengeluarkan cermin kecil.

Aku menilik tajam ke arah cermin tersebut. Hingga menyadari suatu hal.

Wajahku ... dicoret ... dengan spidol!? Permanen kah!? Kumis macam apa ini!? Kerutan macam apa ini!?

Segera, aku menoleh ke belakang. Terlihat Verdammt dan Rico yang sepertinya sedari tadi menahan tawa. Dan saat menyadari tatapanku, mereka memuluskan aksi tersebut.

Sedangkan aku, mengepalkan tangan kuat-kuat, di tengah suara tawa yang semakin membahana.

"RICO KAMVRET!?"

Lonely GhostWhere stories live. Discover now