Chap 01 | Revisi

28K 1.6K 102
                                    

Aku mulai membuka mata ketika sinar matahari pagi menerobos masuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku mulai membuka mata ketika sinar matahari pagi menerobos masuk. Mengerjab beberapa kali untuk mengumpulkan semua kesadaran, dan terkesiap saat merasakan ada lengan kekar yang melingkari perutku. Adegan panas yang aku lakukan bersama Jungkook kembali teringat dikepalaku.

Rasanya aku ingin menangis, dan menyalahkan takdir yang sama sekali tak ada bagus-bagusnya di kehidupanku. Entah mengapa dewa dewi di atas sana sangat senang sekali membuatku sengsara. Hingga berakhir di titik paling rendah seperti saat ini, menyerahkan mahkota berharga yang aku punya kepada Pria yang belum lama aku kenal sebagai atasan di tempatku bekerja.

Berawal dari satu bulan yang lalu ketika Ibuku menghubungiku, dan mengatakan bahwa Ayah terkena kelainan jantung dan harus segera di operasi. Dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Sedangkan aku tidak memiliki uang sebanyak yang Ibuku katakan. Untuk dapat bertahan hidup saja sudah bagus, karena biaya hidup di seoul tidak sedikit dan aku juga harus membayar sewa flat, meskipun flatku tidak begitu besar setidaknya layak untukku menghabiskan waktu libur.

Sebenarnya aku tidak masalah memberikan semua yang kupunya untuk Ayah dan Ibu. Karena berkat mereka berdua aku bisa menjadi Jihan seperti sekarang. Jika mengatakan kalau aku menyesal- terdengar tidak baik sekali, sebab yang kulakukan saat ini sudah sangat benar bagiku. Untuk mereka aku bisa melakukan apapun, termasuk menjual harta satu-satunya yang kupunya.

Kembali kesaat ini, Jeon Jungkook masih betah memelukku. Boleh aku jujur? Otot bisep dan vein dilengan Jungkook benar-benar menggoda sekali. Apalagi perut kotak dan paha kerasnya, aku bisa gila hanya dengan membayangkan Jungkook berada diatasku dengan bibir yang mengerang kenikmatan saat penisnya dijepit oleh milikku.

Tapi sungguh, aku sendiri tidak tahu kenapa bisa berakhir dengannya. Yang aku ingat terakhir kali Jungkook dan aku yang saling bertemu tatap sembari menyeringai kearahku. Berjalan perlahan menghampiriku dengan membawa gelas berisi wine. Jungkook tersenyum penuh arti dan membisikan sesuatu yang membuatku bersedia menyerahkan diri padanya.

Setidaknya malam yang kuhabiskan dengan Jungkook tidak begitu mengecewakan. Lamunanku mulai terusik saat dengan kurang ajarnya, jemari sialan itu meremat kencang payudara dan memilin putingku. Bukan hanya itu saja, aku juga merasakan labium kenyal itu mengecup basah punggung polosku.

"Kau sudah bangun rupanya." Bisiknya disela-sela aktifitas jemarinya yang tak kunjung menyingkir dari payudaraku.

Aku meremat sprei putih yang sudah acak-acakan itu dengan kuat. Seluruh tubuhku kembali panas berkat sentuhan Jungkook. Ada sesuatu yang menekan bokongku, sial ini tidak baik jika dibiarkan. Sekalipun aku menyukai permainan Jungkook, tetap tidak akan kulakukan lagi disaat milikku masih terasa sakit.

"Tuan Jeon-"

"Ssst .. kumasuki sekali lagi, akan kubayar dua kali lipat." Katanya yang terkesan kurang ajar sekali, memangnya aku ini pelacur?

SECRETS [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang