Hidden Chapter

393 47 15
                                    

Musim Dingin, 200X, Pulau Jeju

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Musim Dingin, 200X, Pulau Jeju.

"Princess?."

Sebuah tepukan sekaligus suara seseorang di tengah sunyi senyap sekitar membuat Sooyoung terperanjat, nyaris mengumpat. Kalau saja tadi ia jadi membawa batu curam dari pinggiran pantai untuk bekal keselamatannya menuju rumah, mungkin sosok yang kini sedang terpingkal menikmati keterkejutan Sooyoung sudah bocor kepalanya. Sooyoung mendengus, mengelus dadanya yang bergemuruh dengan detak jantungnya yang balapan.

"Sungjae! Kau mengejutkanku!."

Sungjae, bocah kecil yang tinggal di panti asuhan belakang rumah neneknya, memberikan cengiran tanpa dosa. Memegangi perutnya setelah terpingkal puas. Mengagetkan Princess-nya memang selalu menyenangkan. Setelah ini Sungjae harus berterimakasih pada Tuan dan Nyonya Park yang sudah melahirkan bocah secantik Sooyoung. Mau seperti apapun air mukanya, di mata Sungjae, ia tetap paling cantik di muka bumi.

"Maaf," timpal Sungjae menunjukan dua jari membentuk tanda perdamaian. Lalu melanjutkan langkah beriringan dengan Sooyoung. "Kau darimana? Kenapa keluar sendirian? Memang tidak takut setelah seminggu yang lalu ada kas--"

"Diamlah, Sungjae! Tadinya aku pikir kau pembunuh yang mengincarku!."

"Mana ada pembunuh setampan aku huh?."

"Ya ya, terserah kau saja. Ngomong-ngomong kau darimana?."

Sooyoung mengernyit melihat kantung besar yang ada di tangan Sungjae. Menerka isinya mungkin saja beberapa kotak susu banana atau strawberry, sekotak penuh kue cokelat, dan aneka gulali yang dibelinya diam-diam di toserba depan pintu masuk gang. Bocah ini kan suka sekali membeli makanan-makanan yang dilarang oleh ibu pantinya.

Nanti kalau ketahuan, ia akan bilang kalau semua makanan itu milik Sooyoung. Kata Sungjae, ia cuma bisa menyantap semua makanan terlarang itu di bulan Natal saat Sooyoung berkunjung ke rumah neneknya. Bulan ini ia beruntung karena Sooyoung menghabiskan waktu liburan lebih lama di rumah neneknya. Efek dari pekerjaan ayah dan ibunya yang menumpuk. Mengharuskan Sooyoung dan adiknya--yang memang sudah tinggal sejak kecil bersama sang nenek--menetap sampai libur natal selesai.

Sungjae tersenyum lebar, mengangkat hasil belanjaannya dari tabungan yang ia kumpulkan selama Sooyoung tidak berkunjung.

"Cemilan terlarang lagi?." Tebak Sooyoung.

"Memangnya kau pikir aku akan terus jadi bocah nakal yang diam-diam melanggar ucapan ibu pantiku?."

Sooyoung mengangkat bahunya. Yah, setahu Sooyoung kan Sungjae memang sudah mempunyai jiwa rebel sejak awal mereka kenal. Bayangkan saja.. di pertemuan pertama mereka, Sooyoung harus menggigit jari antara menyesal dan kesal. Saat itu Sooyoung sedang menelusuri jalan setapak menuju perkebunan yang tidak jauh dari rumah neneknya, ketika matanya menemukan satu bocah yang tidak lain adalah Sungjae. Sedang dikerubungi oleh anak-anak remaja yang Sooyoung yakin sedang merundung Sungjae.

[1] SnowflakesWhere stories live. Discover now