the Feeling

97 15 25
                                    

Bagi Donghyun, tak ada yang lebih menyebalkan ketimbang siapapun yang menyakiti ketiga keluarganya. Bahkan gosip-gosip tentang Youngmin sudah cukup membuatnya sakit telinga. Entah mengatakan bahwa pemuda Im itu terlampau kikuk dan lain sebagainya.

Donghyun selalu marah, sebenarnya. Namun ia cukup tahu diri untuk tidak meneriaki siapapun yang bicara jelek tentang suaminya. Mereka tidak tahu bagaimana Youngmin di rumah.

Pun ketika ia punya kesempatan menjemput kedua buah hatinya, ia kembali menekan rasa marahnya. Ia tak suka mendengar ibu-ibu yang menggosipi putrinya.

Tak masalah ketika mereka bilang dirinya gay. Karena memang begitu adanya, namun ia membenci bagaimana mereka membicarakan Minho dan Hyunmi. Seolah kedua buah hatinya memiliki hidup yang begitu buruk jika bersamanya.

Benarkah? Ia pun memikirkan ini pada awalnya, membuatnya sering melamun dan harus di sikut Youngmin pada makan malam---sebab Hyunmi mulai peka.

Donghyun akan marah, pada siapapun yang terlalu ikut campur dalam hidupnya. Tak bisakah mereka mengurus diri mereka sendiri? Ia bahkan yakin orang-orang itu tak memiliki alasan pasti untuk menggosipi keluarganya.

Senyuman Donghyun adalah satu-satunya cara untuk menutup diri. Ia membiarkan dirinya tersenyum, pada siapapun yang ia tahu pernah mengatakan hal buruk soal keluarganya. Meski dirinya juga jengkel setengah mati.

Lisa mendapat kelas siang, dan itu berarti, Donghyun yang harus menjemput keduanya di sekolah. Pemuda itu melangkah dengan setelan musim gugurnya---meminjam sweater merah milik Youngmin dan membalutnya dengan coat sepanjang betis. Celana jeans-nya baik-baik saja sejak pagi, ia tak harus menggantinya.



Yang ada di pikiran Donghyun adalah, Minho akan berlari lebih dulu, lalu Hyunmi menyusul 5 menit kemudian. Atau malahan, keduanya lari bersama.

Namun, yang di dapatinya adalah... putranya yang di papah oleh kedua kawannya. Dengan hidung yang mengeluarkan darah, di susul sang adik yang wajahnya sudah basah. Dengan Chloe yang merengkuhnya, berusaha untuk menenangkannya.

"Terima kasih, teman-temannya Rex." Ucap Donghyun tulus, "Boleh tahu namanya?"

"Aku Greyson, ini Cody." Kedua teman Minho memperkenalkan diri, "I-itu... tadi habis di pukul,"

"Paman Dax, Apple nangis." Chloe masih memeluk Hyunmi, "Tadi liat kakaknya di pukul. Terus udah berusaha lerai."

Donghyun terkejut ketika melihat sebelah pipi Hyunmi yang merah. "Kenapa ini?"

"Di-di tampar...," Chloe mencicit. Takut di kira dirinya tidak membantu Hyunmi.

Si pemuda menghela nafas, "Terima kasih, ya... Paman tidak marah, kok."

Chloe mendadak kikuk, "E-eh, iya... maaf, Paman." Gadis itu mengangguk dengan wajah khawatir, "Chloe mau pulang ya?"

"Hati-hati, sayang. Salam buat orangtuanya Chloe." Donghyun mengalihkan pandangannya, "Terima kasih, sudah membawa Rex ke sini."

Kedua kawan Minho itu mengangguk, "Dia sudah kalah kok, tadi kita lawan juga!" yang rambut pirang menepuk dadanya.


~Strawberry Latte~


Youngmin mengusap wajahnya kasar, "Ulangi rekamannya. Tidak seperti ini."

"Suaraku sudah habis untuk rekamannya!"

"Tuan, anda tidak akan berteriak jika suara anda sungguhan habis." Youngmin mengomel dari luar ruang rekaman. "Dan saya tahu anda baru selesai dengan junkfood anda di restoran seberang."

Strawberry Latte || Pacadong/YoungdongWhere stories live. Discover now