Ep. 11

618 96 15
                                    




Braakk

Pintu kelas itu terbuka dengan kasar, pelakunya tak lain adalah pria bermarga Park. Bibirnya tertarik sempurna kala manik hazelnya terus mengarah pada sang hawa, menatapnya seperti anjing yang kelaparan.

Gadis itu benar-benar memikatnya.

Ia menoleh pada Guru Jung yang menatapnya sangar, lalu berujar, "Maaf aku terlambat."

Belum mendapat jawaban pria itu lebih dulu duduk pada tempatnya dengan senyuman bodoh yang masih tercetak jelas disana, menimbulkan tanda tanya besar dari gadis disampingnya.

Tentu Seulgi tak mengerti mengapa Jimin bersikap idiot seperti sekarang, ditambah kini pria itu menopang dagunya dengan satu tangannya, menatap Seulgi seperti ia adalah mahakarya yang berharga triliyunan. Gadis itu tak mengerti sama sekali apa yang sebenarnya terjadi pada pria itu.

"Cantik."

Seulgi mengangkat sebelah alisnya, Jimin benar-benar membuat ribuan pertanyaan terkumpul di otaknya.

"Kau sangat cantik. Apa kau itu nyata?"

Gila.

Pria itu kini mengelus rambut sang gadis dan menyelipkannya kebelakang telinga, lalu menjalankan jarinya menyusuri dagu gadis itu, dan berhenti tepat di bibirnya, mengelusnya dengan ibu jarinya lembut. Benda yang sangat Jimin suka.

Ayolah, tak usah munafik dan terus berkata bahwa dirinya mesum. Semua pria pasti sama dengannya, jika ada yang harus disalahkan itu adalah salah Tuhan yang menciptakan gadis seperti Seulgi.

"Kau kenapa?"

Jimin tak tahan, bolehkah ia mencium Seulgi? Bibir gadis itu yang bergerak sangat terasa pada jarinya, sungguh menggoda.

Pria itu menarik bibir bawahnya, membuat gigi putih gadis itu terlihat. Ia menegakkan duduknya, lalu menangkup kedua sisi wajah sang gadis. Wajahnya terus mendekat, hingga hidung mereka hampir bersentuhan.

Seulgi tak menolak, gadis itu hanya diam dan menatapnya polos. Sungguh, pria itu benci namun menyukai tatapan yang diberikan sang lawan, rasanya ia ingin memakan gadis itu sekarang. Bibir mereka hampir bertemu jika saja pintu itu tidak kembali terbuka. Kini si sialan itu muncul, Mino si pria brengsek.

Sangat mengganggu momennya. Jika sudah seperti ini ia tak mungkin melanjutkan. Akhirnya yang dilakukan pria itu adalah menggenggam tangan Seulgi, lalu menautkannya. Jika sebelumnya gadis itu yang melakukannya, kini Jimin yang bergantian. Pria itu tersenyum singkat dan menaruh tangan mereka diatas meja, seolah memamerkan bahwa mereka adalah sepasang kekasih meski kenyataan tak berpihak pada pria itu.

Jimin menatap Mino nyalang, sama seperti yang dilakukan pria itu, sedangkan Seulgi menatap mereka tak mengerti. Ia tak tahu apa yang terjadi, apa mungkin Jimin marah karna kejadian di koridor dan menghampiri Mino? Benarkah?

"Darimana saja kau?"

"Toilet."

"Toilet? Apa isi perutmu sebanyak itu hingga memakan waktu setengah jam?"

Mino tak menjawab, ia ingin cepat-cepat kembali ke kursinya. Pria itu tak suka menjadi pusat perhatian, meski belakangan ini ia sering mendapatkannya karna gadis gila itu ia tetap tak terbiasa.

"Duduklah, anggap saja ini kemurahan hatiku. Tapi jika kau dan kau mengulanginya, hukuman kalian akan menjadi dua kali lipat."

Mino dan Jimin mengangguk serempak setelah Guru Jung menunjuk mereka secara bergantian. Mino kembali ke tempatnya sedangkan Jimin kembali fokus pada Seulgi.

THE HALF BLOOD VAMPIRE (THBV)Where stories live. Discover now