"Diem kan lu!" ujar Leo sambil memakan kripik kentangnya.

"Sekarang kalian liat ke arah jam," perintah Sean dan membalikkan kursinya menghadap ke arah jam dinding. Keenam temannya pun menuruti Sean dan melihat ke arah jam.

"Ngapain lo suruh kita natep jam, Sean?" tanya Lintang dan sekilas memperhatikan Sean yang sedang menopang dagunya dengan pulpen. Ia seperti sedang berfikir.

"Jam 18.00 - 20.00 kan kita dilarang buat keluar kelas, kecuali ke toilet. Kita bisa gunain kesempatan itu buat nyelinap ke ruang loker. Untungnya kita semua gak satu kelas, cuman Hana, Joy, sama Lintang yang satu kelas. Dengan begitu, gak ada yang curiga sama kita."

"Terus gimana dong nasib gue, Joy, sama Lintang? Kita bertiga gak mungkin kan ijin ke toilet secara bersamaan?" tanya Hana kepada Sean.

"Kali ini gue rasa cukup yang cowok aja yang nyelidiki. Karena kalau kebanyakan orang yang masuk ke dalam ruang loker. Bisa-bisa ada yang curiga, apalagi kita kesana bukan saat jam olahraga. Tugas kalian yang cewek jaga-jaga. Kelas gue, Gerald, Dikta, dan Leo itu lumayan berdekatan. Sedangkan kelas 12 IPS 5 itu berdekatan dengan tangga. Tolong perhatiin jika ada guru yang menuju ke lantai 1, kalau sempat ada guru yang mau turun ke bawah, kalian bisa langsung chat ke grup," ujar Sean menjelaskan panjang lebar, membuat keenam temannya mengangguk paham.

"Itu berarti, harus ada yang mulai duluan keluar kelas. Dengan begitu, satu per satu dari kita bakalan nyusul. Karena gue IPA 2, itu berarti gue orang pertama yang keluar kelas. Setelah itu disusul Gerald, Sean, dan terakhir Leo," ujar Dikta.

"Oke. Sekarang udah jam 5 sore. Bentar lagi bel masuk bakalan bunyi. Satu jam kemudian, kita bakalan jalanin misi kita," ujar Hana dan tersenyum.

"Asikk! Kagak sabar gue!" ujar Leo, Joy langsung merampas bungkusan kripik kentang dari tangan Leo.

"Asik-asik aja lo! Awas ya kalau nanti rencana kita gagal cuman gara-gara lo!" ancam Joy.

"Iye-iye. Sini kripik kentang gue!"

"Nih! Dasar Leo kripik kentang asli!"

"Oke. Sekarang kita boleh bubar," ujar Sean dan beranjak dari kursinya, meninggalkan ruangan yang dulunya bekas gudang sekolah tersebut.

Mereka pun bubar dan kembali ke kelasnya masing-masing.

***

Masing-masing anggota Eclipse terus memandang ke arah jarum jam, begitu juga dengan Gerald. Walaupun jam masih menunjukkan pukul 17.30, akan tetapi tetap saja cowok itu merasa tidak sabar. Ia ingin secepatnya mencari tahu dalang dibalik kematian Grace.

Matahari mulai terbenam. Tiba-tiba saja awan di langit berubah warna menjadi hitam. Tak lama kemudian disusul oleh rintikan hujan yang semakin lama semakin lebat. Para siswa mulai sibuk menutup jendela dan juga pintu kelas, dikarenakan angin yang sangat kencang.

"Sial! Kalau pintunya ditutup, gimana gue mau liat Dikta lewat?" ucap Gerald dalam hati. Ia memperhatikan Aldo, ketua kelas 12 IPA 3 itu sedang menutup pintu. Gerald mengacak rambutnya frustasi. Kemudian ia diam-diam membuka ponselnya dan melihat isi chat grup Eclipse.

Gerald pun mulai menuliskan pesan ke grup Eclipse.


Pintu kelas ditutup. @Dikta kalau lo mau keluar kelas, langsung bilang ke grup!

Saat Gerald ingin mengirimkan pesannya itu jaringan sedang tidak stabil, sehingga menyebabkan pesan Gerald belum terkirim. Gerald mengacak rambutnya frustasi. Ia menatap ke arah jarum jam yang sudah menunjukkan pukul 17.55.

"Gue harap Dikta bisa tepat waktu," batin Gerald. Ia memutar pulpennya sambil terus melihat ke arah jarum jam.

-pukul 18.00-

GERHANA [END]Where stories live. Discover now