Chapter 3: Bakat dan Ikatan Part 1

6.6K 342 17
                                    

Udara dingin menyeruak. Bau porselin menjadi terasa semakin kental. Sangat berbeda jika dibandingkan dengan di luar. Membuat seolah-olah tempat ini terasingkan karena letak geografis yang berbeda.

Ramon bersin tiba-tiba. Ia usap kuat-kuat hidungnya yang memerah. Meski kedinginan, ia tidak memiliki kekuasaan untuk seenaknya saja mematikan AC. Itu karena sekarang dia tengah menjalankan pekerjaan paruh waktu.

Ditambah lagi, si pemilik berpesan bahwa jangan pernah mematikan AC di saat toko buka. Padahal kebijakan macam itu cuma menambah pengeluaran saja, kan.

Sejak tinggal sendiri, Ramon mencoba untuk menambah pemasukan dengan bekerja sampingan. Setelah mencari ke sana ke mari, akhirnya ia menemukan toko buku yang bersedia untuk mempekerjakan anak SMA dengan jam kerja di hari sabtu dan minggu, karena dua hari itu merupakan hari libur. Gaji yang ditawarkan pun lumayan, yaitu 2500/jam. Jam kerjanya dari pukul 8 pagi sampai jam 4 sore.

Lumayan untuk menambal hasrat konsumtif dari diri manusia. Lagipula pekerjaan menjaga toko buku tidaklah menguras tenaga lebih. Kau tinggal duduk manis di kasir, melayani pelanggan, lalu mengiringi kepergiannya dibarengi senyum hangat. Dan kalau bosan, tinggal baca buku.

Jujur saja, tidak banyak aktifitas yang biasa dia lakukan saat hari libur. Untuk memanfaatkan waktu luang, sekalian saja mencari uang. Karena sering sekali, uang yang dikirim ayahnya tidak mencukupi untuk kehidupannya setiap bulan.

Sekedar selingan, pemerintah telah bertindak sedemikian rupa untuk menghilangkan kasus pembajakan. Salah satu hasilnya, kebanyakan dari tulisan seseorang diperjual-belikan dalam bentuk e-book di berbagai toko buku. Namun, ada pula yang bisa didapatkan secara cuma-cuma, tentunya atas izin pemegang lisensi. Jadi, di toko buku terdapat dua jenis barang. Barang nyata dan barang maya.

Hari ini adalah hari minggu. Namun entah terkena angin apa, toko sekarang sedang sepi tanpa pengunjung. Salah seorang rekan kerja Ramon datang menghampiri. Sebut saja dia Lisa.

“Sepinya~ tidak seperti biasanya~”

Gadis muda itu mengeluh. Ramon yang duduk di kursi tempat kasir membalas, namun tatapannya masih fokus membaca buku, membalas.

“Ya mau bagaimana lagi.”

“ Jika terus begini ... bagaimana dengan gaji-ku ya ... apa akan cair ... mungkin tidak ada bonus bulan in-” Lisa berujar, terus menyebutkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan ia hadapi. Cukup sering, sampai-sampai Ramon sudah terbiasa menghadapi sikap pesimis dari gadis itu. Kemudian, Lisa beranjak, berlalu menuju bagian lain dari toko tersebut.

Seakan sebuah skenario, tiba-tiba sosok makhluk menyebalkan menembus pintu toko itu, mendatangi pemuda yang terpaksa harus menghela nafas berat.

“Oi, kenapa kau ke sini? Bagaimana dengan tiga orang itu?” tanya Ramon berusaha pelan. Berharap rekan kerja di seberangnya tidak mendengar.

“Mereka sedang menonton televisi dan berdiskusi. Dan yang pasti, mereka sedang bersenang-senang!” balas sang hantu, Verdammt. Ya, seperti biasa gadis itu terlihat riang.

“Bersenang-senang!? Mereka tidak melakukan yang aneh-aneh di rumahku, kan?”

Verdammt menggeleng. “Tidak ... sepertinya. Karena mereka terlihat bersenang-senang, jadi aku ke sini untuk melihat apakah kau juga begitu.”

“Ya, ya, ya. Aku bersenang-senang di sini. Sekarang pergi lah!”

“Ramon? Kau mengatakan sesuatu?”

Suara dari seberang terdengar. Si empunya suara mendekat dengan wajah penuh tanda tanya.

“Anu, tidak ada apa-apa,” balas Ramon menyunggingkan senyum penuh kepalsuan. Yang bertanya tadi cuma membentuk mulut serupa huruf o, lalu kembali menjauh. Melihat itu, Ramon menatap tajam Verdammt seolah berkata cepat-pergi-dari-sini.

Lonely Ghostजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें