Chapter 16

4.3K 569 4
                                    

Seharunya malam ini dia ke club, Ino mengatakan bahwa akan ada taruhan dengan pemilik bar dan itu asik untuk ditonton oleh Sakura. Tapi sialnya, dia harus menyelesaikan terlebih dahulu urusannya dengan Sasuke perihal suaminya yang akan pergi ke Sidney besok pagi. Tolong garis bawahi, besok pagi! Dan dengan santainya pria itu malah berdiam diri di ruang kerjanya tanpa menjelaskan apapun. Benar-benar sialan!

Sakura sudah tidak tahan, sebenarnya dia adalah tipe wanita yang tidak ingin memulai membahas sebuah masalah, dia lebih baik diam sampai pihak pria menghampirinya dan menjelaskan apa yang terjadi. Tapi karna sang pria merupakan Uchiha Sasuke yang merupakan pria yang paling kaku yang pernah dia kenal, terpaksa dia harus memulainya terlebih dahulu.

"Sakura?"

Sakura mendecih sambil memasukkan baju-baju Sasuke ke koper ketika mendengar suara sang suami yang memanggilnya dari luar walk in closet. Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam dan Naruto mengatakan bahwa suaminya akan berangkat pukul 9 pagi.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Sasuke begitu Sakura menutup koper dan menatap tajam Sasuke. Setelah menurunkan koper dari meja dia berjalan menuju Sasuke dan memberikan koper tersebut, dia juga dengan cepat menarik kaos Sasuke sehingga wajah pria itu berada beberapa sentimeter darinya.

"Pergilah ke Sidney dan jangan pernah kembali!" Ucapnya tajam lalu mendorong Sasuke dan bersiap untuk pergi, tapi Sasuke menahannya lalu memegang kedua bahunya erat.

"Baik, aku mengaku salah." Sakura memutar mata malas, "kau memang salah sialan."

Sasuke menghelakan nafas lalu mengusap-usap kedua bahu Sakura, berusaha mencari kata-kata yang pas untuk diucapkan.

"Aku akan berangkat ke Sidney besok pagi pukul 9 selama 3 hari."

"Tidak ada hal yang ingin kau katakan selain hal yang sudah ku ketahui?!" Murka Sakura sambil melepaskan kedua tangan Sasuke dari bahunya.

"Kau anggap aku apa?! Orang asing yang kebetulan tinggal satu atap denganmu?!" Tambahnya dengan intonasi yang lebih tinggi dan itu membuat Sasuke menatapnya tajam.

"Tidak." Balas Sasuke tajam.

"Lalu apa?! Pembantu yang mengurus segala kebutuhanmu?!"

"Astaga, kau istriku Sakura!"

"Kalau begitu perlakukan aku seperti istrimu!"

Keduanya terdiam, saling menatap tajam satu sama lain. Sasuke yang terkejut tentu saja karna ini merupakan pertama kalinya dia benar-benar melihat Sakura marah apalagi dengan intonasi yang tinggi, dan Sakura yang tidak terima dengan Sasuke yang tidak menjelaskan apapun.

"Kenapa kau tidak mengatakan apapun?"

"Ya Tuhan Sakura, aku tidak ingin membuatmu repot. Aku takut kau tidak peduli dan itu akan menyakiti perasaanku. Aku takut reaksimu tidak sesuai ekspektasi ku." Sasuke kembali memegang kedua bahu Sakura yang perlahan menurunkan bahunya yang terangkat secara otomatis.

"Maafkan aku, aku belum siap untuk kau tolak." Sakura menghelakan nafas lalu menurunkan tangan Sasuke dari bahunya lalu memegang kedua tangan tersebut.

"Aku tidak pernah menolak mu." Sasuke terdiam sambil menggenggam erat tangan Sakura.

"Tapi aku juga belum menerima mu. Seharusnya aku yang meminta maaf, aku pasti membuatmu bingung." Ucap Sakura dengan nada dan juga pandangan mata yang bersalah. Sasuke yang ditatap itu tersenyum simpul lalu dengan cepat mengecup bibir Sakura yang membuat sang pemilik tersentak.

"Aku akan menunggumu, tapi untuk sekarang aku tidak akan menahan diriku." Sakura mendengus geli lalu secara perlahan mendekatkan diri dan memeluk suaminya itu, dia menyamankan kepalanya di dada bidang suaminya sambil mengeratkan pelukannya.

"Ayo kita mabuk, aku ingin mencoba beberapa anggur di rumah ini." Sasuke melepaskan pelukannya lalu menatap penuh harap Sakura.

"Tidak. Aku tidak tahan melihatmu mabuk." Ucap Sakura sambil mendorong jidat Sasuke dengan jarinya, "lagipula kau berangkat pagi besok." Lanjutnya sambil mengangkat bahu acuh lalu berjalan keluar walk in closet.

"Kalau begitu Sakura, mau mandi bersama?" Teriak Sasuke begitu Sakura bersiap keluar kamar

"Kau gila? Aku sudah mandi." Ucapnya datar lalu dengan keras menutup pintu kamar yang membuat Sasuke mendengus sambil berjalan menuju kamar mandi.

Ya, setidaknya permasalahan dan kesalahpahaman mereka telah selesai.
.

.

.
Bosan. Untuk pertama kalinya Sakura merasakan kata bosan setelah lulus SMA. Biasanya dia tidak peduli dengan keseharian nya, dia akan kuliah, pulang sore, dan pergi ke club, begitu setiap harinya jadi dia tidak merasa bosan. Dia tidak terlalu suka shopping atau bermain di siang hari, jadi hari ini dia tidak tahu harus melakukan apa.

Sakura melihat sekeliling ruang tamunya, sekarang sudah jam 9 kurang 30 menit dan Sakura sudah mengantarkan Sasuke. Pria itu pasti sedang menunggu di bandara untuk penerbangannya.

Setelah melihat sekeliling, akhirnya dia memutuskan untuk melihat TV saja, siapa tahu ada film yang bagus. Dan juga, setelah TV menyala, dia berjalan menuju dapur untuk mengambil beberapa camilan dan minuman kaleng.

"Sebuah kebakaran terjadi di kediaman perdana menteri tuan Haruno Kizashi--"

PRANG!

Suara minuman kaleng jatuh memenuhi seluruh ruangan, cemilan yang dia bawa berserakan di lantai. Kedua matanya membulat sempurna dengan kedua tangan yang bergetar.

"Saat ini saya melaporkan secara langsung dari kediaman tuan Kizashi, ya pemirsa kebakaran yang terjadi di layar kaca anda sudah terjadi sejak 1 jam yang lalu, dan juga kami mendapatkan kabar buruk bahwa tuan Kizashi dan juga istrinya sampai saat ini masih belum bisa ditemukan oleh petugas setempat, petugas kesulitan untuk--"

Tanpa mau mendengarkan apapun lagi Sakura langsung pergi menyambar kunci motornya tanpa membawa apapun.
.

.

.

"Naruto kumohon." Ucap lega Sasuke begitu melihat sahabatnya yang sudah berlari cepat menghampirinya dengan nafas tidak teratur.

"Bagaimana Sakura?" Tanya Naruto sambil memegang kedua bahu Sasuke yang panik.

"Dia tidak bisa dihubungi sama sekali!" Sasuke menjambak rambutnya

"Naruto kumohon, aku benar-benar hanya bisa mengandalkan mu." Naruto mendengus kasar.

"Kau pikir kenapa aku berlari kesini seperti orang kesetanan sialan? Pergilah! Aku akan mengurus semuanya."

"Terima kasih." Saat itu juga Sasuke berlari meninggalkan Naruto yang melemparkan tubuhnya pada sofa sambil memejamkan kedua matanya.
.

.

.
"Kalian itu pemadam kebakaran! Lakukan sesuatu!" Dua pemadam kebakaran itu mencoba menghentikan Sakura yang mencoba menerobos memasuki area mansion.

"Mohon tenang Nyonya, bersabarlah sebentar lagi."

"Sudah satu jam mereka terjebak disana! Orang tua ku ada didalam sana sialan!" Maki Sakura sambil secara kasar memukul-mukul kedua pemadam kebakaran tersebut, tapi percuma tenaganya seolah habis dan dia sama sekali tidak bisa melawan.

"Sakura kumohon!" Sasuke tiba tiba menarik tangan Sakura dan membawanya menjauhi area mansion sambil memeluk wanita itu yang terus mencoba memberontak.

"Lepaskan aku Sasuke! Kau gila?!" Sakura mencoba mendorong Sasuke.

"Apa yang akan kau lakukan? Menerobos seperti orang bodoh? Kau pikir kau siapa?!" Bentak Sasuke sambil mencengkram kedua lengan atas Sakura.

"Jangan melakukan hal konyol, kau bukan superhero. Biarkan mereka melakukan tugasnya!" Tambahnya lagi dengan nada yang lebih tinggi.

"LALU AKU HARUS BAGAIMANA?! Menunggu seperti orang tolol?!" Bentak Sakura, "kau juga akan melakukan hal yang sama jika orang tuamu ada didalam bukan?!"

"Kumohon Sakura, kumohon jangan masuk kesana." Lirih Sasuke lalu kembali memeluk Sakura yang perlahan terisak sambil mencengkram baju Sasuke.

"Mereka tidak akan selamat Sasuke...tidak akan."
.

.

.
TBC

ITAZURA ✅Where stories live. Discover now