Ep. 23

347 49 39
                                    




THBV


Seulgi mengintip di balik jendela, alisnya sedikit terangkat. Oh, ia membuat kekacauan lagi.

Suara pintu terbuka berhasil mengambil penuh atensinya, Mino menatapnya nyalang. "Kita harus bicara," ucapnya mutlak lalu berbalik pergi darisana.

Gadis itu tersenyum kecil, meminta Jimin menunggu lalu menutup rapat pintu kamar Mino seolah meminta pria itu untuk mengurung dirinya disana.

"Kau harus pergi. Bodoh, harusnya aku tak mengajakmu kemari dari awal."

"Apa aku membuat kesalahan?"

"Ya, kehadiranmu adalah sebuah kesalahan. Sekarang pergilah dan bawa Jimin, aku akan mencoba menjelaskan situasinya pada kaumku."

Seulgi menyilangkan tangannya, jemari lentiknya ia ketukkan pada lengannya. Nafasnya ia buang kasar dan matanya menatap lurus, mencoba menerawang situasi apa yang terjadi, dan dampak yang akan timbul.

"Siapa yang mereka khawatirkan? Kastaku, atau diriku?"

"Mereka tak melihatmu, mereka hanya tahu aku membawa Vampire, jadi ku jelaskan kau hanya Outcast."

Sial, lancang sekali pria itu menurunkan kastanya.

Mino yang menyadari tatapan kesal gadis itu mencoba mengabaikan, apa kasta dan kebenaran siapa sosoknya ini sangat penting saat ini?

"Baik, aku akan pergi. Tapi sebelum itu bisakah kau meminjamkanku sesuatu yang bisa menutupi wajahku? Aku jamin salah satu di antara kaummu pasti mengenaliku."

Bukankah Mino baru saja mengenalinya sebagai Outcast? Akan cukup bahaya jika mereka menyadari bahwa pria itu berbohong. Oh tentu ia tak peduli dampak untuk dirinya, namun bukankah Mino akan di anggap pengkhianat karna membohongi kaumnya hanya untuk menyelamatkan dirinya?

"Kau bisa memakai topi milikku."

Gadis itu hanya mengangguk sebagai jawaban namun baru satu langkah ia mengikuti pria itu, Mino sudah membalikkan badannya.

"Atau sebaiknya kau berjalan terpisah dengan Jimin."

"Tiba-tiba?"

"Kau tahu sebesar apa rasa benci antara Serigala dan Vampire, aku tak bisa memastikan jika tak akan ada Serigala yang tiba-tiba menyerangmu."

"Jadi kau mengkhawatirkanku?"

"Tidak. Aku hanya tak ingin Serigala menyerangmu di hadapan Jimin, aku tak mau mengotori tanganku untuk menyingkirkannya jika sampai ia tahu kebenarannya."

Jimin ya? Bukankah Jimin sepertinya sudah tahu sesuatu?

"Menyingkirkan? Bukankah kaummu sudah tak ingin berurusan dengan manusia? Atau-"

"Tidak. Aku tak ingin mengurusinya dan memantaunya 24 jam hanya agar ia tak membuka suara."

Oh begitu? Hampir saja ia berpikir Mino tak sengaja membocorkan bahwa kaum mereka masih memburu manusia.

"Sebelumnya, apa boleh aku bertanya sesuatu?"

Pria itu tak menyahut, namun tentu saja ia mempersilahkan gadis itu untuk melanjutkan.

"Aku tak sengaja melihat bingkai foto berisikan Ibumu, Kepala Sekolah, dan mungkin Ayahmu? Dimana ia sekarang?"

"Sudah mati."

Ups, apa ia harus meminta maaf karna salah bicara? Tapi kenapa ekspresi pria itu sangat datar.

"Kapan?"

THE HALF BLOOD VAMPIRE (THBV)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora