8. Kontrak

56 21 0
                                    

Pagi kembali datang, dengan janji yang tak pernah ia ingkari untuk selalu menyajikan cahaya matahari yang memberikan kehidupan.

Alia tak ada gairah untuk sekolah hari ini. Bukan karena takut dengan ancaman jail Rafa itu, tapi memang ia sedang malas berurusan dengan makhluk itu.

Namun jika ia memaksakan untuk tidak sekolah, sudah di pastikan hari ini akan ada orang menceramahinya-Bang Akmal dan Ibunya-.

---

Brukk!!

"Kebiasaan banget sih lo nyett!, kaget gue!", Alia terkejut bukan main saat ia yang sedang melamun di meja nya malah di ganggu oleh kedua sahabatnya itu.

"Weeehh biasa aja dong", Gio tak terima dengan respon Alia itu, sedangkan Naura nampak terkekeh melihat raut wajah Gio yang seolah sinis sedih karena ucapan Alia tadi.

"Eh gue mau cerita nih, tapi jangan ember ya", Alia mulai mengalihkan topik pembicaraan.

"Ya ampun Al, kaya sama siapa aja sih lo. Buruan ada apaansi sii?", jawab Naura sambil duduk merapat di samping Alia. "Hooh buruan Al, gue kepo", tambah Gio.

"Jadi gini.."

---

Tiiinggg...

Suara bel berbunyi, memberi kode ke semua penghuni sekolah untuk segera mengistirahatkan pikiran dan tenaga untuk sejenak.

Sekarang, di sudut meja kantin paling pojok, Alia dan kedua sahabatnya itu menjadi salah satu pengunjung surganya sekolah itu.

"Al!", Naura menyenggol pelan bahu Alia yang tengah sibuk melahap makannya, "Athalia!!!"

"Apaansi Ra?", Alia masih sibuk dengan makanannya itu.

"Noh, calon pacar lo", Naura terkekeh, begitupun dengan Gio. Naura memang melihat keberadaan Rafa dan kedua dayangnya itu baru memasuki kantin.

"Nyesel deh gue curhat sama lo pada".

Mereka bertiga kembali fokus ke makanannya masing-masing.

Namun Alia merasa ada aura negatif yang mulai menghampirinya.

Tiba-tiba Rafa menghampiri Alia dan malah duduk di sebelah nya.

"Hayyy calon pacar!", Rafa dengan sok manisnya itu mengacak pelan rambut Alia yang terurai rapih.

"Apaansi goblok!", Naura dan Gio saling menatap menahan tawa karena ulah Rafa tadi.

"Raf, kalo lo punya niat baik gue dukung kok", Gio mengucapkan kalimat itu diakhiri dengan tawa yang sedari tadi ia tahan.

"Thanks braderr", Rafa memukul pelan bahu Gio.

"Al, gue mau nagih jawaban dari lo. Pokoknya hari ini. Gue tunggu di taman belakang perpus", Rafa beranjak pergi sambil mengedipkan sebelah kanan matanya seolah memberi kode kepada Alia.

Alia bergidik dengan tingkah Rafa itu, sedangkan Gio dan Naura yang menyaksikan itu malah kembali menertawakan sahabatnya itu.

"Ya elah Al, tinggal terima aja ribet amat siih", Naura kembali meyakinkan Alia.

"Eh Al, kalo menurut gue ya. Lo tuh
udah yakin kalo si Rafa itu cuma mau ngebaperin lo aja kan? Nah, menurut gue sih ya lo terima aja..", belum sempat Gio menuntaskan kalimatnya itu, Alia malah nyamber seenaknya.

"Eh, nyett! di sogok apaansi lo sama dia?", Alia terlihat mulai kesal pada sahabatnya itu.

"Eh dugong, gue tuh belum selesai ngomong nya. Dengerin dulu napa!", " Nah menurut gue mending lo terima aja si Rafa, lagian nih ya, lo itu harus keliatan strong tuh sama mantan lo. Lo jangan mau kalah sama dia, lo harus punya seseorang yang bisa nyembuhin hati lo yaa walau sama si Rafa. Tapi lo juga harus bisa buat dia baper sama lo. Naahh baru deh lo tinggalin. Si Rafa kan kebiasaannya ninggalin para korbannya kan? Sekarang giliran dia yang ngerasa digituin",

Love Agreement [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang