PART 2 (Taehyung)

529 56 2
                                    

Setelah mengantarkan Sakura kembali ke apartemennya, aku langsung kembali menuju rumah. Sebenarnya aku ingin sekali menghabisakan waktuku dengan Sakura tapi dia menolak.

Gadis itu sedikit gila, angkuh, dingin dan kejam. Itu semua membuat diriku semakin terobsesi dengan dirinya. Ketika semua pria berdatangan untuk menyatakan cintanya pada Sakura rasanya aku ingin sekali mematahkan leher pria itu. Aku benci ketika ada pria yang mendekatinya walau di jarak satu meter.

Ketika masuk kedalam rumah aku melihat seorang wanita yang sedang berdiri di tangga. Dia adalah ibuku. Dia cantik tentu saja. Diumurnya yang hampir menginjak 50 tahun dia masih terlihat sangat cantik.

Aku benci melihat dia. Bahkan ketika dia tersenyum kepadaku.

"Taehyung kau pulang. Ayo kita makan siang bersama."

Aku langsung membalikkan arah meninggalkan rumah besar itu. Menuju mobil dan meninggalkan rumah. Aku ingin pergi kemanapun setidaknya tidak berada dekat dengan dirinya. Aku benci ketika berada satu atap dengan dirinya.

Setelah berputar-putar selama satu jam tanpa arah akhirnya aku memutuskan kembali ke apartemen Sakura. Disanalah satu-satunya tempat yang membuatku nyaman. Bahkan rumahku sendiri membuatku tidak nyaman.

Aku menekan kode akses masuk apartemen miliknya. Bukan Sakura yang memberikan kode itu. Itu adalah aku yang melakukannya. Aku tahu segala sesuatu tentang dirinya. Bahkan aku pernah membobol ponsel pribadi miliknya.

Tiga bulan yang lalu

Dihadapanku sudah ada Sakura dengan wajahnya yang marah. Setelah dia tahu akulah yang membobol ponsel miliknya dia langsung menuju rumahku.

Wajahnya bisa terlihat sangat marah. Aku tahu dia sangat membenci segala hal yang melanggar privasi dirinya.

Aku memasang wajah polos dan senyuman menghiasi wajahku. Aku ingin tahu apa yang akan dia lakukan setelah ini.

Sakura melemparkan ponselkan ke arah wajahku dan itu sedikit membuat pelipisku terasa nyeri. Tapi entah kenapa itu membuatku semakin senang. Melihat perilaku dirinya yang seperti ini membuatku semakin mencintai dirinya dan obsesiku semakin besar untuk memiliki seutuhnya.

Aku mengambil ponsel yang kini ada di pangkuannku. Aku masih duduk di pinggir ranjang dan dia berdiri sambil menatapku dengan pandangan khasnya.

"Kenapa dengan ponselmu. Apakah rusak? Haruskan aku membelikanmu yang baru?"

Aku bisa mendengar suara helaan nafas Sakura. Dia kesal. Seperti dia ingin memukulku. Aku sudah siap dengan itu. Ketika Sakura kesal denganku itu seperti tanda jika dia mencintaku lebih.

Tapi dia tidak memukulku. Dia berjalan kesampingku dan merebahkan tubuhnya diranjang.

Aku sedikit kecewa karena tidak melakukan apapun. Kemudian aku menyingkirkan ponsel itu dan tidur disamping Sakura dan memeluk pinggangnya.

Aroma tubuhnya itu seperti afrosidiak. Menciumnya membuatku semakin ketagihan.

"Bagaimana kau membobol ponselku?" Tanya Sakura.

Aku tersenyum di pelukannya. "Belajar sana sini dan sedikit eksperimen kemudian berhasil?"

"Mengapa kau melakukannya?"

"Karena kau jarang sekali mengangkat panggilanku." Aku sengaja membuat suara yang kecewa.

"Itu karena kau sangat berisik. Meneleponku sampai 10 kali lebih. Bukankah itu berlebihan. Kau sangat berlebihan." Sakura menjawab dengan kesal.

"Aku takut kau mendekati pria lain."

"Apakah ada pria yang berani mendekatiku atau bertahan denganku kecuali dirimu."

Itu benar hanya aku. Hanya aku yang bisa melakukannya. Dia adalah milikku.

"Jika kau tidak bisa menghubungiku datang saja ke apartemenku. Kau tahu aku tidak pernah meninggalkan tempat itu kecuali ada hal yang kubutuhkan."

"Benarkah?" Aku langsung bangun dan kini berada diatas tubuh Sakura.

Memasang wajah polos, manis dan tampan adalah hal yang selalu kulakukan dihadapannya. Aku menyukai ketika dia memanjakan diriku. Aku tidak tahu apakah itu disebut memanjakanku. Ketika aku ingin memukul seseorang dia tidak pernah melarangku bahkan aku merasa dia menikmatinya. Ketika dia kesal terkadang dia memukulku. Bukan memukulku dengan kasar dan kejam tapi seperti dia hanya ingin melepaskan amarahnya. Setelah itu dia selalu menghadiahiku dengan sebuah ciuman. Aku rasa itu sebagai hadiah. Ya hadiah.

"Lalu berikan aku akses kode apartemenmu." Mata kami saling bertatapan. Sakura memiliki mata yang sangat cantik. Besar dan bulat. Matanya seperti boneka.

"Lakukan sendiri. Kau berhasil membobol ponselku dan kau juga pasti bisa masuk ke dalam apartemenku tanpa aku memberitahu kodenya."

Aku menyengir. Itu seperti tantangan dan membuatku semakin bergairah.

"Jika aku berhasil. Apakah aku boleh datang setiap kali aku ingin. Entah pagi, siang atau malam."

"Terserah yang kau inginkan." Sakura mengelus bibir bawahku dengan ibu jarinya.

"Kau sudah memutuskannya. Jangan pernah menariknya kembali."

"Aku tidak pernah menarik ucapaku."

Aku menggigit ibu jarinya dengan gemas kemudian mencium bibirnya. Mencium bibirnya dengan nafsu. Aku menekan tubuh Sakura. Membuat tubuh kami berdua saling bersentuhan.

Sakura membuatku mendalami ciuman kami. Aku melepas ciumanku dan menuruni leher cantiknya. Setiap bagian dari tubuhnya adalah cantik. Aku menggigit lehernya. Mendengar dia mengerang semakin membuat diriku bergairah. Mengeraskan gigitanku. Erangan Sakura terdengar sedikit lebih kencang dari sebelumnya.

Kemudian sebuah ketukan. Hal itu sangat mengangguku karena ketukannya dilakukan berulang-ulang. Dengan enggan akhirnya aku melepaskan Sakura.

Forever MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang