하나

28 1 0
                                    

"Sebuah kebetulan yang ingin aku lenyapkan"

Gadis berkemeja seragam lengan panjang yang digulung seperempat, rok bermotif kotak-kotak, dan dasi hitam tersampir di bahunya, mengarahkan fokus ke luar jendela. Mengamati para penghuni sekolah yang berlalu lalang di balik kaca perpustakaan.

Oceanna Scherie Arash

Dia Ocean, Sea atau Anna, terserah mau memanggilnya apa. Ocean salah satu siswi yang cukup terkenal di seantero sekolah. Bukan tipikal gadia troublemaker yang sering menggoda siswa yang berwajah rupawan. Bukan juga, cewek most wanted incaran para buaya sekolah. Singa dari kelas 11 Ipa 1 , julukan yang disematkan padanya. Bentuk mata jenis Up-turned eyes miliknya seringkali disangka galak. Ekspresi wajah datar sering disalah artikan, membuat beberapa orang enggan berkenalan lebih jauh.

Peluh keringat yang tadi mengucur telah lenyap tergerus dinginnya ac perpustakaan. Kemeja yang tergulung, kembali ia rapikan. Tangannya terangkat ke atas kepala, membenahi rambutnya yang agak berantakan. Ocean mendekam cukup lama di ruangan beraroma buku, sejak pelajaran ke tiga yang dibiarkan kosong hingga denting bel istirahat. Menyenangkan. Menikmati penyejuk udara sembari menatap ke lapangan. Rehat sejenak dari kegiatan yang memuakan bagi para pemalas. Mencharger ulang kapasitas otaknya adalah hal terpenting bagi Ocean. Mendiamkan diri salah satu metode menenangkan pikiran panas yang terus berkecamuk pada angannya.

"Oceanna."

Ocean hanya membalasnya dengan gumaman, "Hmm."

Kepala Ocean refleks menoleh tanpa diperintah. Helaan napas kasar menyertai seseorang yang datang mendekat dan mengambil duduk di hadapannya. Pemuda bertubuh seperti jerapah, pemilik manik mata berwarna samudra mengenakan seragam khas hari Senin SMA Tri Saka, yaitu kemeja putih lengan panjang dengan celana kain berwarna hitam pekat, dan jas berwarna abu-abu yang dibiarkan tersampir di pundaknya. Pemuda itu menatapnya antusias seperti biasanya, penuh binar yang dapat terbaca oleh sang perempuan.

Tatapan mengintimidasi mengarah pada pemuda berdarah Kanada. Tiada sorot kekaguman yang terpancar, bahkan hampir serupa pelototan saat
Karin Nandiyas Atmaria, sahabatnya, menyikut tepat di perut dengan keras. Efek sakit datang menderanya kemudian. Sialan.

"Tuh udah disamperin, di sapa dong. Nanti ada yang ngembat baru nyesel." kata Karin.

Yang diangguki oleh anak lain yang datang dari arah belakang Karin ,bername tag Cellia Annalie, "Hayuk atuh disapa."

"Ngapain ke sini?" Pemuda itu terkekeh melihat wajah kesal Ocean. Gemas pake Z.

Entah terbuat dari apa hati Abigail Pradipta Weinstein yang sering ditolak oleh sang gadis pujaan. Pemuda berdarah campuran Kanada-Chinesse merupakan siswa yang pernah satu tim dengannya saat perkemahan sains nasional. Kenapa tidak dikatakan teman? Dia terlalu agresif untuk menyandang gelar teman. Abi salah satu orang yang berada di urutan teratas dalam blacklist seorang Ocean.

Ocean bukan orang munafik , ia mengakui ketampanan cowok berdarah campuran itu. Mata sipit khas Asia Timur berpadu dengan sentuhan lekuk wajah dari benua Amerika nampak sempurna. Dia salah satu pemilik tampang di atas rata-rata , yang menjadikannya memiliki banyak penggemar dari kaum hawa. Terkecuali, wanita bermarga Arash.

Perjuangan mendapatkan Ocean bukanlah perkara mudah. Tidak sekali dua kali, Abi membujuk Ocean untuk berkencan. Dan jawabannya selalu sama, serangkai kata penolakan. Nyali anak tunggal keluarga Weinstein ini tidak patut diremehkan. Melalui pengklaiman sepihak, Ocean adalah wanitanya. Berhasil menyulut pihak lain yang merasa dirugikan. Seperti menanda tangani sebuah kontrak tanpa persetujuan dari pihak kedua.

Ephemeral: Lasting for a Very Short TimeWhere stories live. Discover now