4. LOKER 13

2.2K 222 29
                                    

Keesokan harinya, tepat pada jam istirahat. Notif chat masuk dari grup Eclipse. Gerald pun langsung membuka isi chat tersebut.

ECLIPSE

Sean
Kumpul di markas sekarang!

Dikta
Oke.

Leo
Ayayay kapten! Otw sekarang, tapi beli kripik kentang dulu di kantin, wkwkwk.

Joy
Aelah. Baru mau makan nasgor :(

Lintang
Siap!

Hana
Ok. Otw.

Gerald menghela napasnya kasar. Haruskah ia terlibat dalam misi Eclipse kali ini? Kalau saja bukan karena ingin mencari tahu mengenai kematian Grace, Gerald pasti akan menolaknya mentah-mentah.

Tak lama kemudian Langit menghampiri ke meja Gerald. Cowok yang sedang duduk dengan ponsel yang masih digenggamnya itu menatap Langit sinis.

"Ger ... ada hal yang pengen gue omongin sama lo," ujar Langit berdiri di samping meja Gerald.

"Sorry. Gue gak ada waktu." Gerald beranjak dari kursinya. "Minggir!"

"Ger, sampai kapan lo mau benci sama gue? Udah berapa kali gue bilang kalau bukan gue yang ngebunuh Grace. Kalau memang iya gue pelakunya, sekarang mungkin gue udah di penjara."

"Bacot! Awas!" Gerald mendorong bahu Langit. Kemudian cowok itu berjalan menuju lantai 3, tempat dimana markas Eclipse berada.

Sebenarnya, Gerald juga tidak percaya yang membunuh Grace adalah Langit. Maka dari itu, Gerald berusaha membuktikannya dengan cara menyelidiki kasus kematian Grace bersama Eclipse. Namun tetap saja, jika ada hal yang belum pasti mengenai siapa pelaku yang sebenarnya, Gerald lebih memilih untuk menjauh dari Langit.

***

Sesampainya di markas, Gerald sudah melihat para anggota Eclipse sedang sibuk berdiskusi dan meja diatur melingkar, sehingga mereka bisa saling menatap antarsatu sama lain.

"Dari mana aje lu Bambang?" tanya Leo, melihat Gerald yang baru saja datang.

"Nama bagus-bagus, lu panggil Bambang gimana ceritanya, Le?" ujar Joy kepada Leo.

"Lebih cocok nama Bambang daripada Gerald," ujar Leo sambil mengunyah kripik kentang. "Hmm wenak puoll!!"

"Duduk, Ger. Kita sekarang lagi diskusi tentang misi pertama kita. Loker 13," ujar Sean yang duduk tepat disamping Dikta dan Leo.

Gerald pun mengambil kursi kosong dan duduk di samping Hana. Cowok itu mengangkat kaki kanannya dan meletakkan di atas kaki kiri. Ia mendengarkan semua yang dijelaskan oleh Sean.

"Oke. Gue bakalan jelasin gimana caranya kita bisa cari tau tentang loker 13. Kita tau sendiri kalau selama ini diantara loker murid yang lain, cuman loker 13 yang dikunci. Dari situ gue mulai curiga, ada yang disembunyikan dibalik loker itu," ujar Sean, menatap keenam temannya serius.

"Itu cuman loker biasa. Kuncinya ilang, lagian juga tuh loker udah lama," sambung Gerald, membuat semua tatapan menuju ke arahnya.

"Shutt! Lo tuh ya ... emang gak bisa diem. Kita dengerin dulu Sean ngomong!" ujar Joy sambil melipat tangannya di atas meja.

"Iya, gue tau. Tapi masalahnya, kenapa kita dilarang nyentuh atau ngebongkar tuh loker?" tanya Sean. Gerald pun berpikir sejenak. Yang dibicarakan oleh Sean ada benarnya juga. Jika itu hanyalah loker biasa, kenapa harus dilarang?

GERHANA [END]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum