08. Perayaan

91 14 0
                                    

Ruang Divisi disulap cantik dengan dekorasi ruangan yang tak jauh beda dengan perayaan ulang tahun.

Meskipun bukan untuk merayakan ulang tahun, tetapi sepertinya semua orang di divisi ini tidak memiliki ide lain selain menggunakan balon dan kertas warna-warni yang digantung di sepanjang langit-langit ruangan.

Tulisan 'Congratulation' berukuran besar tertempel indah di tembok belakang ruangan.

Mbak Ida tengah bersiap di celah pintu untuk melihat kedatangan Lena. Agak lama, akhirnya Mbak Ida mengangkat jari jempolnya sebagai tanda bahwa Lena telah datang.

Mbak Ida mengambil pistol mainan begitupun dengan Chairil. Mereka berdua berdiri di ambang pintu menunggu pintu tersebut terbuka. Dan ketika gagang pintu tergerak dan perlahan terbuka, saat itulah perayaan ini dimulai.

Mbak Ida dan Chairil menekan pelatuk pistol itu membuat kertas-kertas kecil berwarna-warni berhamburan ke arah Lena.

"HAPPY PROMOTION DAY!" Dan kami semua berteriak serempak.

Lena terkejut, nampak senyum yang lebar di wajahnya dengan mata yang berkaca-kaca. Ia masuk ke dalam ruangan dengan diiringi lagu Happy Birthday To You yang di ganti lirik menjadi Happy Promotion Day.

Aku menghampiri Lena, mengulurkan tangan dan mengajak ia untuk berjalan bersama sampai ke meja pimpinan. Lena menerima uluran tanganku, kami berjalan bersama sampai ke atas nasi tumpeng yang sudah disediakan di atas mejanya.

Lagu masih terus dilantunkan sampai Lena benar-benar menangis terharu. Kami menghentikan lagunya dan mulai memberikan salam satu-persatu.

"Lena, terimakasih banyak sudah menjadi pemimpin yang baik untuk divisi ini," kata Mbak Ida menjadi pembicara pertama.

"Meski aku masih baru, tapi aku juga berterimakasih untuk segalanya. Selamat untuk kebaikan jabatanmu. Divisi ini masih sama, kami akan selalu mendukungmu," kataku.

"Kalian semua ...." Lena berhenti, tak melanjutkan ucapannya dan hanya mengusap air mata yang terus mengalir di pipinya.

"Kak Lena, terima kasih banyak untuk dedikasinya. Kami di sini berhasil dalam banyak hal juga berkat kepemimpinan Kak Lena," kata Devi menambahi.

"Kita semua akan mendoakanmu yang terbaik. Dengan posisi barumu, kami berharap kelancaran dan kemudahan untukmu." Mbak Pipit ikut berbicara.

Lena tak lagi menangis, ia tersenyum lebar lalu memeluk Mbak Ida sesaat yang ada di sebelah ia berdiri.

"Terima kasih untuk kalian semua. Aku tidak akan melupakan hal ini seumur hidupku. Masa-masa bersama kalian adalah yang terbaik bagiku. Kebersamaan kita tidak akan berakhir hanya karena kepindahan tugasku. Kita akan tetap bersama meski tak sesering dulu, karena bagiku Divisi ini lebih dari sekedar tempatku. Dan kalian semua adalah saudara-saudaraku." Lena mengutarakan perasaannya membuat kami semua terharu.

Mbak Ida, Devi, dan Mbak Pipit bahkan sampai ikut meneteskan air mata. Mereka berempat kemudian saling berpelukan untuk beberapa saat.

Sampai tiba wakunya untuk melakukan tradisi populer di Indonesia yaitu berfoto ria.

Aku mengeluarkan ponselku, memasang pada sebuah tripod yang sudah Mbak Pipit bawa. Lalu meletakkannya agak jauh dari lokasi kami agar nasi tumpengnya juga tertangkap oleh kamera. Menggunakan timer 5 detik, kami mulai berbaris dan mengabadikan beberapa gambar.

"Langsung aja potong nasi tumpengnya, sudah lapar ini." Chairil berceloteh disaat semua orang masih asyik melihat hasil fotonya.

"Bang Chairil memangnya tidak sarapan?" tanya Devi.

Sweet As Chocolate [END]Where stories live. Discover now