Ep. 25

245 32 18
                                    




Mino termenung cukup lama, otaknya berpikir keras menerka siapa orang yang mampu memecahkan teka-teki dalam kepalanya. Terlalu banyak pertanyaan dan detail yang tak sempat terpikirkan. Bahkan untuk menyentuh standarnya saja, otaknya tak mampu menjangkaunya. Ketika ia berkata ia membuang waktu sejak membidik Seulgi menjadi targetnya, sejujurnya ia telah membuang waktu jauh sebelum itu.

"Kau pasti sedang memikirkanku ya?"

Lawan yang di ajak bicara itu sedikit terkejut, sebelum akhirnya menyahut, "Kau bahkan tak pernah terlintas diingatanku 2 tahun terakhir."

Waw, sudah selama itu? Durhaka sekali ia.

"Maafkan aku Kek, aku akan menebus rasa rindumu dengan berkunjung setiap hari."

"Cih, kau ingin aku cepat mati karna selalu melihat wajahmu?"

Mino tertawa dengan kencang, membuat pria tua yang duduk pada kursi roda itu ikut menyumbang tawanya.

"Wah kau melukai hatiku, padahal aku adalah cucumu yang paling tampan."

"Terserah, kenapa kau tiba-tiba datang setelah lupa jika masih memiliki Kakek?"

"Maaf, aku sedang sibuk atau lebih tepatnya pura-pura sibuk."

"Begitukah? Lalu apa yang membawa anak sok sibuk ini berkunjung?"

"Alasan pertama, karna aku sangat merindukanmu, alasan kedua karna aku ingin melihat wajah tampanmu, dan alasan terakhir karna ada sesuatu yang ingin ku tanyakan."

"Cih."

Mino tersenyum, lalu mendekat dan berdiri sejajar dengan kursi roda sang kakek.

Mino tak tau apa yang membawanya kemari setelah sekian lama. Setelah menghabiskan dentingan jam dengan berdiam diri, membuat benang kusut yang bahkan tak di coba untuk di luruskan, wajah kakeknya tiba-tiba muncul bagai sebuah jawaban dari rapalan doa. Ia tak bisa menanyakan soal Vampire pada sang Ibu tapi tentu ia bisa menanyakan seribu pertanyaan pada Kakeknya.

"Maaf menjadi cucu kurang ajar karna tidak menjengukmu, tapi aku serius ketika mengatakan aku merindukanmu. Ada beberapa hal yang membebaniku beberapa bulan terakhir dan karna aku mengetahui dengan jelas bahwa mengetahuanku masih jauh tertinggal, aku ingin memastikan beberapa hal."

"Apa terjadi sesuatu?"

"Bohong jika aku berkata tidak, tapi biarkan ini menjadi urusanku."

Pria tua itu mengangguk mengiyakan, sejak Mino lahir ke dunia ia tak pernah sekalipun berbicara dengan serius seperti sekarang. Hal apa yang membebani cucunya hingga ia membuat kerutan dahi dengan sebegitu dalamnya?

"Apa Vampire juga seorang penyihir?"

Huh?

"Kenapa kau berpikir demikian?"

"Tentu karna aku memiliki alasan."

Mino menundukkan kepalanya, mempertemukan obsidian gelap miliknya dengan sang Kakek.

"Bisakah kau menjelaskannya?"

"Mereka bukan penyihir, hanya saja Pemimpin mereka bernasib baik karna menikahi Vampire dengan kemampuan istimewa."

Sang Kakek menatap lurus, memutus kontak mata yang tanpa sadar terjalin.

"Ratu Eugene merupakan Vampire dari klan Origin, ia seperti penyihir karna memiliki kecantikan abadi dan membuat dinding pembatas yang tak kasat mata untuk melindungi kaumnya, sebagai bonus, ia dapat melihat apa yang akan terjadi. Kau pasti tau jika mereka tinggal di Hutan dan membangun koloni besar bukan? Kau pasti bertanya-tanya bagaimana mungkin kastil megah itu tak pernah terlihat? Kini kau tau jawabannya."

THE HALF BLOOD VAMPIRE (THBV)Where stories live. Discover now