Ep. 22

612 66 8
                                    


"Apa? Tadi pagi kau meninggalkanku dan sekarang tak bisa pulang bersama?"

Jimin menatap teman-teman kelasnya yang memandang Nayeon sinis lalu menggaruk kepalanya yang tak gatal. Apa Nayeon tak tahu tempat? Lagipula ia kan bukan anak kecil yang harus berangkat dan pulang bersamanya.

"Aku minta maaf karna meninggalkanmu tadi namun ini adalah tugas kelompok. Bukankah kau juga mendapatkannya? Dan lagi, aku juga tak memiliki tanggung jawab untuk pulang bersamamukan?"

Benar, mereka baru berada di satu Sekolah kurang dari setengah tahun jadi gadis itu pasti sudah terbiasa berangkat dan pulang tanpanya. Lalu kenapa tiba-tiba hal itu berubah menjadi kewajiban?

"Siapa saja anggota kelompokmu?"

"Bukan urusanmu."

Gadis itu memutar bola matanya lalu menghela nafas jengah, Jimin benar-benar kasar. Mereka sudah mengenal dalam waktu yang lama, mereka bahkan tumbuh bersama. Setidaknya bisakan pria itu berbicara dengan lembut padanya?

"Kau. Ck, dunia benar-benar sempit."

Nayeon menunjuk Taehyung sekilas, lalu kembali memutar bola matanya. Rasanya ia ingin mancakar wajah tampan itu begitu saja, entah mengapa kejadian tempo lalu masih menyulut emosinya. Sedangkan Taehyung? Pria yang baru datang itu memilih tak peduli dan mengedarkan pandangannya untuk mencari Seulgi.

Ketemu. Gadis itu sedang berada di belakang kelasnya sambil berbincang dengan Mino. Cih, apa harus sekali dengan sok imut begitu?

Melihat Taehyung yang tak merespon ucapan Nayeon membuat Jimin akhirnya mengikuti kemana arah pandangnya dan sial, kenapa Seulgi selalu menempel pada Mino seharian ini?

Merasa dirinya sedang diperhatikan gadis itu menolehkan kepalanya ke arah pintu, dan bibirnya langsung tertarik sempurna. Gadis itu berlari kecil sambil meneriakkan nama Taehyung, melihat hal itu sang pria hanya membuka kedua tangannya dengan bibir yang juga tertarik. Lihatlah, bukankah gadis itu sungguh menggemaskan?

"Kau menunggu daritadi?"

"Tidak juga."

Masih dalam pelukan pria itu Seulgi dengan tanpa dosanya mengecup rahang tegas sang Adam, entahlah tapi Jimin merasa dirinya sedang dalam mode tak terlihat untuk gadis itu.

"Maaf Tae, tapi sepertinya aku tidak bisa pulang bersamamu."

"Kenapa?"

"Kau ingat tugas Guru Song? Aku akan latihan dirumah Mino."

"Kau gila? Tidak, aku tak akan pernah mengijinkannya."

Tepat sekali seperti dugannya, Taehyung pasti menolak. Pikiran pria itu pasti sedang berdialog singkat, seperti, 'Apa kau bodoh ingin masuk ke kandang Macan?' padahalkan Mino bukan Macan tapi Serigala.

"Dengar Tae, aku, Jimin, dan Mino harus segera kesana sebelum larut. Lagipula aku memberitahumu bukan untuk meminta ijin."

"Tunggu, kau, Jimin, kalian sekelompok?"

Kedua mahluk yang masih berpelukan itu menoleh, begitupula yang merasa namanya disebut. Oh, gadis jelek itu lagi.

"Ya. Aku, Jimin, Mino berada dalam satu kelompok. Kau ingin protes?"

Nayeon menggigit bibirnya lalu menyilangkan kedua tangannya. Jimin tak benar-benar menyukai Seulgikan? Astaga hidupnya pasti tak tenang mulai saat ini. Dan lagi, apa pria itu tak ingat soal semalam? Soal kecurigannya tentang latar belakang Seulgi dan Taehyung?

"Jim, aku tahu ada yang janggal semalam. Kau mengusirku dan menahan buku tahunan Mina. Katakan padaku, kau juga menaruh curigakan?"

Sial, mulut gadis itu tak bisa dikendalikan. Bagaimana mungkin ia mengatakannya dengan lantang dihadapan Seulgi dan Taehyung? Bukankah Jimin sudah berbohong dan mengelak jika mereka bukan pembunuh orang tuanya? Lalu kenapa gadis itu masih saja curiga dan malah merusak rencana yang sudah di susunnya?

THE HALF BLOOD VAMPIRE (THBV)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora