Jimin mulai mengangguk pelan. "Dua bulan lalu. Hana memutuskan untuk mengakhiri pernikahannya, karena memang sejak awal pernikahannya didasari bisnis perusahaan dan bukan dilandasi cinta yang seperti itu." Pria itu menjelaskan seraya membawa kendaraannya memasuki kawasan Apartemen yang Jihan tinggali.

Jihan mengangguk paham, lalu menyadari jika mereka sudah hampir sampai di lobby Apartemen miliknya. "Tidak perlu memikirkan perkataanku tadi. Jangan canggung setelah ini, tetaplah bekerja layaknya sekretaris manisku seperti biasa. Kesampingkan antara urusan pribadi dan pekerjaan itu adalah hal yang berbeda. Kau paham maksudku kan sekretaris Yoon?" Tutur pria itu setelah mobilnya berhenti di lobby apartemen Jihan. Wanita itu mengangguk sambil menerbitkan senyumannya dan begitupun sebaliknya dengan Jimin yang menampilkan eyesmile miliknya yang menjadi kesukaan Jihan beberapa bulan terakhir. Karena senyum Jimin selalu dapat membantunya melupakan sejenak masalah di kehidupannya yang nampak rumit.

***

Siang ini Jihan bisa bersantai-santai di tempat tidur. Di akhir pekan seperti ini memang paling menyenangkan mengabiskan waktu di ranjang empuk miliknya, terbebas dari pekerjaan adalah hal yang ia tunggu-tunggu setiap harinya.

Karena selama lima hari dalam seminggu Jihan harus bangun pagi-pagi sekali. Lebih awal dari karyawan lainnya, sebab wanita itu harus menghubungi Jimin. Bos-nya itu sulit di bangunkan, meski tidak sesulit Jungkook dulu. Tapi tetap saja Jihan harus membangunkan pria park itu lewat sambungan telepon. Karena kalau tidak begitu Jimin akan terlambat hadir apalagi jika sedang ada rapat penting Jihan harus mendatangi mansion pria itu.

Sudah pukul dua belas siang, agaknya Jihan harus segera mengakhiri acara tidurnya. Karena perutnya sudah berdemo minta di isi, beranjak dari ranjang. Jihan menuju kamar mandi seraya membasuh wajahnya dengan air dingin di wastafel, lalu berjalan keluar kamar dan menuju dapur yang terletak tidak jauh dari kamar.

Telur gulung memang makanan yang paling tepat untuk mengisi perut kecil Jihan. Ia memang tidak makan-makanan berat di awal pengisian perut, karena kalau langsung di isi dengan makanan berat. Pasti akan sakit perut jika tidak terbiasa.

Menyiapkan beberapa telur gulung yang sudah di campuri dengan daun bawang serta potongan daging cincang. Jihan duduk di kursi dekat pantri.

Saat suapan kedua masuk kedalam mulutnya, suara bel dari balik pintu Apartemennya berbunyi. Dan di suapan ketiga Jihan baru beranjak dari sana untuk melihat siapa yang berkunjung di siang hari begini, dan mengganggu acara makannya.

Cukup terkejut ketika matanya menangkap seseorang dari layar interkom yang berdiri tepat di depan pintunya. Orang itu memakai dress biru selutut dengan rambut pendeknya yang ia selipkan disisi kanan daun telinga.

Sebenarnya wanita itu sedang berperang batin, apakah ia harus membukakan pintu atau tidak. Rasanya sudah lama sekali dari terakhir kali ia bertemu dengan orang itu, seingat Jihan hubungannya tidak sebaik itu untuk saling berkunjung. Lagi pula dari mana orang itu tahu prihal Jihan yang tinggal disini?.

Oke lupakan saja. Saat ini yang harus ia lakukan adalah mempersilahkan tamunya untuk masuk kedalam kawasannya. Dengan hati-hati Jihan membukakan pintu itu, seraya was-was kalau nanti orang itu mengancamnya dengan senjata tajam barang kali. Karenakan hubungannya dengan orang tersebut tidak berakhir baik!

"Oh hai. Jihan" Sapa wanitu itu setelah dibukakan pintu oleh Jihan.

Jihan bingung mau berkata apa. Rasanya aneh sekali di sapa seperti ini oleh mantan saingannya dulu. Yang menganjurkan dirinya untuk pergi dari sisi Jungkook. "Hai.. Eunha?" Jawab Jihan yang seakan bertanya. 'Ada urusan apa datang kesini?'

Ingin mencakar wajah manis itu. Ya ampun sumpah! Jihan benci melihatnya, bagaimana, Ya?. Eunha ini benar-benar sudah masuk daftar wanita paling Jihan hindari sejujurnya.

SECRETS [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang