Sunday.

487 48 7
                                    

A sequel from Trolley. Requested by awholetataworld
.
.
.
.
.

"Gedung C teknik mesin. Cari saja aku di ruang dosen. Sampai bertemu lagi ya, cantik."

Bagai sebaris kalimat berbau mantra yang sedang Seokjin hafalkan, kalimat Namjoon memenuhi ruang memori nya sejak berpisah di pelataran parkir sore tadi. Bagaimana bisa pria itu dengan mudah mengucapkan kalimat yang menggantung seperti itu? Gedung C teknik mesin. Universitas mana? Apakah tempat yang sama dengan ia mengajar? Atau malah letaknya jauh dari jangkauan? Apakah ia juga tenaga pengajar seperti dirinya ataukah salah satu orang yang berstatus mahasiswa? Ah, sepertinya Namjoon suka bermain tebak-tebakan tapi anehnya Seokjin menikmati setiap permainan. Bertemu orang asing, menghabiskan waktu bersama-sama dalam satu waktu, lalu meninggalkan rasa yang entah bisa disebut apa. Kim Seokjin sulit memejamkan mata.

Tak henti-hentinya tangannya mencari informasi di laman website setiap universitas hanya untuk sekadar mencari status dari Namjoon namun tak membuahkan hasil. Seokjin lupa, Namjoon tak menyebutkan marga nya. Terlalu fokus pada pandangan pertama dan degup jantung yang berseru jatuh cinta, Seokjin melewatkan hal-hal detail dari pria yang ia temui tadi.

"Kak Seokjin, bawangnya disimpan di kulkas juga tidak?" Suara Jungkook menginterupsi dari balik pintu kamarnya yang sengaja dikunci. "Jangan simpan dalam kulkas, simpan saja dalam keranjang khusus bawang dan letakkan di barisan rak berisi bumbu dapur diatas sink." Jelas Seokjin yang tatapannya tak lepas dari layar ponsel.

"Kak Seokjin, besok hari minggu mau kemana? Kak Taehyung mengajakku membeli buku. Tidak mau ikut?"

"Hm, tidak."

"Kak Seokjin, ini kenapa banyak tepung mau membuat apa?"

"HUH?"

"MAU MEMBUAT APA BESOK?"

"KUE"

"Huh?"

"KUEEEEEEEEEEE" jawab Seokjin setengah berteriak yang memaksanya untuk bangkit dari tempat tidurnya. Membuka kunci pintu dan bersitatap dengan Jungkook yang sedari tadi mengajaknya bicara dengan tidak santai nya.

"Apa sih, kenapa teriak-teriak begitu?"

"Kak Seokjin yang teriak kenapa marah-marah padaku? Lagi pula, tumben sekali setelah dari luar langsung ke kamar." Jungkook berjalan ke arah kulkas meletakkan berkotak-kotak susu dan disusun nya dengan rapi.

"Tidak apa-apa, hanya capek saja."

"Tsk, bohong sekali." Masih melihat Jungkook memasukkan beberapa camilan, dalam hati Seokjin memang membenarkan ucapan adiknya. Jika biasanya ia akan duduk terlebih dahulu di ruang tamu lepas dari luar, kali ini ia memilih kamar untuk pelarian.

Kembali berbaring dengan pandangan terfokus pada langit-langit kamar, Seokjin berulang kali menghembuskan napas tanda gusar. Semudah itu ia jatuh cinta? Apakah benar jatuh cinta? Siapa sih, Namjoon? Menyalahkan diri sendiri yang tak membawa ponsel, seandainya saja, iya, seandainya saja.

"Besok hari minggu, kenapa lama sekali sih hari senin. Kalau besok ke kampus, staff yang berjaga pasti akan terkejut melihatku yang tak ada kepentingan berada disana." Tubuhnya berguling ke kanan dan kiri, membuka tutup selimut yang menutupi, duduk dan kembali berbaring, jika Jungkook melihatnya saat ini maka dipastikan Seokjin akan mendapat ejekan habis-habisan. Usia memasuki kepala tiga, namun beromansa cinta anak remaja.

Hari minggu dan Seokjin terlambat menyambut pagi. Dilihatnya ponsel yang menunjukkan pukul sebelas siang dengan beberapa pesan dari Jungkook juga panggilan beberapa kerabat. Semalaman tak bisa tidur dengan nyenyak karena terus bertanya jawab dengan pikiran soal Namjoon. Seokjin benar-benar akan ditertawakan Jungkook.

YOUR(S) [ NAMJIN ] ✔Where stories live. Discover now