☕ 6 ☕ Married With Dosen 1

340 23 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Jangan lupa bershalawat😉😉

اللهم صل على سيدنا محمدو على آل سيدنا محمد

.
.
.
.
.

Semua orang tegang termasuk Humaira yang kini duduk membatu di sofa, orang yang daritadi dijadikan topik utama itu kini berdiri di hadapan mereka semua, sambil tubuhnya bertumpu pada tongkatnya.

Ya, ayah Abi memang sempat lumpuh dulu namun berkat kerja kerasnya dan dukungan dari Abi akhirnya ia berhasil sembuh walau tidak mampu senormal orang lain. Ia masih butuh tongkat yang sewaktu-waktu dapat menopang kakinya bila mendadak lemas.

"Abi, siapa yang kabur?" tanyanya lagi pada Abi yang masih terdiam, bingung ingin menjawab apa. Ia berjalan mendekati sang anak yang masih duduk-duduk saja di sini, padahal akad akan dimulai kurang dari satu jam lagi.

"Kenapa masih di sini, Nak?" tanya Ardhan heran, semua orang juga kenapa justru membuat kerumunan di sini, bukan di tempat pernikahan.

"Ini, kenapa banyak orang? Harusnya kalian kan sudah ada di tempat pernikahan. Kamu lagi, ayo cepat ke sana!" Ardhan mendumel pada anak semata wayangnya yang daritadi tak menyaut sama sekali.

Ia kemudian menarik tangan Abi dan mengajaknya berjalan, namun ia merasakan bahwa Abi tidak bergerak sama sekali.

"Abi?" gumamnya saat melihat bahwa Abi hanya diam menatap kosong lantai di bawahnya.

"Ada apa, Nak?" tanyanya lalu mendekat dan mengusap pundak kokoh sang anak.

Abi tetap tertunduk namun tak urung menjawab, "Sebenarnya ca-calon pen-pengantin Abi-"

"Tunggu!"

Ucapan Abi terpotong saat Farhan mendadak berbicara, padahal ia ingin jujur kepada sang ayah walau tahu resiko yang akan ia tanggung sangatlah berat dan menyakitkan.

"Pengantinnya akan segera siap Om, dia sedang bersiap-siap. Maklum, namanya juga perempuan." ucap Farhan sambil sedikit bercanda.

Bukannya tenang, orang-orang di sana justru kebingungan saat mendengar ucapan Farhan. Bukankah tadi pengantinnya hilang? Lalu, sekarang sudah kembali? Begitu?

Humaira melongo, ia kaget mendengar penuturan Kakaknya. Bagaimana kakaknya tahu bahwa Lisna sudah kembali? Bukankah Lisna tidak akan kembali?

"Farhan?" tanya Abi.

"Ssshht... Aku akan bawa Humaira ke kamar!" ucapnya pelan lalu segera menarik Humaira untuk menuju kamar Lisna.

Humaira hanya diam di tengah kebingungannya, lebih bingung lagi saat kakaknya mengusir semua orang dari kamar dan hanya menyisakan bundanya.

"Kak?" tanyanya bingung.

Bunda tersadar, ia melirik sekeliling dan melihat Farhan yang tengah menarik Humaira memasuki kamar.

"Farhan? Humaira?" tanyanya bingung.

Farhan mendekat pada Bunda lalu duduk di lantai dan memegang tangannya yang mulai keriput, ia menatap dalam mata sang Bunda yang masih kebingungan akan sikapnya.

Humaira sendiri masih berdiri mematung.

"Bun, Farhan akan membuat keputusan besar. Bunda sudah anggap Farhan kepala keluarga, kan?" ia mulai membuka pembicaraan.

Bunda mengangguk walau masih bingung, "Iya, kamu kepala keluarga kita, sayang."

Farhan menitihkan air mata, ia mencium telapak tangan sang Ibu dengan khidmat.

I Love You, Pak Dosen! (REWRITE) Where stories live. Discover now