#61 : The Real Last Ext Part (2)

Start from the beginning
                                    

"Ppa, ini thiapa?"

"Ini adik kamu sayang, adik nya Yana"

"Adik? Nama nya thapa?"

"Kamu mau namanya siapa?"

"Hm.. ch-codet?"

Kim Seulbi yang mendengar itu mencubit pipi Yana pelan. "Masa kamu mau ngasih nama adik kamu pake nama anak anjing tetangga, sih!"

"Papa kangen kamu, Yan.." bahu Ayah terguncang pelan. Isak nya mulai terdengar, memenuhi ruangan itu seketika. Ruangan itu berubah suram, Isak tangis menjadi backsound nya. Lee Sooman tak bisa menahan lagi, ia benci harus berpura-pura kuat sekarang. Dan sebenarnya ia benci ketika mengatakan bahwa ia ikhlas atas kepergian putri nya. Bagaimana pun juga.. hubungan ayah dan anak perempuan nya jelas tak bisa di deskripsikan secara singkat. Hubungan Ayah dan anak perempuan memang se istimewa itu, tak ada ayah yang rela kehilangan putrinya. Tak ada ayah yang bisa berhenti menangis dan mengikhlaskan kepergian putri nya. Kalau pun ada, Sooman yakin.. itu bukan dirinya.

*

"Heh, bukan yang itu! Yang itu tuh!!" Lisa menepuk jidat nya sendiri. Sedikit kesal karena laki-laki yang sejak tadi bersama nya itu sangat tidak cocok diajak berbelanja bersama. Kim Hanbin yang bukan hanya menemani tapi juga merangkap menjadi pesuruh sekaligus yang membayar semua belanjaan hanya bisa menghela nafas dengan frustasi. Pasalnya Lisa tak pernah mau berhenti sebentar sekedar duduk beristirahat. Dia kan enak, hanya jalan lalu menunjuk apa saja yang dia mau. Disini Hanbin lah yang mungkin akan pingsan sangking lelah nya. Sudah tenaga begitu banyak terkuras, dompet pun sama.

"Lo tau kan, Cha Eunwoo itu anak orang kaya. Otomatis mereka tinggal di tempat yang mewah!" Lisa menepuk dada nya dengan menggebu-gebu. "Mau ditaruh dimana muka gue yang super cantik ini kalau datang bertamu pake baju kayak gitu!? Iyuh, kampungan banget.."

Kadang Hanbin sendiri bingung. Kenapa ia bisa suka pada wanita seperti Lisa ini. Sudahlah matre nya tidak ada obat, wanita itu juga rempong dan mengesalkan. Dalam satu hari mereka bertemu Hanbin tidak bisa menghitung berapa kali wanita ini mengatakan iyuhh dengan tangan yang dihempas-hempas anggun bak putri kerajaan. Hanbin sebenarnya tidak suka dengan wanita yang seperti itu. Tipe ideal Hanbin sendiri adalah wanita yang penyayang, lembut, juga pandai mengambil perhatian. Ya kira-kira seperti Lee Yana. Sangat berbeda jauh dengan Lisa yang entah bagaimana bisa jadi pacar nya. Hanbin benci wanita matre, Hanbin benci wanita yang terlalu banyak tingkah apalagi rempong. Tapi.. kalau itu Lisa, mungkin Hanbin harus berpikir seribu kali untuk membencinya. Mungkin Lisa sudah menghipnotis Hanbin. Atau.. wanita itu mungkin menyantet nya. Mungkin saja..

Tapi walau begitu Hanbin senang, wanita seperti Lisa ini sulit ditemukan. Tidak ada yang seperti Lisa lagi di dunia ini, begitu kata Hanbin.

Bagi Lisa sendiri Hanbin pun sama. Hanbin kadang menjengkelkan kala laki-laki itu asik dengan game ditangannya. Kadang juga Hanbin itu terlalu mengesalkan jika sedang manja. Hanbin tipe orang yang akan berteriak tepat di telinga Lisa kalau saja dirinya mengganggu Hanbin yang sedang asik dengan game di ponsel. Dan Hanbin juga akan berteriak tepat di telinga Lisa kalau wanita itu asik dengan ponsel nya. Intinya Hanbin itu suka berteriak. Seperti perempuan. Hanbin juga pacar yang mudah cemburu, melakukan hal-hal konyol ketika sedang kesal. Tak sekali dua kali Lisa menerima makian pahit dari laki-laki itu, lalu berujung permintaan maaf. Hanbin itu ceroboh kalau bicara, Lisa masih ingat ketika Lee Yana bercerita kalau Hanbin pernah menuduh nya sebagai wanita tak benar ketika pertama kali bertemu di indekos milik Ayah nya. Tapi Lisa tak pernah mempermasalahkan itu, dia bahkan senang jika Hanbin mulai menampilkan sifat asli nya. Memang.. Lisa dan Hanbin itu Klop!

[✓]KOS KOSAN GUVLUKWhere stories live. Discover now