2. ECLIPSE

2.9K 242 5
                                    

Satu tahun telah berlalu. Gerald mencoba untuk mengikhlaskan kepergian Grace.

Gerald berubah menjadi kepribadian yang dingin dan cuek. Ia sama sekali tidak mempercayai siapapun di sekolah itu. Menurut Gerald, semuanya sama saja. Bermuka dua atau munafik.

"Kapan gue bisa cepet keluar dari sekolah sialan ini?" ujar Gerald dalam batinnya. Ia mencoret-coret bagian belakang bukunya saat pak Bobby sedang menjelaskan pelajaran fisika di depan kelas.

Tiba-tiba sebuah spidol melayang ke arah Gerald. Untung saja Gerald berhasil menghindarinya. Dilihatnya pak Bobby sedang menatapnya tajam.

"GERALD RIVANO! APA YANG SEDANG KAMU LAKUKAN? KAMU MENGERTI APA YANG SAYA JELASKAN DI DEPAN?!" ujar Pak Bobby sedikit berteriak membuat seisi kelas terdiam dan menatap ke arah Gerald. Namun, Gerald hanya terdiam.

"Maju kamu sini! Kerjakan soal yang ada di papan tulis!!" perintah Pak Bobby, membuat Gerald memutar bola matanya malas.

Gerald pun beranjak dari kursinya dan mengambil spidol yang ada di bawah kursi. Cowok itu melangkahkan kakinya dengan malas menuju ke depan kelas.

"Kerjakan dari nomor satu sampai tiga!" perintah Pak Bobby. Gerald menatap beberapa rumus dan angka yang semakin membuatnya sakit kepala. Gerald pun memutuskan untuk meletakkan spidol tersebut ke atas meja guru. Pak Bobby menatap Gerald bingung.

"Maaf, Pak. Saya tidak bisa," ujar Gerald dan menatap ke bawah.

PLAKK!!

Satu tamparan berhasil melayang mengenai pipi kanan Gerald. Semua murid yang berada di kelas itu tertegun dan ketakutan. Sudah biasa pikirnya. Sekolah ini sudah seperti neraka bagi dirinya. Dimana para murid yang tidak memperhatikan, melanggar peraturan sekolah, apalagi bertingkah tidak sopan terhadap guru akan mendapatkan sanksi fisik.

"KELUAR! JANGAN PERNAH MASUK JAM PELAJARAN SAYA SELAMA SATU MINGGU!!" Gerald hanya mengangguk. Ia langsung membalikkan badannya dan pergi meninggalkan kelas.

***

Cowok itu berjalan menyelusuri lorong sekolah sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Tatapannya sendu. Ia begitu merindukan Grace. Kapan ia bisa membalaskan dendamnya itu? Gerald pun duduk di kursi panjang dekat mading. Cowok itu mengusap wajahnya kasar. Ia bingung harus memulainya dari mana.

Tak lama kemudian ada seorang siswi yang duduk di samping Gerald. Gadis itu menatap Gerald yang sedang frustasi.

"Lo ... Gerald anak IPA 3, kan?" tanya cewek itu dan menatap ke arah lapangan basket yang tepat berada di depannya. Gerald yang menyadari seseorang sedang mengajaknya bicara itu pun langsung menoleh.

"Ada urusan apa lo sama gue?" cetus Gerald, menatap gadis berambut panjang dengan dikuncir satu itu dengan heran.

"Gak ada. Cuman gue denger-denger ... lo mau cari tau tentang kematiannya Grace. Itu bener?"

"Bukan urusan lo."

"Iya, gue tau kok. Itu bukan urusan gue. Cuman gue bisa bantu lo buat nyelesaiin masalah lo."

"Gak perlu," ujar Gerald singkat dan langsung beranjak dari kursi. Ia berniat untuk meninggalkan gadis itu, akan tetapi pergelangan tangannya di tahan. Sontak Gerald langsung menoleh ke arahnya dengan tatapan tajam.

"Gue Hana. Siswi kelas 12 IPS 5. Gue punya geng. Namanya Eclipse, disitu tempat kita saling sharing tentang sekolah. Mungkin lo ada niatan buat masuk geng gue? Disana lo bisa cari tau siapa sebenarnya yang ngebunuh pacar lo," ujar Hana tanpa melepaskan tangan Gerald, tetapi tawaran Hana itu berakhir dengan sia-sia. Gerald langsung menepis tangan Hana kasar dan memilih pergi meninggalkannya.

GERHANA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang