Chapter 17

4.3K 551 10
                                    

Tidak ada yang tersisa, semuanya hangus dilahap sang jagoan merah. Bahkan anggota tubuh kedua orang tua Sakura tidak ditemukan sama sekali. Karena mereka tinggal di mansion yang besar, petugas kesulitan untuk menemukan mereka, api berhasil dipadamkan setelah 2 jam lamanya dan tidak ada satupun yang tersisa.  Bahkan Sakura yakin abu kedua orang tuanya sudah beterbangan di udara.

Dan Hari ini adalah hari pemakaman mereka, banyak yang hadir tentu saja. Yang berpulang adalah perdana menteri yang disayangi oleh banyak orang dan mantan penyanyi lawas yang suaranya selalu dikenang oleh banyak orang. Semua bersedih tentu saja, dan tidak menyangka bahwa mereka akan pergi secepat ini. Bahkan sepertinya tidak hanya orang-orang Jepang yang bersedih tapi Tuhan juga, buktinya hujan sudah berlangsung lama selama proses pemakaman.

Bahkan banyak media yang datang untuk mengabadikan momen yang sedih ini, terutama menyorot putri tunggal mereka Haruno-- ah bukan Uchiha Sakura bersama sang suami yang berlutut di tengah tengah nisan kedua orang tuanya.

Kali ini Sakura tidak berpura-pura, dia benar-benar meneteskan air mata dan mengigit bibir bawahnya kencang-kencang agar ia tidak mengeluarkan isakan, dia juga mencengkram batu nisan kedua orang tuanya erat-erat. Sasuke yang melihatnya hanya mampu mengusap-usap punggung Sakura dan dengan perlahan menariknya ke pelukannya, membiarkan Sakura terisak sambil mencengkram kemejanya, dan Itachi yang berdiri dibelakang mereka menatap Sakura sendu sambil memayungi keduanya.

"Menangislah selama yang kau mau, aku disini." Bisik Sasuke sambil mengusap-usap kepalanya dan mengecup keningnya.

"Aku bersumpah Sasuke...hiks..hikss..aku akan mencari penyebab dari ini semua." Ucap Sakura yang membuat Sasuke mengeratkan pelukannya.

"Kita lakukan bersama."
.

.

.
Kematian orang tua Sakura cukup membuat Sakura terguncang. Mungkin seburuk-buruknya perilaku orang tuanya pada Sakura, tetap saja mengetahui fakta bahwa mereka sudah tidak ada membuat Sakura sedih. Dia tahu betul mengapa kedua orang tuanya mendidiknya dengan keras, itu agar dia tidak merepotkan orang lain, selalu mandiri dan menguasai banyak hal. Dia selalu bersyukur untuk itu, dirinya memang merasa bahwab dirinya memang lebih baik daripada siapapun, tidak ada yang tidak bisa dilakukannya, dan itu membuatnya bangga sekaligus dapat membantunya dalam situasi apapun, bahkan untuk hal itu Sakura belum sempat mengucapkan terima kasih.

Orang tuanya hanya ingin yang terbaik untuk Sakura, dan dia belum mengucapkan terima kasih karna telah dijodohkan oleh pria luar biasa seperti Sasuke. Segala hal yang orang tuanya lakukan untuknya tidak pernah membuatkannya kesulitan bahkan Sakura merasa bangga dan bersyukur.

Dan juga, mengetahui fakta bahwa dirinya belum bisa memberikan cucu untuk mereka membuatnya sedih. Mungkin dalih mereka adalah agar reputasi keluarga tidak buruk, tapi sebenarnya Sakura tahu, Orang tuanya hanya ingin dirinya dan Sasuke semakin dekat. Orang tuanya memang bukan orang yang selalu menghabiskan waktu dengannya sepanjang hari, tapi orang tuanya selalu memberikan bekal hidup padanya sepanjang hari. 

"Hei." Sakura tersentak begitu Sasuke menyentil dahinya pelan yang sedang melamun di area kolam renang.

"Kau belum mandi, mandilah. Kau harus membersihkan diri." Sakura menghelakan nafas lalu turun dari tempat tiduran tepi kolam renang.

"Bagaimana menurut keterangan polisi?" Sebelum Sakura pergi, dia berbalik dan bertanya.

"Kebakaran bukan disebabkan oleh aliran listrik atau kompor gas, ini direncanakan seseorang. Tapi polisi memberikan keterangan kepada media bahwa kebakaran terjadi karena kelalaiannya asisten rumah tangga." Rahang Sakura langsung mengeras dan tangannya secara otomatis langsung terkepal. Sasuke yang melihatnya menghampiri lalu memegang kedua tangannya.

ITAZURA ✅Where stories live. Discover now