chapter 21

86 4 3
                                    

Welcome back, chapter ini sedikit panjang dan kaya roller coaster. Jangan lupa vote dan komentar yaaaa ✨

Jae mengerutkan dahi melihat berbagai kertas yang bertebaran di depannya. Sesekali ia menguap dan mengerjapkan matanya yang terasa panas. Ia melepaskan kaca matanya dan bersadar pada kursi hitamnya, kemudian memijat kedua sudut pelipisnya. Pukul 10 malam, saat semua orang sedang berbaring dengan nyaman di atas tempat tidur mereka, bersiap menutup hari yang panjang. Namun, bagi Jae pukul 10 malam belum cukup akhir untuk menghentikan semua pekerjaannya. Ponselnya berdering, menunjukkan sebuah nama yang membuatnya tersenyum.

"selamat malam ra." Sapa Jae lembut. Ia menopang dagunya sambil tersenyum.

"Malam Je, kamu lagi ngapain?" Tanya Haera, Jae mengedarkan pandangannya. Bisa mati dia jika Haera tahu ia masih di kantor. Perempuan itu secara rutin menelponnya selama 5 hari ini. Sudah 5 hari juga gadis itu di Bandung, masih menemani ibunya. Tidak ada seharipun gadis itu absen mengingatkan agar Jae tidak terlalu banyak bekerja, mengingat fisik pria itu yang tidak sepenuhnya sehat.

"Aku di apart Ra,  lagi rewatch Harry Potter." Bohong Jae, ia lekas memohon ampun kepada Tuhan.

"Oh ya? Lagi adegan apa?" Jae memutar matanya berpikir keras

"itu loh yang si Harry pergi ke dragon alley tapi pake serbuk yang.. "

"Masa si? Aku mau ikut nonton dong." Jae berhenti berbicara saat di hadapannya kini berdiri Haera. Entah bagaimana, sekarang gadis itu sedang bersadar di pintu kantornya sambil menggoyangkan ponselnya. Gadis itu segera mematikan sambungan seluler mereka, berjalan tegas ke hadapan Jae.

"Jadi apartemen kamu sekarang kantor? Trus kamu bisa nonton Harry Potter di kertas ini?" Haera menunjuk kertas yang berserakam di hadapannya kemudian menatap tajam pada Jae yang terdiam karena tertangkap basah.

"Raaaa aku kangennn." Tanpa rasa berdosa, Jae justru berdiri dari duduknya dan memeluk gadis itu dengan erat.

"Heh aku kan lagi marah." Haera susah payah mendongakkan wajahnya yang tenggelam di pelukan Jae.

"marahnya ditunda dulu. Aku mau lepas kangen." Jae malah sibuk menepuk pundak Haera, sambil mengendus puncak kepala Haera.

Haera pasrah, karena disini bukan hanya Jae yang memendam rindu, ia pun tak jauh berbeda.

Haera menatap Jae yang sedang duduk di sebelahnya, dibalik setir kemudi. Mereka dalam perjalanan pulang dari kantor. Pukul 11 malam akhirnya mereka keluar kantor dan makan malam. Saat ini mereka sedang dalam perjalanan menuju apartemen Haera.

"jadi kita bakal sibuk latihan, rekamannya mungkin mulai bulan depan. Serius ra kamu pasti kaget dengerin lagu yang ditulis Brian. Aku gak percaya dia itu bisa nulis lagu segalau itu. Heran banget aku padahal dia jomblo. Eh gak sih sebenernya dia tu punya pacar banyak tapi gak ada yang dianggep pacar, kamu paham kan ra maksud aku?" Jae asik bercerita dengan kecepatan penuh, membuat Haera hanya tertawa.

"satu-satu Je. Aku disini buat dengerin semua cerita kamu." Jae malah tertawa malu.

"Aku kayanya terlalu seneng ra. Aku kaya hidup lagi. Aku udah lama lupa rasanya seseneng ini ngelakuin hal yang aku suka." Haera mengelus tangan Jae pelan.

"aku juga seneng Je, ngeliat kamu seneng kaya gini. Ini Jae yang dari dulu aku suka."

Dering telpon menghentikan suasana romantis diantara kedua manusia tersebut. Sebuah panggilan masuk dari pria yang entah kenapa semakin sering menghubungi Haera akhir-akhir ini.

"Halo Jov?" Jae mengalihkan pandangannya sekilas pada Haera yang bersandar ke pintu mobil sambil berbincang.

"Iya, aku udah nyampe jakarta tadi jam 8. Mama mulai hari ini ditemenin suster.  Mungkin kak Naren juga bakal balik ke rumah terus."

Break Up After LoveWhere stories live. Discover now