Bukan salah wanita itu, salahkan ia yang memang tidak pernah peka terhadapnya.
"Jangan tersenyum begitu. Kau membuatku takut!" Ujar wanita itu, namun kini dengan nada yang sedikit ketus. Apakah ini yang di maksud jika seorang wanita tidak mudah di tebak dan Jungkook malah kembali tersenyum.

Apapun itu tidak penting, mau bagaimana sikap Jihan saat ini, bukan masalah dalam situasinya yang seperti ini Jungkook justru merasa kalau wanita itu sudah dapat menunjukan diri. Tidak lagi menjadi seorang wanita yang berpura-pura tegar dan acuh di depannya, Seolah ia adalah sosok wanita yang kuat.

Entah sudah berapa lama Jungkook tidak berbicara sedekat ini dengan Wanita itu. Rasanya ingin kembali melumat bibir itu, atau barang kali dirinya bisa langsung melempar Jihan ke atas ranjang di belakangnya itu. Oke yang terakhir itu lupakan saja.

"Aku tahu apa yang sedang kau pikirkan Jungkook. Tapi kita harus segera keluar dari sini, karena semakin lama kita berada disini Aku yakin kau akan menyeretku kesana." Jihan berujar dengan mata yang terarah ke ranjang bernuansa putih yang saat ini tepat berada di belakang Jungkook.

Pria itu terkejut, sebegitu kentarakah jika ia menginginkan Jihan lebih. Benar. Sangat kentara, sebab ia memang rindu memadu kasih dengan Jihan yang berstatus mantan simpanannya ini.

"Ji. Tidak seperti itu- maksudku tidak, Akh! Maaf. Sialan. Ini sulit sekali di kendalikan Ji, kau tahu betul bagaimana kita dulu—"

Jihan tertawa cukup keras dan itu menghentikan rasa gugup Jungkook. "Sejak kapan kau jadi bertingkah seperti ini. Tuan Jeon?" Wanita itu berjalan mendekati Jingkook, karena memang tadi Jihan sudah bersiap untuk meninggalkan kamar itu. Merapihkan tatanan dasi Jungkook yang terlihat sedikit berantakan, lalu Jihan menuntun jemarinya untuk menyentuh garis rahang yang terpahat elok. Jungkook semakin tampan dengan gaya rambut panjang sedikit ikal bergelombang.

"Ji. Apa kau sedang berusaha menggodaku,hm?" Jungkook menatap lurus, wanita di hadapannya ini benar-benar pandai mempermainkan sebenarnya. Hanya dengan tatapan wanita itu dirinya sudah mabuk kepalang, apalagi mendapat sedikit sentuhan saja Jungkook dapat bereaksi berlebihan.

Jemari Jihan masih menari-nari di rahang tegasnya, dengan sorot mata yang kini ia naikkan keatas untuk menatap mata hitam gelap milik pria yang masih setia menetap di hatinya. "Kau tergoda Tuan?" Pertanyaan konyol yang sebenarnya ia sendiri tahu apa jawabannya.

"Yeah! Sangat, sangat Ji." Jihan menarik samar sudut bibirnya keatas, hanya sekilas dan Jungkook tidak menyadari. "Pergilah. Jika tidak ingin kukurung didalam sini Jihan." Oh ayolah, Jihan tidak pernah tahu, jika mempermainkan Jungkook seperti ini sangat menyenangkan, sebab dulu Jungkook tidak akan pernah menahan hasratnya untuk Jihan. Yang selalu berakhir menyedihkan di atas ranjang berkat hormon pria itu.

Tidak sepenuhnya menyedihkan, karena ia juga menikmati setiap permainan yang menyajikan surga dan neraka dalam sekali waktu.

"Kau sedang menahannya,hm? Tuan Jeon sisimu yang ini. Aku menyukainya" Ujar Jihan lantas jemarinya beralih turun untuk menyapa urat leher Jungkook yang mulai nampak.

"Ji. Oke hentikan ini, kau berhasil menyiksaku Sayang" Jungkook menangkap lengan Jihan, lalu mengenggamnya sebelum melanjutkan. "Kau bisa datang kapanpun kau mau. Apartemen kita selalu terbuka untukmu, dan aku akan menunggu sampai Nyonya rumah itu kembali." Jungkook mengecup punggung tangan Jihan.

"Ya. Tentu. Aku akan kembali, tapi tidak sekarang. Karena banyak hal yang harus Tuan rumah itu selesaikan. Akan tetapi kau bisa kapan saja datang ke Apartemen kecil milikku, Aku sangat menantikan Sesuatu dibawah sana yang terlihat keras." Jihan mengedipkan satu matanya genit, sedikit menggoda. Dan Jungkook lagi-lagi di buat gila untuk kesekian kalinya.

"Kau memang nakal Ji." Jungkook menarik lembut lengan Jihan, membawanya keluar dari kamar tersebut sebelum dirinya tidak kuat lagi untuk mengontrol sesuatu yang memdesak. Wanita itu terkekeh dan mengikuti langkah Jungkook, hanya saja tepat di depan pintu gedung pesta itu. Jihan melepaskan gengaman tangannya.

"Sampai disini saja Jung.Terima kasih untuk ciuman rindu. Anggap itu tanda salam dariku karena pergi tanpa penjelasan apapun padamu. Akan tetapi, jangan anggap ciumanku sebagai tanda kembalinya hubungan kita. karena hubungan semacam itu— aku kata menginginkannya." Jihan masuk kedalam aula tersebut dan menghilang di balik kerumanan orang.

Jungkook diam memperhatikan Jihan yang telah menghilang. Sepertinya memang ia yang terlalu senang, sebab tampaknya tidak dengan Jihan. Wanita itu jelas tak benar-benar mengingkannya kembali, mungkin saja ciuman tadi hanya karena Jihan ingin membalas Jungkook. Agar pria itu semakin merindukannya, dan Jihan berhasil— Jungkook semakin ingin kembali pada Jihan.

***

"Tanyakan apapun yang ada di dalam kepalamu Tuan Park, sebelum isi kepalamu itu meledak." Jihan berujar kelewat ketus, sebab dari tadi sepeninggalnya ia dari tempat jamuan tersebut. Jimin tidak bersuara apapun atau lebih tepatnya mendiami dirinya, hingga di perjalanan pulang saat ini pun pria itu seolah tidak menganggapnya ada. "Mengapa diam saja Tuan Park. tidak sedang merajukan?" Pria itu akhirnya melirik Jihan yang berada di samping pengemudi sebelahnya.

Jimin berdecak sesaat sebelum menyerukan suaranya. "Tidak ada yang ingin kutanyakan dengan Nona sekretaris." Ujarnya dengan tekanan di kata terakhir. Jihan tertawa mengejek, sejujurnya ia cukup mengenal bagaimana karakter Jimin yang menyandang status sebagai atasannya itu. Meskipun baru beberapa bulan terakhir Jihan bekerja disana dan menemani semua pekerjaan Jimin.

Contohnya saat ini, Jimin akan terlihat lebih pendiam jika ada yang sedang ia pikirkan. Karena Jimin adalah sosok pria yang periang akan sangat mudah di tebak jika memiliki masalah meskipun tidak di bicarakan sekalipun. Lantaran dirinya lebih suka memecahkan masalahnya sendiri, dan itu yang membuat orang lain merasa khawatir.

Lain hal dengan yang ini. Jihan tahu sejak ia memasuki aula dan menghampiri Jimin yang sedang duduk dengan beberapa relasi, pria Park itu nampak sekali menunjukan bagaimana kesalnya ia menunggu Jihan. Dan wanita itu sadar betul, Well. Ia salah membuat atasannya menunggu sampai satu setengah jam.

"Oke. Kalau begitu..." Jihan menjeda ucapannya sejenak, untuk melihat ekspresi dari atasannya itu. "Maafkan Aku sudah membuatmu menunggu lama Jim." Jihan tersenyum.

"Tidak masalah. Aku hanya kesal saat kau pergi dengan Jungkook, Dong Wook hyung terus menerus menanyai keberadaanmu padaku." Jihan menoleh mendapati Jimin yang juga menatapnya.

Oh Sial! Ia lupa mengabari pria itu."Ck! Kau pasti lupa mengenai Dong Wook hyung. Aku tahu pria itu memang sedikit terlupakan, tapi Ji. Kuharap nasibku tidak berakhir sama seperti hyung"

[ ]

Jihan mau main tarik ulur keknya sama Jungkook

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jihan mau main tarik ulur keknya sama Jungkook. Huhuhu ...

Cyn💕

SECRETS [M]Where stories live. Discover now