Wawancara Karakter dengan MiNus

751 63 21
                                    

MiNus: Hello, Guys! Ketemu lagi dengan admin berita terpanas di kampus kita tercinta, Universitas Pionir Nusantara. Di siang yang lebih hot dari kompor meleduk ini, MiNus mau wawancara cantik bareng salah satu mahasiswi Elektro, Noura Tsabita. Sebenarnya mau wawancara Noura aja, tapi berhubung beli satu gratis satu, kita sapa juga Devan Putra Pratama. Halo, Devan dan Noura!

Devan & Noura: Hai ....

Devan: Enggak bakal lama, kan? Soalnya kita harus ..., tahulah. Ada urusan berdua aja.

MiNus: (Pura-pura tidak mendengar karena iri.)

MiNus berhasil mengumpulkan beberapa pertanyaan untuk Noura—

Devan: Langsung ke intinya aja, enggak perlu basa-basi.

MiNus: (Pura-pura tidak mendengar lagi.) Tapi, sebelumnya, gimana kabar Noura?

Noura: Baik. Gimana kabar MiNus?

MiNus: Baik juga, nih. Kalau gitu kita langsung ke pertanyaan—ada apa, Devan? Kenapa melotot kayak gitu? Oh, benar. Belum ditanya. Gimana kabar Devan?

Devan: Baik. Lanjut pertanyaan pertama.

MiNus: (Berdeham.) Dapat pertanyaan dari adik-adik yang mau masuk Jurusan Elektro. Sebenarnya sesusah apa, sih? Kalau MiNus, sih, jelas mundur. Kayaknya ribet. (Tertawa.)

Noura: Susah-susah gampang, sih. Namanya belajar kan pasti kadang susah kadang gampang. Dimulai dari gampang ke susah. (Tersenyum kecut.) Tapi, kalau buat gue lebih banyak susahnya. Dengan kapasitas otak pas-pasan kayak gue, rasanya berat. Kadang gue ngerasa enggak bisa survive, tapi waktu ingat perjuangan gue biar bisa masuk jurusan ini, perasaan kayak gitu langsung lenyap. Ditambah lagi, gue punya orang-orang terdekat yang suportif. (Melirik Devan.)

MiNus: Ya, ya. Kita paham maksudnya apa. Next ..., oh! Menarik banget, nih. Ada yang pernah lihat lo bareng Rangga, anak Kedokteran. Pada penasaran, antara Rangga dan Devan, pilih mana?

Devan: Kenapa harus bawa-bawa orang yang enggak ada, sih?

Noura: Jaga ucapan lo, Van! Rangga masih ada. Lo, tuh, bisa-bisanya nyebar kabar kalau orang lain udah meninggal, padahal kemarin kami baru ketemu lagi ....

Devan: Emangnya dia ada di ruangan wawancara ini?

Noura: Enggak ada, sih ....

Devan: Terus, gue salah kalau bilang dia enggak ada?

Noura: (Menarik napas panjang.) Next question.

MiNus: Oke .... Lebih sering baper gara-gara Rangga atau—

Devan: Kenapa, sih, pertanyaannya kayak gini? Tanya orang yang ada di dalam ruangan aja. Next question.

MiNus: Oke .... (Garuk-garuk kepala.) Sebagai teman masa kecil, seberapa lucu Devan?

Noura: Lucu kalau diam. Tapi, berhubung Devan jarang banget diam, jadi ... nyaris enggak pernah? Devan juga nyebelin. (Senyum manis.)

Devan: (Mendengkus.) Kalau gue nyebelin dan enggak lucu, kenapa dulu lo mau main sama gue?

Noura: Karena rumah kita deketan, plus lo sering mampir ke rumah gue. Lagian lo juga suka jemput Mas Dika.

Devan: ... ngelihat lo.

Noura: Hah?

Devan: Pertanyaan selanjutnya.

MiNus: Van, kenapa jadi lo yang nyuruh-nyuruh gini? Tapi, enggak apalah. Pertanyaan terakhir tentang Dika, kakak lo, yang enggak lulus-lulus itu. Hal termanis apa yang pernah dilakukan Dika ke lo?

Noura: No comment. Untuk apa kita bawa-bawa orang yang enggak ada di ruangan ini?

Devan: Tapi, gue mau tahu jawabannya.

Noura: Kan lo tadi yang bilang, enggak usah bawa-bawa orang yang enggak ada di ruangan ini.

Devan: (Melirik ke luar jendela.) Ada Bang Dika. Bang! Sini, ada wawancara. Masuk aja biar bisa diwawancara.

Dika: (Masuk ruangan.) Permisi ..., ada yang mau wawancara gue, ya? Udah gue duga karena akhir-akhir ini view YouTube gue emang melesat banget. Nih, gue kasih tips supaya YouTube kalian bisa kayak punya gue ....

MiNus: (Mulai pusing dengan kekacauan ini, terutama Dika yang terus mengoceh.) Kak Dika, mohon duduk di pojok ruangan dulu, ya. Nanti kita bicara lagi. Sekarang, Noura, mau jawab pertanyaan terakhir?

Noura: (Mendelik kepada Devan.) Mas Dika lebih laknat dari lo, Van. Tapi, gue akui dia kakak yang sedikit baik. Dia protektif banget sama gue. Kalau ada yang ganggu gue, dia orang pertama yang turun tangan sampai pernah babak belur.

Devan: Gue paham banget yang itu.

Noura: Kenapa? Emangnya lo pernah diapain sama Mas Dika?

Devan: Penasaran, 'kan, lo?

Noura: (Mendelik malas.) Udah, 'kan, wawancaranya? Gue mau keluar.

Dika: Lho, mau ke mana? Wawancara gue kapan? Gue udah nyiapin seribu jawaban kalau ada momen begini. Halo, MiNus, ya? Yang mau wawancara gue, 'kan? Ayo kita wawancara. Perkenalan dulu, ya. Nama gue ....

MiNus: (Menjerit dalam hati.) Kak Dika, tolong duduk dulu, ya. Noura, tolong duduk juga di samping Devan. Satu lagi pertanyaan, untuk Devan aja. Tadi ada orang nge-tweet mohon-mohon soalnya. Enggak keberatan, 'kan?

Devan: Oke. Satu aja.

MiNus: Kasih motivasi, dong, buat orang yang optimis gagal padahal belum mencoba.

Devan: (Geleng-geleng.) Kalau enggak pernah nyoba dan gagal, enggak bakal tahu kesalahan kita di mana dan kenapa gagal. Sesederhana itu. Makin banyak gagal justru lebih enak, kita bisa semakin tahu kemungkinan salahnya di mana biar bisa lebih akurat mencapai tujuan. Nanti, deh. Add LINE gue aja, ntar gue kasih tahu buku-buku yang bagus buat motivasi. ID LINE gue Devan—

Noura: Ayo keluar, Van. (Bisik-bisik.) Kenapa lo ngasih ID LINE, sih? Nanti kalau ada orang sembarangan ngehubungin lo, gimana?

Devan: Cemburu?

Noura: (Menarik Devan keluar ruangan.)

MiNus: Oke. Sekian wawancara hari ini. Sampai jumpa di lain kesempatan, Sobat-Sobatku!

Dika: Lho, kelar? Wawancara gue gimana? Woi, MiNus. MiNus! MiNus! (Mengejar MiNus.)

[CAMPUS COUPLE] Hanifah Khairunnisa - Senior from HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang