ISEY || CHAPTER TIGA

Start from the beginning
                                    

"Aku bikinin ini buat Kakak, dimakan ya," ucap gadis itu sembari menyodorkan kotak makanan ke arah Vian. Namun, lagi-lagi Vian tidak merespon dan gadis itu pun sudah mulai malu berdiri terlalu lama tapi tidak kunjung direspon.

"Kak. Kakak dengar aku, kan?" tanya gadis itu, karena sedari tadi laki-laki bernama Vian itu tidak menoleh ke arahnya.

Akhirnya Vian menoleh ke arah gadis yang tengah berdiri menatapnya, ia menghela nafas lalu berkata, "Berisik. Bisa pergi nggak?" Itu lebih terdengar seperti perintah daripada pertanyaan. Hal itu sukses membuat wajah gadis itu memerah. Menahan malu dan kesal.

Suasana mulai tak enak. Terlebih seisi bus menatap penasaran ke arah gadis itu. Ada yang berbisik berkomentar. Ada juga yang hanya mematung, menikmati tontonan.

Dimas yang sedari tadi menyimak apa yang terjadi kini angkat bicara.

"Sini mana kotaknya, nanti biar aku aja yang ngasih ke Vian." Dimas berusaha membujuk gadis itu, sebab ia lihat gadis itu sudah mulai gelisah menahan air matanya.

Gadis itu mengangguk lalu memberikan kotak makan yang ia genggam ke tangan Dimas. Dimas pun mengambil kotak itu.

"Makasih ya," ujar Dimas. Setelahnya gadis itu kembali ke tempat duduknya dengan kepala tertunduk.

Vian masih setia dengan Ipad ditangannya. Menganggap kejadian tadi tidak pernah terjadi. Dimas menatap jengkel ke arah temannya itu. Vian yang merasa ditatap menghela nafas dalam-dalam.

"Kenapa?" tanyanya sembari fokus dengan kerjaan. Dimas menggeleng lalu memukul lengan temannya itu. Sontak membuat Vian menoleh sembari melemparkan tatapan tajam.

"Tega banget sih, kamu!" Dimas ikut tersulut emosi.

Kedua alis Vian bertautan lalu ia membuang mukanya.

"Aku nggak lapar." Vian memberi alasan.

"Ya ... nggak gitu juga kali. Kan bisa ngomong baik-baik," Dimas menggantung ucapannya. Ia menghela nafas sejenak lalu melanjutkan. "Nggak harus ngusir."

Vian menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, ia mulai jengkel ketika temannya ini berusaha menceramahinya.

-

-

-

Bus berhenti di area perkemahan setelah menepuh perjalanan lebih kurang empat jam. Semua mahasiswa keluar dari bus dan mengemasi barangnya masing-masing.

PJ acara mulai sibuk, karena keberadaan mereka sangat dibutuhkan hari ini. Mulai dari menjelaskan cara pemasangan tenda, membagi wilayah kemah per fakultas, serta menyediakan keperluan lainnya.

Dari tadi Cia sibuk mengedarkan pandangannya ke sekitar, ia mencari seseorang yang sejak turun dari bus tidak lagi terlihat. Siapa lagi kalau bukan Alvin pacarnya.

"Cia!!! Bantuin aku sini," panggil Ranti. Cia menoleh ke belakang, ia melihat Ranti dan beberapa teman satu organisasinya tengah berusaha mendirikan tenda. Melihat hal itu Cia langsung berjalan menghampiri Ranti. Ia mulai membantu mendirikan tenda.

Ada begitu banyak tenda yang telah berdiri, semua tenda dibuat melingkar mengelilingi api unggun. Tenda perempuan berada di barisan depan, sedangkan tenda laki-laki di barisan belakang. Hal itu sengaja dilakukan untuk meminimalisir sesuatu yang tidak diinginkan.

Langit sudah gelap ketika semua mahasiswa duduk melingkar mengelilingi api unggun, kegiatan malam ini hanya malam keakraban dengan kegiatan bernyanyi bersama lalu serta acara puncak yang paling ditunggu-tunggu oleh seluruh mahasiswa yaitu lets talk about us. Dimana pada acara ini semua mahasiswa bebas menyampaikan apapun yang ingin mereka utarakan. Tidak jarang juga acara ini menjadi ajang tembak-menembak yang melahirkan beberapa pasangan baru fakultas.

I SHALL EMBRACE YOUWhere stories live. Discover now