☕ 1 ☕ Hati Yang Keras

Mulai dari awal
                                    

Maira kemudian menengok sekitar dengan datar dan sebal karena jawaban seperti itulah yang selalu Maira dengar bila dosen itu mengajar di kelasnya, jika dosen itu mulai memasuki kelas, ia merasa bahwa seakan ia tak sedang menuntut ilmu melainkan sedang berada dalam ajang cari jodoh.

Semua sibuk dengan paras tampan sang dosen. Sibuk berebut dan merebut. Padahal tak satupun di antara mereka yang menjadi pelabuhan hati dosennya.

Tapi mereka bersikap seolah mereka adalah istrinya.

Maira benci itu!

Dosen tampan itu segera membalas sapaan para muridnya tak lupa dengan menyisipkan senyum indah di wajah dengan pahatan sempurna miliknya dan secara mendadak berhasil membuat para gadis menjerit histeris.

"Ada yang titip absen?" tanyanya sambil mendudukkan dirinya di kursi kebesaran. Ia tipe dosen yang perhatian, jadi tentu ia akan sangat teliti terhadap pendidikan mahasiswanya.

Ketika ditanya seperti itu para mahasiswa bingung dan menoleh segala arah, berusaha menghitung jumlah teman sekelas mereka sendiri.

Dosen itu menghela napas kemudian tersenyum.

"Kita absen saja ya? Biar ketahuan siapa yang bolos hari ini." ia menawarkan solusi terbaik agar proses belajar mengajar berjalan jauh lebih efisien.

"Baik Pak."

Satu persatu nama mahasiswanya pun ia sebut, hingga tiba di pertengahan ia cukup lama terdiam.

Anak ini...

Ia selalu bimbang dengannya.
Namun karena kewajibannya maka ia tetap memanggilnya.

"Humaira Lolita."

Saat nama itu disebut kelas mendadak hening, seolah tak ada kehidupan. Padahal, tadi mereka masih mengobrol kecil namun kali ini mereka mengunci mulut secara serempak.

Merasa akan ada hal yang tak diinginkan terjadi.

Sementara gadis yang dipanggil namanya itu mengangkat tangan agar sang Dosen tahu bahwa dirinya hadir pada kelas pagi ini. Tanpa peduli keadaan sekitar yang mendadak mencekam hanya karena dirinya.

"Humaira Lolita?" panggil Dosen itu lagi, ia tak mendengar sautan dari mahasiswinya itu.

Lama menunggu namun ia sama sekali tak mendapati suara yang menyaut panggilannya, ia memutuskan untuk menegakkan kepala dan menatap muridnya satu persatu lalu tanpa sengaja matanya menangkap ada tangan yang terangkat. Ia tahu bahwa tangan itu adalah tangan dari gadis yang saat ini tengah ia panggil. Namun, ia ingin gadis itu menjawab panggilannya juga.

Gadis itu masih tetap sama, pendiam dan selalu menjauhi orang-orang.

"Humaira Lolita, tidak hadir?" tanyanya lagi, dosen yang diketahui bernama Abimanyu Putra Muhammad itu memang sengaja memanggil berulang kali nama mahasiswinya.

Ia hanya ingin sang mahasiswi berhenti bersikap seperti ini lagi, menganggap para lelaki adalah parasut sehingga ia selalu menjauhinya.

Bukan hal baru baginya mengetahui hal ini, nama Humaira telah terkenal seantereo kampus. Selain kepintarannya yang turut serta, sikap tertutupnya juga menjadi penyumbang dari ketenarannya. Ia selalu menyendiri, terkadang di Masjid kampus atau taman. Jarang sekali ia berada di kantin, ia selalu membawa bekal.

I Love You, Pak Dosen! (REWRITE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang