12 dan Desember.

1K 79 3
                                    

Desember akan terasa jauh lebih dingin karena datangnya salju. Orang-orang memilih berdiam di dalam rumah, menghangatkan diri di dekat perapian, menikmati minuman hangat sambil sesekali memeriksa keadaan diluar, kawatir jika tumpukan salju akan mengganggu beberapa ruas jalan utama mereka.

Desember juga akan jauh lebih hangat ketika natal tiba. Kue jahe bersama secangkir teh, pohon natal di sudut ruangan dengan bintang di puncak pohon, anak-anak kecil riang yang membuka kado, belum lagi pada saat mereka bertanya, "Apakah Tuan Santa Clause akan datang?" Sembari kaki-kaki kecilnya dihentak dengan gemas.

Iya, seharusnya seperti itu.

Sesosok pria dengan coat hitam nya berjalan menyusuri jalan setapak dengan segelas kopi dalam wadah kertas. Tangannya terlihat kemerahan, mungkin kedinginan, lepas membentur sesuatu, atau terluka. Matanya tertutup sebagian poni yang mulai memanjang namun tak mengurangi bagaimana rupa sang pemilik. Oh, jangan lupakan bagaimana tinggi proporsi tubuhnya, sehingga coat yang ia gunakan pun ikut membalut sempurna.

Terlalu banyak menerka dan memuja si pria membuat lupa, dia telah memasuki kediaman yang sebagian depannya bewarna abu-abu dengan beberapa pot tanaman disamping kanan kiri.

Tubuhnya terlihat lesu disandarkan pada sofa dengan tangan yang tak lepas memutar-mutar ponsel. Dalam benaknya ia seolah meminta pada Tuhan bahwa tak ada hal yang lebih membahagiakan selain bertemu dengan sang kekasih. Menikmati bulan terakhir dalam tahun, menyatukan jemari, serta menutup dua belas malam dengan peluk sehangat pertama kali.

Memilih beranjak dari tempat ia melamun, kini tangannya sibuk memeriksa beberapa berkas. Entah itu soal pekerjaan kantor, beberapa tagihan untuk keperluan rumah, struk belanja yang berserakan, maupun, beberapa sisa foto kebersamaan yang belum selesai ia rangkai.

"Ah, Namjoon! Kau ini, selalu saja membuatku terkejut." Kim Seokjin, 35 Tahun yang bekerja sebagai salah satu staff office disalah satu perusahan milik mendiang ayahnya. Pekerjaan yang tidak mudah, meski ingin ia berkata lelah. Seokjin hanya ingin melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya tanpa berusaha mengeluh.

"Aku tadi ingin membuntuti mu selama perjalanan pulang ke rumah, tapi nanti kau pasti marah." Kim Namjoon, sosok yang selalu Seokjin puja keberadaannya. Orang berkata, mungkin ia sedikit tidak waras namun ia tak pernah memberikan sederet utas berisi kalimat sarkas, karena yang ia tahu Kim Namjoon adalah satu dari sekian juta orang yang selalu ingin ia lihat setiap waktu.

"Sayangku sudah makan, belum? Tadi ada iklan es krim kesukaanmu sedang mengeluarkan varian baru. Aku tidak tahu cara mematikan tv saat kau tinggal pergi tadi pagi, jadi ku biarkan menyala terus," ucap Namjoon dengan bibir yang mengerucut lucu. Seokjin menghampirinya dengan gelak tawa tertahan, "Tidak apa-apa, Namjoon. Besok kita pergi bersama, ya? Sekaligus memeriksa beberapa hal yang sudah ada dalam daftar kita," dan dengan satu kali anggukan kepala, Namjoon paham bahwa esok adalah hari bagi mereka berdua.

Pagi menjelang dan Namjoon adalah sosok yang pertama kali Seokjin lihat. "Selamat pagi sayangku, tidur nyenyak?" Lesung pipi Namjoon adalah obat dari segala sakit bagi Seokjin, indahnya. Turun dari ranjang dengan bertelanjang kaki menuju cermin, Seokjin memerhatikan sekilas ruang yang dominan berwarna putih miliknya. Ia melihat Namjoon yang tengah duduk dengan kaki yang ia mainkan. "Namjoon, ini tahun ke berapa ya?" Tanya Seokjin hampir tak terdengar.

Namjoon pun terlihat menghitung sambil mengingat berapa jumlah hari yang mungkin sudah mereka lewati. "Uhm, aku lupa. Tapi sepertinya sudah tujuh tahun," jawabnya. "Ah, angka tujuh yang sempurna. Terima kasih, sayangku. Aku akan bersiap-siap terlebih dahulu." balas Seokjin kemudian yang langkahnya telah hilang dibalik pintu kamar mandi.

Langit cerah meski udara memang dingin. Seokjin mengenakan coat abu-abu dengan sarung tangan berwarna hitam terlihat lucu dimata Namjoon. Gerutuan nya tentang dinginnya bulan desember membuat Namjoon selalu ingin memeluk Seokjin, meski terkadang ia sangat malu karena harus menjadi pusat perhatian pejalan kaki yang lain.

YOUR(S) [ NAMJIN ] ✔Where stories live. Discover now