PROLOG

811 62 19
                                    

"Fuuta, kau sedang apa nak?"

Seorang nenek tua menghampiri seorang anak kecil bernama Fuuta yang sibuk membaca buku dongeng. Tidak hanya itu, beberapa buku dongeng lain juga berserakan disekelilingnya.

"Aku cuman baca buku, nek!" Sahut Fuuta ceria.

"Hmm... kau sedang baca apa sayang?" Tanya si nenek lagi.

"Ini! Alice in Wonderland!" Fuuta menunjukkan bukunya dengan semangat.

"Kau tidak mau bermain dengan temanmu? Biasanya kau akan pergi bermain bola kan?" Nenek bertanya lembut.

"Tidak, besok guru meminta kami bercerita didepan kelas, jadi aku ingin bercerita tentang Alice nanti." Fuuta menggelengkan kepala lucu. "Fuuta pengen cerita tentang ratu hati  juga yang jahat banget!" Ucapnya semangat mengundang kekehan dari si nenek.

"Begitu ya..." Nenek itu mengelus lembut kepala anak itu lembut. "Ngomong-ngomong Fuuta pernah kepikiran tidak?" Tanya nya tiba-tiba.

"Um? Apa nek?" Tanya Fuuta balik, tertarik.

"Kalau sebenarnya ratu hati itu nggak jahat." Sang nenek tersenyum lembut.

"Eh? Beneran? Tapi kan dia suka menggal kepala orang, sama suka menghukum orang yang gak nurut sama perintahnya!" Sangkal Fuuta.

Nenek itu mendengus lucu. "Benar juga. Tapi kalau Fuuta melihat sisi pandang yang lain mungkin Fuuta bisa berubah pikiran." Nenek itu mengelus pucuk kepala Fuuta yang kebingungan dengan perkataan neneknya. Si nenek kemudian mengambil buku lainnya yang berserakan disekitar Fuuta. "Bagaimana kalau seandainya Scar dari cerita The Lion King ini tidak jahat?" Nenek bertanya kembali.

"Um aku tidak tau. Karena Scar itu pemalas dan dia membiarkan para hyena bergabung di wilayahnya padahal singa dan para hyena tidak akur." Ujar Fuuta yang sudah hapal cerita dari buku-buku itu.

"Haha, ternyata kau sudah hapal isi buku-buku ini ya." Fuuta mengangguk semangat mendengar ucapan neneknya itu.

"Kenapa nenek bertanya begitu? Seperti nenek pernah bertemu mereka saja." Fuuta memiringkan kepalanya bingung.

"Kalau nenek bilang pernah, Fuuta bakal percaya nggak?" Nenek tersenyum lembut.

"Um! Kalau nenek bilang benar Fuuta percaya kok!" Jawab Fuuta yakin.

"Hahaha, Fuuta memang cucu nenek yang paling manis." Nenek itu mendekap Fuuta.

"Ish, nenek! Aku ini tampan bukan manis!" Fuuta menggembungkan pipinya lucu dalam pelukan neneknya yang tertawa geli.

"Ibu? Apa yang ibu lakukan dengan Fuuta didepan teras begini? Mau malam pula." Seorang wanita paruh baya dengan celemek muncul menghampiri si nenek dan Fuuta.

"Fuuta lagi baca buku mah!" Sahut Fuuta pada ibunya ceria.

"Iya, Fuuta lagi baca buku buat cerita didepan kelas nanti." Nenek tersenyum.

"Yasudah bacanya nanti aja lagi. Ayo makan malam sekarang." Ibu pun mengajak masuk mereka kedalam rumah.

.

.

.

10 tahun kemudian.

KRIIIINNGGG

Jam weker berbunyi nyaring berusaha membangunkan seorang pemuda yang tengah tertidur dengan selimut menutupi seluruh tubuhnya. Namun entah karena ia masih berkelana di alam mimpinya pemuda itu tidak menunjukkan tanda-tanda ia akan bangun. Hingga...

BRAK

"Fuuta! Bangun sayaaanngg!!" Teriak seorang wanita paruh baya memanggil nama pemuda itu.

Tapi tetap saja. Fuuta enggan pergi dari alam mimpinya. Wanita yang diketahui sebagai ibu dari Fuuta ini memandang geram putra semata wayangnya itu. Ia kemudian memasang pose berpikir menemukan cara ampuh untuk membangunkan putranya itu. Dan cling! Sebuah bohlam imajiner muncul dipucuk kepalanya.

Second Chance (Twisted Wonderland Fanfict)Where stories live. Discover now