0.8 - Sibodoh

59 14 0
                                    

POV by Syafita

Setelah pertemuan kemarin kak Rafiad menyatakan bahwa kami tidak usah berkomunikasi selama 3 hari, katanya biar kita lebih bisa menghargai arti kata rindu.

Hari ini aku berangkat ke kantor dan sarapan sepotong roti, menggunakan baju batik karena ini hari rabu.

Firhan
Syafita
Kamu dimana sayang?

Aku
Dijalan sayang mau ke kantor

Firhan
Yaudah kamu gausah bawa motor ya
Bentar sepulang kantor aku jemput kamu
Miss you sayang

Aku
Oh yaudah aku ga bawa motor
Jemput jam 4 ya sayang

Firhan
Siap bosque

Ini adalah hal yang paling menyakitkan dalam hidupku yang kujalani selama 3 bulan akhir, akulah sibodoh selingkuhan Firhan.

Dia adalah teman lamaku dan mendekatiku secara perlahan, awalnya kami hanyalah sebuah teman curhat dan semakin kesini kami semakin dekat, suka jalan berdua, intinya kami suka melakukan hal-hal yang dijalani berdua.

Suatu hari kami jalan bersama dan si buaya ini menyatakan perasaannya, aku yang tidak bisa menerimanya karena dia punya pacar bernama Rebeca. Gila aja lo mau jadiin gue pelakor.

Mereka pacaran sudah setahun lebih, kata Firhan dia sudah bosan dan sudah tidak sayang kepada Rebeca. Dia mempunyai masalah tanggung jawab yang harus Firhan penuhi yaitu utang berupa uang. Gausah gue sebutin nominalnya yah intinya diatas 5 juta gitu.

Firhan tak seromantis kak Rafiad, tak semisterius kak Rafiad, tak semenyenangkan kak Rafiad, intinya kak Rafiad is the best deh kalo soal menyenangkan kekasihnya. Firhan hanya mencakup kata cukup untuk menyenangkan.

Bodohnya diriku, membiarkan terus menerus dipermainkan oleh si Firhan ini walau aku tahu jalan yang aku ambil ini adalah jalan yang salah. Hanya saja kami bertemu dan dekat di waktu yang sama yaitu kami sedang sama-sama terluka dan mencoba saling mengobati.

Haha... Lo aja yang gue obatin, gue? Lo hanya nambah luka anynying! Lo bikin gue tambah bimbang, disatu sisi gue ga mau jadi pelakor dan disisi yang lain gue ga mau jadi selingkuhan, dan yang paling pedih jika kedepannya suatu saat nanti lo juga bosan sama gue lo bakal ngapain? Jadiin gue Rebeca yang selanjutnya?

TAPI?! SYAFITA BODOH!

Setiap kali dia mencariku, setiap kali dia mengabariku selalu saja jariku gatal untuk mengabarinya kembali. Sebelumnya kami sempat membicarakan hubungan kami untuk disudahi namun dia tetap berkata

"Tungguin aja Ta' bulan depan aku bakal ninggalin dia dan kita akan menjalani hubungan yang sesungguhnya, jangan diakhiri dulu, kalo kamu mau break yaudah kita break aja tapi kalo aku kangen kamu jangan larang aku untuk bertemu ya, aku sayang kamu".

Bulan depan itu maksudnya bulan Oktober 2020

Buaya emang kalo ngomong ngerasa paling benar padahal semuanya itu hanya frasa yang bullshit semata, dan sibodoh hanya mengiya-iya kan segalanya.

Mungkin inilah yang disebut hubungan tanpa status sebelah tangan.

Aku sangat membenci diriku, sampai saat ini juga aku masih bingung apakah aku betul-betul sayang kepada Firhan. Haruskah ku usaikan segalanya dan memberikan hatiku seutuhnya ke kak Rafiad? Menentukan hal logis yang betul-betul mutlak jelas kepastiannya saja aku bingung.

Kembali ke story, aku pun ke kantor diantar oleh adikku Rara. Untungnya aku dan kak Rafiad sedang saling merindu jadi tak usah khawatir jika aku sedang bersama Firhan.

Sepulang kantor Firhan pun menjemputku menggunakan mobilnya.

"Hai sayang, lama ga ketemu ya aku tuh rindu banget sama kamu" Firhan.

"Hehe iyaa sayang" Aku yang langsung dipeluknya dan menggenggam tanganku.

"Kamu lapar kan? Kita makan di tempat biasa ya" Firhan.

"Iyaa, Rebeca mana?" Aku.

Seketika moodnya berubah dan mukanya menjadi bete gara-gara mendengar nama itu.

"Aku kan sudah bilang Syafita kalo kita lagi sama gausah bahas-bahas Rebeca" Firhan.

"Tapi kita kan gabisa seperti ini terus, aku capek Firhan!" Kataku sambil membentak.

"Kan aku sudah bilang berulang kali Syafita sayangkuuuu, bersabarlah sebulan lagi, ah kamu orang lagi pengen ketemu malah jadinya begini" Firhan

"Makanya kalo mau ketemu dan mesra-mesraan sana ketemu sama pacar, aku kan bukan pacar kamu!" Aku yang bete.

Baik di chat, telfonan, maupun ketemuan pasti kami selalu bertengkar akibat hubungan yang tidak jelas ini.

Akhirnya kami pergi makan dan sehabis makan kami singgah nongkrong di cafe.

Di cafe pun semuanya tidak terasa nyaman, kami hanya bisa saling memuji terus menerus dan mengandaikan kenyataan.

Sehabis ngopi dia mengantarku pulang dan hal yang paling kubenci baru saja akan dimulai. Sebelum sampai rumahku dia selalu meminta ciuman. Ciuman Firhan menggunakan berahi, berbeda dengan kak Rafiad yang kurasakan saat dia mengecup keningku. Namun tak ada jaminan juga kak Rafiad suci dan pure tulus jika menciumku. Nafsu berahi adalah hal manusiawi untuk semua manusia normal.

Saat kami berciuman aku selalu menyalahkan diriku terus menerus.

Syafita bodoh, kenapa sih lo itu masih mau-maunya saja diginiin, punya otak ga sih lo? Aku lelah seperti ini namun aku juga tidak tahu cara mengakhirinya bagaimana.

Firhan semakin agresif dan segera kuhentikan perbuatan bodoh kami tapi si buaya ini terus ingin lebih dan lagi.

"Sana kamu cium pacar kamu! Sudah, antar aku pulang sekarang" Aku yang kesal.

"Iiih sayang ngambek, yaudah sudah-sudah, sekali lagi dong, janji bakal sudah dan ngantar kamu pulang" Firhan yang membujukku sambil mencoba menarik wajahku lagi.

"Satu!" Bentakku.

"Okedeh, sudah kita pulang, gini amat jadi orang" Firhan yang kurang ajar.

Aku ingin menangis, aku ingin akhiri semua ini, aku capek, aku lelah. Kak Rafiad, kamu dimana? Aku rindu.

Aku pun sampai di depan rumah dan segera turun dari mobil. Aku masuk di rumah, masuk ke kamar dan segera bersih-bersih.

Setelah mengenakan pakaian tidur entah mengapa semuanya terjadi berlalu dan aku hanya bisa pasrah saja.

Siklus seperti ini sering terjadi berulang-ulang sampai kak Rafiad datang mewarnai hari-hariku. Sebelum tidur aku mencari semua sosial media kak Rafiad dan melakukan stalking. Menggeser timelinenya kebawah sampai ke mantannya, mendengar covernya, dan mendengar podcast barbarnya.

Hai kak Rafiad, akulah sibodoh Syafita yang membiarkan kak Rafiad mengejarku tanpa mengatakan apa-apa soal hari-hari suram yang kujalani saat ini. Suatu saat nanti akan kita hadapi masalah memilih, aku berharap masih bisa bersamamu lebih lama lagi. Miss you kak Rafiad.

Tentang RasaDove le storie prendono vita. Scoprilo ora