7. Flight To LA

523 48 1
                                    

Pagi ini para bibi dan pengawal sedang berada di rumah sakit dimana jena dirawat, mereka sedang menyiapkan keberangkatan jena ke Los Angels, Mulai dari patient monitor, infus, dan lain lain. Sedangkan pengawal sedang menjaga di depan pintu dan di luar rumah sakit.

Namun saat para bibi sedang membereskan alat alat terdengar kericuhan di depan kamar rawat, min jee selaku kepala pelayan pun keluar untuk melihat apa yang sedang terjadi.

Tenyata para pengawal di depan pintu sedang menahan seseorang yang dengan seenak nya mau masuk ke dalam kamar namun dengan cepat di tahan para pengawal. “Anda siapa? Ada keperluan apa anda kemari?” tanya min jee kepada laki laki tersebut.

“Saya utusan pak Robby, ingin mengantar nona Jena ke bandara.” Jelas nya.

“Kode markas?” tanya salah satu pengawal yang berjaga di depan pintu.

“********, sudah kan?” para pengawal pun melepaskan genggaman mereka pada orang itu dan mempersilahkan nya masuk.

Sesampai nya di dalam, “Ku beri kalian sepuluh menit untuk bersiap siap sebelum kita berangkat.” Ucap orang itu sembari duduk di sofa.

Para bibi dan min jee pun dengan cepat bersiap siap, selang 10 menit pun akhirnya mereka selesia.

“Baiklah, tutupi wajah nona jena dengan selimut, jangan sampai muka nya terlihat. Buat dia seolah-olah sudah mati” Titah nya kepada para bibi.

“Untuk apa?” tanya min jee bingung.

“Itu perintah langsung dari pak eun sang, turuti saja dan jangan membantah!” seru nya

Para bibi langsung tertunduk dan langsung menutupi wajah jena dengan selimut lalu memposisi kan brankar jena menghadap pintu.

“Biar aku saja yang mendorong brankar nya.” Orang tersebut meng ambil alih brankar jena dari min jee.

“Aku juga ikut mendorong.” Min jee masih belum percaya dengan orang tersebut karena dari segi tatapan mata nya sangat mencurigakan.

Para pengawal pun turut mengiring brankar jena, namun saat min jee akan membelokan brankar nya ke arah pintu utama rumah sakit orang itu langsung membelokan nya ke arah yang berlawanan, yaitu ke arah basement.

Para pengawal pun dengan reflek langsung mengunci pergelangan tangan orang tersebut, perlakuan para pengawal tersebut menarik perhatian beberapa suster dan pasien disana, ”Hey! Jangan menarik perhatian disini! Misi kita adalah membawa nona jena dengan tenang dan aman.” Jelas orang itu, dan para pengawal pun langsung melepas nya, "M--maaf." dan mereka pun berjalan dengan normal kembali.

Saat di basemant, mobil van hitam langsung menghampiri segerombolan orang orang itu dan langsung memasukan jena ke dalam nya.

Min jee pun menghubungi bibi lain nya di rumah utama agar membawa semua koper yang sudah di siapkan, “Cepat antarkan semua koper yang sudah di siapkan ke bandara!” titah nya kepada bibi di sebrang sana.

“Suruh bibi itu ikut pergi dengan koper koper itu untuk mengurangi perhatian, dan satu lagi suruh dia berpakaian dengan santai saja jangan memakai seragam kerja.” Min jee mengerutkan dahi nya, “Tolong jelasakan tujuan dari semua kata yang keluar dari mulut mu, mulai dari rumah sakit sampai sekarang!” seru min jee kepada orang itu.

“baiklah, sebelum itu aku ingin memperkenal kan diri ku dahulu. Nama ku Dion aku adalah seorang polisi yang bekerja sama dengan pak Robby dan tujuan ku kemari adalah membawa nona Jena ke bandara tanpa terlihat oleh awak media dan orang orang. itu misi yang di berikan oleh pak Robby kepada ku untuk alasan nya aku tidak tahu.” Jelas nya panjang lebar
“Apakah aku bisa mempercayai kata kata mu?” tanya Min jee dengan tatapan serius.

“sure.” Jawab nya dengan senyuman

"Kita sudah sampai” ucap supir setelah memarkirkan mobil di parkiran belakang bandara.

Jena di pindahkan ke kursi roda dan mereka pun turun namun tidak ber iringan. Min jee dan Dion berjalan bersama Jena,berpura pura seperti suami istri pada umum nya dan para bibi dan pemgawal lain nya berpencar namun tetap saling memantau.

Tiba lah saat dimana pengecekan tubuh, petugas bandara mulai curiga dengan Jena yang ditutupi kain hingga leher dan menggunakan kaca mata untuk menutupi muka nya, “Kalau saya boleh tau, anak nya kenapa?” tanya petugas kepada min jee. Belum sempat min jee menjawab, Dion sudah mengeluarkan id kepolisian nya dan petugas nya pun langsung mempersilahkan nya masuk.

Begitu pun dengan para bibi dan pengawal yang mengantri di belakang nya.
Sesampai nya di pesawat dion mendapatkan pesan dari Robby, “Apa kau sudah berada di dalam pesawat? Kalau sudah, jangan bertindak apa pun cukup jalankan sesuai rencana” Kira kira begitulah pesan dari robby.

Sedangkan Eun sang tengah mengadakan konfrensi pers, Anak dari seorang CEO perusahaan fahion telah tiada, menyusul ibu nya yang mati tiga bulan lalu. Begitu lah judul dari konfrensi pers ini, awak media sudah berkumpul di ruangan tersebut dan jangan lupa flash dari kamera para wartawan.

“Baiklah, mari kita mulai dari konfrensi pres ini” ucap Robby kepada seluruh orang di ruangan itu.

Eun sang pun duduk di depan para wartawan dengan wajah yang sedih, “Kalian pasti sudah melihat berita tadi pagi bukan? Ya... anak saya telah menyusul ibu nya di surga.” Ucap nya dengan nada putus asa.

Ya, Eun sang berencana menyembunyikan jena dari masyarakat dan terutama terhadap musuh nya itu. Mungkin cara nya sedikit melenceng, namun Eun sang berfikir ini adalah jalan satu satu nya agar jena aman.

Suara jepretan kamera semakin kencang setelah Eun sang menyelesaikan kalimat nya, setelah nya ada beberapa wartawan yang bertanya tentang jena dan valerie terkait kecelakaan tersebut, “Saat ini pihak kepolisian sedang berusaha mencari jejak dari pelaku yang menyebabkan kecelakaan istri dan anak saya.” Wajah eun sang terlihat kacau di hadapan media, “Terima kasih atas semua pertanyaan nya dan saya akhiri konfrensi pers hari ini.” Tutup nya lalu berjalan keluar ruangan.

“Apakah jena sudah berada di dalam pesawat” tanya eun sang sembari jalan menuju parkiran, “sudah tuan, tinggal keberangkatan tuan saja.” Ucap robby sembari membukakan pintu mobil untuk eun sang.

Saat sudah di dalam perjalan Eun sang berubah pikiran dan ingin mampir ke satu tempat sebelum ia pergi dari sini, “Putar arah ke makam valerie.” Ucap nya kepada supir.

Sedangkan di dalam pesawat, Min jee dan Dion sedang bersiap siap untuk turun karena sebentar lagi pesawat akan landing. “Kita akan lewat pintu belakang dan bersikap lah seperti biasa saja.” Dion mengingat kan semua rekan nya.

Dion pun mengirim pesan kepada supir yang akan menjeput nya di parkiran basment, “Sebentar lagi kita akan turun dari pesawat, cepat siapkan mobil dan brankar untuk nona jena.” Begitu lah pesan yang Dion kirim kepada supir tersebut.

Pesawat pun landing, dengan segara Dion dan Min jee mendorong kuris roda jena lalu berbaur dengan orang orang yang berlalu lalang agar tidak terlalu mencolok mata.

Namun saat ingin sampai di parkiran ada seorang security yang menghentikan min jee dan dion, “Bisa saya liat kartu identitas anda berdua?” tagih security tersebut.

Para pengawal pun langsung mengambil alih kursi roda jena agar jauh dari security itu, “Lihat baik baik.” Ucap dion setelah memberikan ID kepolisian nya kepada security tersebut.

Security itu curiga karena saat ia mendekati dion dan min jee, orang yang dibelakang nya langsung mengambil alih kuris roda tersebut. “Kalian terlihat mencurigakan, bisa ikut saya ke ruang keamanan?” tanya security tersebut.

“Bedebah ini tidak bisa di kasih tau ya? Aku ini polisi!” ucap dion kesal, tangan nya sudah ancang ancang untuk meninju security tersebut namun di tahan oleh min jee.

“Kalian cepat antar nona ke mobil, biar orang ini aku urus.” Ucap Dion kepada rekan nya.

“Baiklah, kita tunggu dimobil.” Min jee, para bibi dan pengawal pun pergi tanpa dion.

“tunggu! Kalian harus ke kantor keamanan untuk diperiksa!” teriak security itu, dion yang kesal pun langsung men siku leher belakang security tersebut dan ia pun pingsan.

Dion langsung menurunkan topi nya dan berjalan meninggalkan security itu yang sudah terkapar di lantai.

°
°
°
°
°

ANTIDOTE • [정재현]Where stories live. Discover now