Chapter 7

96 11 0
                                    

PLAYLIST : COVER-DAY6

Haera berdiri di depan pintu rumahnya yang besar dengan mata sembab, ia semalam tertidur dengan keadaan mengenaskan lagi. Sudah seminggu ini ia mengambil cuti dari kantor, ia perlu waktu untuk mengumpulkan kewarasannya. Ia hari ini berkunjung kerumahnya karena ibunya menelponnya, tumben sekali. Biasanya keluarganya cukup sibuk untuk saling bertatap muka. Haera sudah memilih tinggal di apartemen sendiri sejak ia berkuliah, keluarganya memang tinggal di bandung sedangkan ia menetap di Jakarta.

Ia memasuki rumah yang sudah lama ia tidak kunjungi, tidak ada banyak hal yang berubah. Di dinding ruang tamu masih ada beberapa fotonya yang terlihat tersenyum dengan bahagia, tentunya dibagian tengah ada foto mereka berempat yang tersenyum bahagia. Haera memperhatikan wajahnya yang hampir sama persis dengan ayahnya, sering ia dengar bahwa ia adalah versi perempuan dari ayahnya. Sebaliknya Nare adalah versi laki-laki ibunya.

"ra, kapan nyampenya? Kok gak minta jemput?" Nare menghampiri adiknya. Memeluk adik yang begitu disayanginya itu.

"abang tumben banget dirumah. Mama mana? "

"ini kan hari minggu ra, ngapain juga kerja. Mama di taman sama ayah."

"aku ke belakang dulu kalo gitu." Nare mengangguk, Haera menuju taman belakang rumahnya. Tempat paling menyenangkan baginya. Angin bandung yang sejuk dapat ia rasakan langsung disana.

"mamaaaaaaa." panggil Haera, berlari memeluk ibunya yang tersenyum bahagia.

"kangen banget ma."

"kangen tapi kok gak pernah main.
"
"Haera sibuk ma, maaf ya."

"itu ayahmu dianggurin aja tuh gak disapa?" Haera melepas pelukan ibunya, mendekati ayahnya. Ia mengulurkan tangannya kemudian disambut sang ayah. Ia mencium punggung tangan ayahnya sopan.

"gimana kerjaanmu? "

"lancar yah."

"heem bagus." Sudah. Seperti itu saja. Selalu begitu. Ayahnya tidak pernah banyak bicara dengannya. Selalu bicara melalui ibunya. Haera juga sama halnya,ia tidak pernah mencoba mendekat pada ayahnya. Ada batas yang tidak bisa ia lewati.

"ra kamu udah makan? Ayo makan dulu. Mama masak sambel teri kesukaan kamu."

"kebetulan haera juga udah laper ma."

"oh iya, kok kamu sendirian ra? Jaevran mana?" Haera kaget mendengar nama Jae disebut ibunya. Ia memang jarang menceritakan hubungannya dengan Jae.

"mama tumben banget nyariin Jae." jawab Haera secukupnya. Ibunya terdiam, ayahnya mendehem. Biasanya ayahnya tidak begitu suka dengan jae, walaupun ibu nya selalu menyambut Jae dengan senang hati.

"Ra ini Jae dah dateng." suara Nare memecahkan keheningan. Haera terdiam, apa ia salah dengar?bukankah Nare baru saja menyebut nama Jae?

"ayo keluar, tamu gak baik dibiarin sendirian." Ayahnya melewatinya, Haera terdiam.

Ia ke bandung untuk menjauhi Jae, kenapa juga ia malah bertemu pria itu. Untuk apa juga Jae mendatangi rumahnya? Bandung Jakarta sepertinya tidak sedekat itu?
Haera melangkah pelan menuju ruang tamu. Pemandangan yang menyambutnya membuatnya gugup tidak karuan. Disana ada Nare yang duduk disamping mamanya, di kursi lain ada ayahnya yang duduk sendirian berhadapan dengan Jae. Haera terdiam beberapa detik. Matanya bertemu dengan Jae. Ya Tuhan, Haera merindukan tatapan itu. Ia tidak bisa berbohong dengan hatinya, rasanya detik itu ia bisa berlari ke pelukan Jae. Jika saja egonya mengalah.

Haera duduk disamping Jae, sedikit berjarak. Jae masih menatapnya tanpa jeda. Mata pria itu meminta balasan, haera mengalah. Ia mengalihkan pandangannya.

Break Up After LoveWhere stories live. Discover now