Part 25

1.3K 9 1
                                    

Follow Author dulu sebelum baca,

Setelah memberikan keterangan kepada pihak kepolisian pria itu kembali pulang ke kost-an tempat tinggalnya. Dia tidak yakin kalau Revan akan lama mendekam di penjara, karena pria itu bisa saja keluar dan memberikan uang tebusan. Matanya tertegun melihat Melisa sudah menunggunya di halaman kost-an tempat ia tinggal.

"Hai Mel!" Sapanya pada gadis itu seolah tidak terjadi apa-apa padanya. Leebin membawa masuk motor bututnya ke beranda rumahnya. Sedang Melisa mengikutinya dari belakang.

"Lo sengaja nggak mau jawab panggilan gue di kampus? Kenapa? Lo malu ketahuan kenal gue, setelah jadi pahlawan di kampus gue?" Tanya Melisa sambil menggenggam lengan kanannya. Leebin tersenyum mendengar gadis itu melontarkan kata-kata tersebut. "Kenapa mesti mikir sejauh itu, hem?" Tanyanya santai sambil menarik tangan Melisa dari lengan kanannya, karena dia ingin melepaskan jaketnya.

"Kok malah nyingkirin tangan gue? Lo kaga mau gue sentuh lagi!" Teriaknya dengan nada meninggi. Leebin menggelengkan kepalanya berkali-kali sambil terkekeh geli melihat tingkahnya yang dia sendiri tidak mengerti.

"Gue mau lepas baju, mau mandi. Kalau lo pegangin mulu, kapan gue mandinya?" Jelas pria tersebut sambil melangkah masuk ke dalam kamar mandinya.

Melisa masih tidak percaya dengan apa yang ia dengar dari pemuda tersebut, gadis itu meletakkan peralatan kuliahnya di atas tempat tidur Leebin. Kemudian dia bergegas masuk ke dalam kamar mandinya. "Wueeehhh! Kok ikut masuk ke mari! Ntar basah! Buruan keluar!" Teriak Leebin dengan mata terkejut mengusirnya keluar karena dia sendiri sedang menggosok punggungnya, tubuhnya polos tanpa memakai apa-apa.

Melisa meremas kedua kepalan jemari tangannya sendiri, gadis itu terlihat begitu sedih masih tetap berdiri di dalam kamar mandinya. Dia melihat punggung Leebin, beberapa kali gadis itu mengusap air matanya sendiri yang tengah mengalir membasahi kedua pipinya. Melihatnya seperti itu Leebin buru-buru menyelesaikan mandinya. Tiba-tiba gadis itu memeluk pinggangnya dari belakang. "Kenapa lagi? Gue nggak apa-apa, sorry gue kaga liat tempat pas lambaikan tangan ke elu, dah bikin lo malu sama teman-teman sekampus." Ujarnya pelan sambil menyentuh lengan gadis itu yang masih tetap melingkari pinggangnya. Dia menunggu gadis itu menjawab pernyataan darinya. Tapi setelah beberapa menit menunggu sama sekali tidak ada tanda-tanda kalau gadis itu akan mengucapkan sepatah kata pun padanya. Dia masih merasakan isakkan tangisnya juga air matanya yang membasahi punggungnya yang masih belum tertutup pakaian.

"Sudah gue mau pakai pakaian dulu." Ujarnya sambil menarik lengan Melisa dari pinggangnya. Tapi gadis itu malah memperkuatnya pelukannya pada pinggangnya. "Mel? Dingin di sini, gue mau pakai baju dulu.. nanti kita bahas lagi." Ucapnya lagi, berusaha menarik lengannya dari pinggangnya. Tapi tetap saja kedua lengan gadis itu tidak mau lepas. Akhirnya dia menyerah, dan berdiri diam saja di sana. Dibiarkannya gadis itu menyelesaikan tangisannya dan tetap menyandarkan wajahnya pada punggungnya.

Leebin memutar tubuhnya hingga berhadapan dengan dirinya, direnggutnya selembar handuk untuk menutupi tubuhnya sendiri. "Kenapa?" Tanyanya sambil meraih wajah gadis itu yang tetap terbenam pada dada bidangnya. Tapi lagi-lagi gadis itu tidak mau menjawab pertanyaan darinya.

Leebin tersenyum menatap wajah Melisa yang sedang mendongak karena dia memegangi kedua pipinya, agar gadis itu mau menatap ke arah kedua matanya.

"Gue tadi sore nyusulin ke kampus elu, sebenarnya gue khawatir motor elu mogok di jalan. Atau lu kenapa-kenapa. Cup!" Jelasnya lagi sambil mengecup bibirnya. Wajah Melisa berubah tidak sesedih tadi. Tapi dia tetap tidak mau melepaskan pelukannya dari pinggangnya. Akhirnya pria itu memilih untuk membopong tubuhnya keluar dari dalam kamar mandinya. Karena dia khawatir gadis itu akan terserang flu, atau masuk angin. Dia tahu Melisa tidak tahan dengan cuaca atau udara dingin dan lembab. Beberapa kali dia  melihat gadis itu bersin-bersin. Sama seperti dugaannya!

"Tuh kan pilek!" Ujarnya sambil meletakkan tubuhnya agar duduk di tepi tempat tidurnya, Leebin mengambil handuk kecil dari dalam lemari untuk mengusap ingus yang keluar dari hidungnya, sambil berdiri di depannya. Melisa menyandarkan kepalanya pada dada bidangnya, Leebin merasakan gadis itu begitu nyaman tetap seperti itu.

"Jangan lagi pura-pura tidak kenal sama gue." Ujarnya seraya mendongakan kepalanya berharap pria itu mau menjawabnya. Leebin hanya tersenyum sekilas, lalu melepaskan pelukannya berniat mengambil baju ganti dari dalam lemari pakaian miliknya yang ada di sudut kamarnya.

Melisa pikir pria itu menghindari pernyataan tersebut, dia segera melompat turun mengikutinya. Lalu ikut berdiri di sebelahnya. Leebin mengerjapkan matanya, dia menoleh ke samping menatap wajah Melisa yang masih cemberut. "Iya." Jawabnya santai sambil memakai kaosnya, juga celana pendeknya.

"Kaga pulang? Ntar Bu Ritma nyari lagi kemari loh?" Tanyanya karena gadis itu menghambur untuk kesekian kalinya ke dalam pelukannya. "Nggak mau pulang! Mau tetap di sini saja!" Ujarnya tetap bersikeras untuk berada di sampingnya.

"Lain kali telepon dulu saja, nggak perlu repot-repot ke kampus nyariin gue. Cup!" Ucap Melisa sambil mengecup bibirnya.

"Hem." Sahut Leebin sambil mencubit hidungnya.

"Akhhh! Sakit tahu!" Keluh gadis itu sambil menggembungkan pipinya karena merasakan cubitan pada ujung hidungnya terlalu keras.

"Habisnya gemes gue!" Ujarnya sambil tersenyum manis menatap wajah gadis itu berada dalam pelukannya. Tak terasa waktu telah berlalu begitu cepat, sekarang sudah menunjukkan hampir pukul sembilan malam. Sambil berpelukan Leebin mendekatkan wajahnya, perlahan-lahan dikecupnya bibir Melisa.

"Cup!" Satu kali.

"Cup! Cup!" Dua kali pada kedua pipi gadis itu.

"Cup!" Satu kali pada keningnya.

Melisa memejamkan kedua matanya, kesempatan itu tak disia-siakan begitu saja, segera dilumatnya bibir tipisnya. Dipagutnya perlahan. Melisa diam saja, Leebin merasakan remasan tangan Melisa pada belakang punggungnya. Lumatan lembutnya pada bibir gadis itu, sengaja dia perpanjang semakin lama hingga nafas Melisa terdengar tidak teratur seperti sebelumnya.

Leebin merasakan gadis itu semakin keras meremas-remas punggungnya. Dia tetap melumat bibirnya sambil mendorong perlahan tubuhnya melangkah ke tepi tempat tidurnya. Membiarkan gadis itu menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur miliknya.

"Biiiinn.." Terdengar suara gadis itu menyapa daun telinganya sesaat setelah dia melepaskan pagutan lembut pada bibirnya. "Apa?" Tanyanya seraya mengusap kedua pipinya. Leebin masih berdiri menundukkan badannya di tepi tempat tidurnya, kedua tangannya berada pada kedua sisi kanan-kiri tubuh Melisa.

"Maafin gue ya?" Bisiknya sambil mengalungkan lengannya pada belakang leher Leebin.

"Maafin untuk apa?" Tanyanya pada gadis itu, dia merasa Melisa tidak melakukan kesalahan apapun hari itu. Dan juga ketika gadis itu mengabaikannya di kampus ketika dia melambaikan tangannya, dia sudah tidak begitu peduli dengan kejadian itu. Baginya, asalkan Melisa baik-baik saja sudah lebih dari cukup! Tidak peduli di manapun gadis itu berada, asalkan dia tetap baik-baik saja.

"Gue nggak nyahut ketika lo lambaikan tangan ke gue tadi." Ujarnya sambil menatap ke arah lain, menghindari tatapan mata Leebin yang terus tersenyum melihat rasa bersalah terukir jelas pada wajah gadisnya.

"Lihat gue dong? Masa masih pura-pura nggak lihat? Kan sudah sedekat ini.." Ujar pria itu sambil tersenyum pura-pura merajuk.

Melisa mengerjapkan matanya berkali-kali, ragu-ragu dia kembali menatap kedua bola mata pria muda yang kini masih berada di atas wajahnya. Tak henti-hentinya pria itu tersenyum manis melihat wajah salah tingkah Melisa. "Sial! Ini bukan yang pertama kalinya, tapi kenapa hatiku berdebar-debar?" Gumam Melisa pelan. "Hahhahahha!" Mendengar itu mau tak mau tawa mereka berdua pecah, membuat suasana canggung tersebut menyingkir.

Bersambung..

Hai Readers.. hallo.. inget gue nggak sih? Pasti inget kan sama gue? Jangan lupa masukkan ke list perpustakaan kalian untuk mendapatkan notifikasi update kisah selanjutnya.. terimakasih..

Melisa Oh Melisa (Part Lengkap Ekslusif Dreame)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang