Care #34

5.3K 698 691
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

Sebenarnya aku sedikit tidak nyaman bila harus menginap di rumah Taehyun. Apalagi setelah ibunya bilang tidak ada kamar kosong yang berarti mau tidak mau aku harus menyetujui tidur sekamar dengan pemuda itu.

Ini membuatku gugup, sumpah! Setelah makan malam dan mengganti baju dengan kaos putih lengan panjang juga celana longgar pinjaman Bibi Kang, aku jadi takut masuk ke kamar Taehyun sekarang. Biasanya Jimin Oppa bakal protes kalau aku tidak pulang, tapi saat ditelepon Taehyun tadi dia malah bilang padaku supaya tidak pulang saja.

"Sudah larut, kau juga pasti lelah. Taehyun pernah menginap dulu, sekarang ganti kau yang menginap. Lagipula aku yakin dia tidak bakal macam-macam. Kalau dia macam-macam beritahu aku, biar kupotong burungnya."

Aku meringis, masih mengaduk teh dengan pandangan kosong namun perasaanku masih gelisah. Seharusnya aku tidak perlu gugup, di kamar nanti aku hanya tidur, iya hanya tidur.

Memang apalagi?

Ini sudah hampir jam sepuluh, tapi mendadak semua rasa lelahku hilang, keinginan untuk istirahat juga lenyap seketika karena terlalu khawatir. Orang tua Taehyun sudah tidak terlihat lagi dan suasana jadi begitu sepi.

Setelah dua gelas teh hangatku jadi, aku pun membawanya naik ke atas menuju kamar Taehyun. Jantungku tidak bisa dikompromi sekarang. Menarik napas dalam aku mulai masuk, namun tidak ada hawa-hawa kehidupan sama sekali. Aku mengernyit saat tak mendapati pemuda itu di kamarnya.

Dengan bingung aku mencoba mencarinya. Di lantai atas hanya ada dua ruangan, kamar Taehyun dan entah apa ruangan satunya lagi. Kulangkahkan kaki menuju balkon dan mendapati pemuda itu duduk lurus di atas dipan bambu yang terletak di sebelah pembatas balkon, sedang membaca buku sendirian.

Perlahan aku menghampirinya. "Taehyunie, kenapa tidak masuk?"

Pandangannya terangkat ke arahku. Tanpa ekspresi dia menggeleng sebagai jawaban. Entah hanya perasaanku saja atau tidak, Taehyun malah terkesan dingin sekarang.

Sepelan mungkin aku bergabung dengannya—takut-takut kalau suara yang kutimbulkan bisa mengganggunya. Segelas teh hangat hampir kusodorkan, namun Taehyun lebih dulu bersuara.

"Kau istirahatlah, ini sudah larut," katanya tanpa memandangku sama sekali.

Aku mengusap lenganku. Suasana di antara kami malah jadi aneh. Padahal tadi sebelum makan malam masih baik-baik saja. "Harusnya kau yang istirahat. Ibumu bilang kau sakit," timpalku.

Care [Kang Taehyun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang