11. Hadiah Dariku

75 12 0
                                    

Mengetahui Lena sebentar lagi akan berulang tahun, aku mulai berpikir hadiah apa yang bisa kuberikan kepadanya.

Lena mungkin tak terlalu menginginkan hadiah dariku mengingat aku bukanlah siapa-siapa baginya. Tetapi ada kepuasan dan kebahagiaan tersendiri bagiku jika memberi sesuatu dan diterima dengan baik oleh orang yang aku suka.

Karena ulang tahunnya juga sudah dekat, tinggal 3 hari lagi, maka aku tak ingin menyia-nyiakan waktu. Memesan kue ulang tahun dengan desain karakter kesukaan Lena rasanya juga tidak mungkin karena waktu berjumpa antara aku dan Lena sangat tipis.

Aku tak bisa meminta bantuan orang divisi untuk membuat sebuah party ulang tahun karena ia sudah tak lagi di Divisi Pengembangan Bisnis.

Selain itu, time kerja Lena dan time kerja divisi kami berbeda. Waktu bertemu yang singkat tidak bisa membuatku memberi surprise untuknya.

"Selamat datang." Suara sapaan lembut dari seorang wanita berseragam rapi hitam putih yang berjaga di lokasi stand yang kukunjungi.

Setelah memikirkan bahwa kejutan ulang tahun tak bisa dilakukan, aku pun mampir ke sebuah mal dan berniat untuk membelikan Lena hadiah. Aku melihat-lihat ke sekeliling, memperhatikan beberapa perhiasan cantik yang dipajang di kanan-kiri stand ini.

Sebuah kalung silver berliontin bintang menarik perhatianku. Kupandangi cukup lama sambil membayangkan kalau saja Lena memakainya. Di bayanganku, ia pasti akan terlihat elegan dan cantik tanpa menghilangkan kesan manisnya.

"Aku tidak terlalu suka dengan barang mewah."

Begitu teringat dengan perkataan Lena, aku mengurungkan niat karena khawatir Lena tidak akan memakainya sebab tidak suka. Aku mencari barang yang lebih murah daripada kalung tetapi tetap terlihat cantik.

Lalu aku pun berpindah ke tempat di mana banyak jenis cincin terpajang.

"Aku rasa cincin lebih baik." Untuk sesaat aku bergumam.

Kembali memperhatikan cincin di dalam balok kaca panjang sambil memikirkan mana yang cocok. Tetapi lama-kelamaan aku menjadi tak berselera lagi untuk membelinya.

Kekhawatiranku kembali, Pak Dendi telah memberikan Lena sebuah cincin dan seharusnya aku tak menirunya dengan memberi cincin juga. Akhirnya aku keluar dari stand perhiasan tersebut tanpa membeli apapun.

Beralih ke stand yang lain. Aku berdiri di depan salah satu toko jam tangan, masih berpikir dua kali sebelum masuk ke dalam.

Seingatku, Lena tak pernah memakai jam tangan saat kerja. Entah karena ia tidak suka atau karena hanya tak ingin. Tetapi bila tidak suka adalah jawabannya, aku mulai ragu untuk memberikan ia barang tersebut.

Meski begitu, ini bisa jadi kesempatan bagiku. Lena yang tidak pernah menggunakan jam tangan saat kerja, untuk pertama kalinya memakai benda itu dan hasil pemberian dariku. Betapa senangnya.

Aku pun melangkah masuk, memilih sebuah jam tangan cantik dengan logam putih berkilau. Bentuk lingkaran dan background time-nya yang hitam membuat jam tangan itu terlihat menarik.

Aku langsung memilihnya dan meminta petugas untuk mengambilnya. Karena tidak pandai untuk mengemas kado sendiri, akhirnya aku meminta petugas di situ untuk membungkusnya dengan rapi disertai dengan sebuah kartu ucapan yang kutulis tangan. Kartu ucapan tersebut aku isi dengan kalimat "Wishing you a day that is as special as you are!"

Aku keluar dari toko jam tangan tersebut setelah mendapatkan barang yang kuinginkan. Sekarang tinggal menunggu waktunya tiba.

Hanya membayangkan bagaimana caraku akan memberikannya pada Lena saja sudah membuatku merasa gugup.

Aku harap, aku memiliki waktu meski hanya sedikit untuk bisa bertatap muka dengannya.

To Be Continued..

.
.
.
Sampai jumpa di next chapter guys...

Sweet As Chocolate [END]Where stories live. Discover now