Bagian Tujuh

1.2K 73 29
                                    

Namjoon menatap sosok yang dipujanya dengan penuh damba. Setiap kali dirinya merasa ingin menyerah, sosok itu akan datang dan langsung meningkatkan semangatnya. Memang, tak ada kata-kata bahwa Namjoon harus tetap berjuang keluar dari mulut sosok itu. Namun, kehadirannya saja sudah mampu membuat Namjoon mengalah pada semangatnya yang membara, mengalah pada keinginannya untuk tetap bersama pria itu.

Saat itu usianya baru 18 tahun ketika mengenal sosok tersebut. Tapi, bukankah cinta tak mengenal usia?

Iya, Namjoon jatuh cinta pada sosok itu. Secepat itu jatuh pada pria yang lebih tua dua tahun darinya itu. Namun, tak pernah mengira bahwa rasanya akan sangat mendebarkan seperti ini. Disisi lain, Namjoon menggunakan ini sebagai penyemangatnya semasa trainee.

"Aku menyukaimu, Hyung. Sejak awal, aku memang sudah benar-benar menyukaimu." Aku Namjoon jujur ketika keduanya sedang duduk bersama dibelakang gedung agensi, sore itu usai berlatih

Sosok yang dipanggil hyung itu menoleh kemudian tersenyum kecil, seolah kata-kata tersebut adalah hal biasa yang selalu ia dengar. Ia bahkan tak merasa terkejut sekalipun.

"Aku juga menyukaimu, Namjoon." Sahutnya santai. Baginya menyebut kalimat tersebut bukanlah apa-apa

Namjoon menghadapkan seluruh tubuhnya pada sosok tertua disampingnya, menatapnya penuh arti kemudian menggeleng pelan, "Bukan, maksudku aku menyukaimu dalam artian lain, Hyung." Ralat Namjoon, ia pikir kakaknya ini salah mengartikan ujarannya barusan

Seokjin mengangguk paham, masih dengan senyum dibibirnya, "Aku mengerti, Namjoon. Aku juga menyukaimu dalam artian lain." Katanya menegaskan tanpa menjelaskan. Ia pikir, lelaki sepintar Namjoon akan mudah mengerti tanpa perlu dijabarkan sedemikian jelas.

Sontak saja kedua mata Namjoon membelo, kaget bercampur senang mendengar ucapan Seokjin barusan, "K-kau..."

"Terima kasih sudah menyukaiku," ucapnya tulus dan Namjoon entah mengapa mengangguk cepat

"Terima kasih juga karena sudah menyukaiku." Sahutnya senang

Sejak 20 tahun kehidupannya, ia baru merasakan bahwa jatuh cinta yang dialaminya tak bertepuk sebelah tangan.
.
.

Semua orang didormitori menatap sepasang lelaki dewasa itu dengan tatapan kaget. Tapi, tak ada satupun dari kelimanya berani memprotes atau bersuara bahkan hanya untuk berdeham sekalipun. Kelimanya baru saja tiba di dormitori ketika melihat sepasang lelaki dewasa tersebut tertidur disofa dalam keadaan saling berpelukan. TV yang masih menyala diduga akibat keduanya tertidur saat menonton TV.

Tak ada yang berani membuat suara. Terlebih sosok termuda yang berdiri paling depan dengan kedua mata membelalak kaget. Kedua mata bulat besarnya itu bahkan membesar dua kali lipat dari ukuran normalnya. Jantungnya berdegup begitu cepat dan kencang hingga ia dapat merasakan keringatnya mengalir dari pelipisnya. Hatinya berdenyut nyeri begitu melihat pemandangan menyakitkan tersebut. Selama 17 tahun hidupnya, tak pernah mengerti bahwa rasanya akan sesakit ini ketika melihat sosok yang disukai ditempeli oleh orang lain.

Jungkook berlari kecil menuju kamarnya dilantai teratas dormitori. Yoongi tadi menyuruhnya untuk segera masuk kekamar. Maka ia cepat-cepat pergi meninggalkan ruang tamu tempat dimana Namjoon dan Seokjin tidur.

Malamnya, adegan manis diantara Namjoon dan Seokjin tak terelakkan. Jungkook yang duduk disisi Seokjin kerap kali menyita perhatian Seokjin dengan berbagai hal hingga adegan manis berulang kali terpotong karenanya.

"Hyung, ini namanya apa?" Tanya Jungkook mengangkat sayur dengan sumpitnya ketika Namjoon menyodorkan sepotong daging kepiring Seokjin

"Selada, Kook." Jawab Seokjin lembut

Between UsDonde viven las historias. Descúbrelo ahora