Nyaris

598 83 1
                                    

Memasuki tahun ketiga, kali ini Hanabi memulai debutnya di sekolah

Pagi itu seperti biasa pesona Hinata menarik perhatian seluruh siswa.
Terutama siswa baru teman-teman Hanabi.

Meski mereka berada dalam satu mobil yang sama tapi keduanya tidak berjalan bersamaan.

Hanabi masuk lebih dulu baru disusul Hinata. Meski begitu tetap Hinata yang dapat sorotan. Dan itu membuat Hanabi jengkel.

" Hyuga-san kumohon "

Lagi-lagi seorang siswa menyatakan cinta pada Hinata. Kali ini barisan tahun ajaran baru yang menyerangnya.

" Iie desu.. kimochi warui "

Lalu pergi meninggalkannya disana. Dan entah sudah berapa banyak lagi di hari-hari selanjutnya.

" Haaaa... Kenapa slalu begini sih setiap tahun..ini sudah seperti event
di sekolah "

Lagi-lagi dia meratapi sikap egoisnya.

Dan kejadian itupun berlangsung
hari demi hari.

" Kaichou.. ini gawat "
" Ada apa? "
" Korban Ratu Es bertambah lagi "
" Bukankah sudah biasa setiap tahun "
" Daripada itu aku lebih khawatir karna organisasi patah hati semakin
menakutkan "
" Hmm "
" Aku takut terjadi sesuatu pada Ratu Es sekolah kita "
" Hee.. bukannya kau juga pernah ditolak "
" Yamete kudasai Kaichou.. "

Dia dan beberapa anggota OSIS lainnya yang pernah menjadi 'korban' Hinata menutup mata sambil mengepal tangan di dada.

Dua tahun menjabat sebagai ketua OSIS dan sampai saat ini Sasuke masih belum tau siapa sebenarnya sosok si Ratu Es ini. Meski anggotanya slalu mengatakan mengenai penampilannya yang cantik. Tapi tak ada yang menarik perhatiannya.

" Baiklah rapat kita tutup hari ini " ucap Sasuke.

Semua anggota keluar ruangan kecuali Suigetsu.

" Jadi apa yang akan kau lakukan mengenai Ratu sekolah ini? "
" Aku akan mencari tau "

Sasuke lantas merubah total penampilannya,menyamar menjadi si culun Uchiha. Dan mulai berkeliaran di area sekolah.

Melihat beberapa klub yang masuk list sekaligus mencari si Ratu Es.

Harusnya aku melihat foto yang diberikan Suigetsu waktu itu, batinnya.

Tapi, bukan hal yang sulit mencari sang Ratu yang terkenal seantero sekolah.

Sebelum itu ada yang harus ku lakukan, pikirnya.

Dia berjalan menuju sebuah ruang klub. Klub pengembangan otot, tertulis jelas di depan pintu.

" Senpai, bulan depan ada lomba di daerah- "
" Tidak ikut "
" He? "
" Ku bilang kita tidak ikut "
" Tapi bukankah yang kita lakukan setiap hari adalah untuk mengikuti kompetisi? "
" Kapan aku bilang begitu? "
" Lalu untuk apa berlatih setiap hari? "
" Menjaga otot agar tetap seimbang dan berbentuk "
" Ha? "
" Selain itu, semakin tubuhmu bagus..semakin banyak gadis yang akan mengejarmu "
" Hahaha.. " tawa yang lainnya.

Sasuke mencuri dengar pembicaraan mereka dari luar ruangan.

Srrrttt

" Oi apa yang kau lakukan disini "

Ah ketauan, batin Sasuke.

Dia berpura-pura merapikan kacamata dan bersikap layaknya kutu buku.

" Gomen aku hanya lewat " dusta Sasuke.
" Jangan bohong "

Lainnya pun ikut keluar. Keadaan sangat tidak mengenakkan, Sasuke diapit pria-pria berotot disana.

" Tolong biarkan aku lewat " pinta Sasuke.
" Jangan bercanda "

Ah gawat, aku bisa saja menghajar mereka tapi ini masih di sekolah. Kekerasan bukan jalan keluar. Tapi bagaimana caraku menghindari situasi ini?

" Tolong "
" Berlutut "
" He? "
" Ku bilang berlutut "

Urat di dahi Sasuke mulai keluar satu persatu menahan geramnya.

" Apa yang kau tunggu? "

Sepertinya aku memang harus menghajar mereka disini sekarang, batin Sasuke.

Tidak ada yang menolong maupun memisahkan mereka meski banyak siswa lalu lalang disekitarnya. Semua seolah menutup mata melihat Sasuke saat itu.

" Cepat laku- "
" Hey "

Semua menoleh bersamaan kearah suara.

" Apa yang kalian lakukan? "
" Jou " ucap mereka.

Jou? masaka...

" Lepaskan dia "
" ... "
" Kalian tidak malu mengeroyok satu orang begitu? "
" Jou- "
" Untuk apa kalian mengembangkan otot kalian? untuk melukai orang lain?"

Semua masih diam terpaku.

" Orang-orang seperti kalian ini yang paling ku benci "

Seketika pria-pria itu membatu seolah disambar petir. Sasuke pun mengambil kesempatan tuk melepaskan diri.

Hinata lantas pergi meninggalkan mereka semua disana. Berjalan secepat mungkin.

Huuwaaahhh... itu kan Uchiha-san...kenapa dia bisa di keroyok begitu!
Aku harus segera ganti kostum agar bisa bicara dengannya.

" Matte "

Deg

Hinata menoleh ke belakang.

" Matte "

Huuwaahh.. kenapa dia mengejarku?!

" Tunggu jangan lari "

Tidak mungkin aku tidak lari darimu Uchiha-san!

Greb

Hinata berhenti seketika saat lengannya tertangkap oleh Sasuke.

" Kenapa kau lari? "
" Aku ada urusan " dustanya.
" Tapi aku belum berterima kasih "
" Ah itu tidak perlu.. mereka yang salah "

Lavender itu terus berkeliaran kesana kemari. Mencoba menghindari kontak mata dengan Sasuke.

" Ka-kalau begitu aku.. "
" Matte.. ada yang ingin ku tanyakan "
" He? "
" Tentang kenapa kau menolak semua laki-laki yang menyatakan cinta padamu "
" Ah.. um.. aku tidak ingin pacaran "
" Tapi apa kau pernah memikirkan imbas dari sikap mu itu? "
" Ti-tidak.. aku sudah seperti ini sejak SMP "
" Lalu.. "

Apalagi sih??

Keringat dingin Hinata mulai keluar. Dia takut Sasuke mengetahui siapa
dia.

Krriinng

" Kyaa "

Suara ponsel seorang siswa yang melewati mereka.

" Go-gomen.. "

Hinata kembali memalingkan wajahnya, tak ingin Sasuke melihatnya.

" A-aku harus kembali..permisi "

Hinata lari secepat yang dia bisa menuju belakang gedung sekolah. Disini, Sasuke masih terdiam. Dia terus menatap telapak tangannya sembari berpikir.

Suara teriakannya tadi mirip Violet-san.. dan lagi sensasi saat memeganggnya juga, batin Sasuke.

~Skip~

ToxicWhere stories live. Discover now