1 : Tragedi Pagi Hari

638 136 326
                                    

Halo semua! Selamat datang di work ku ke-2^^. Jangan lupa tinggalkan jejak disetiap paragraf nya.



Enjoy guys! Jangan lupa baca Basmallah sebelum mulai baca yah, hihi^^.

"Ihhh, Mamih. Cilla gak mau dianter sama Kak Jovan, kan Cilla dah bilang, Mih," suasana pagi yang awalnya tenang-tenang saja berubah menjadi rusuh dan berisik, semua itu karena Cilla Andova— anak kedua dari dua bersaudara sekaligus menjadi anak bungsu dari keluarga Andova.

"Sayang, gapapa ya kali ini aja. Papi tiba-tiba ada meeting sama temennya, mau ya diantar sama Kak Jovan," ujar seorang perempuan paruh baya bernama Maya. Ia mencoba memberi pengertian kepada anaknya.

"Tapi, Mih Cilla gak mau. Cilla kan bisa naik ojek atau bareng Siti, kenapa harus dianter sama Kak Jovan," Cilla terus menolak diantar kakak nya kesekolah pagi ini, ia terus merengek layaknya anak kecil yang tidak di beri permen oleh ibunya.

"Cilla, Mamih gak suka kamu kayak gitu. Apa bedanya diantar kakak kamu sama kamu naik ojek atau bareng temen kamu. Pokoknya kamu harus bareng sama Jovan," Maya sudah hilang kesabaran nya pagi ini, anaknya satu ini benar-benar membuat ia tak habis pikir.

Lalu, seorang laki-laki bertubuh tinggi dengan Hoodie abu-abu turun dari atas tangga. Ia sedikit terganggu dengan suara berisik yang timbul pagi ini.

"Ada apa, Mih?" Tanya laki-laki itu yang bernama Jovan Andova yang sekaligus Kakak Cilla dan anak sulung keluarga Andova.

"Ini loh, adik mu gak mau dianter kesekolah sama kamu. Mamih pusing dengernya." Jawab Maya menjelaskan apa yang terjadi pagi ini. Jovan pun mengangguk paham.

"Kenapa sih, dek gak mau diantar sama Kakak? Dari pada telat, mending sama Kakak aja," tanya Jovan kepada adiknya. Yang ditanya pun memberikan tatapan sinis.

"Terserah Cilla, kakak tuh gak pernah paham urusan ini. Mending Cilla naik ojek aja kalo gini," ujar Cilla acuh pada Jovan. Jovan sudah biasa adiknya berlaku seperti ini padanya.

"Dek, nunggu ojek tuh lama. Belom lagi kalau ojeknya kejebak macet. Hari ini pelajaran pertama Matematika loh, kalau telat kan bisa dihukum," ujar Jovan seraya membujuk Cilla. Cilla pun ingat kalau pelajaran pertama nya itu Matematika, pelajaran yang sangat amat ia tak sukai.

Ia pun berpikir sejenak, Jovan selalu bisa membuatnya menuruti hal yang ia tak suka. Ia pun melirik ke Jovan sambil berpikir.

Jovan menaikan salah satu alisnya. "Jadi gimana? Masih mau pake ojek?" Tanyanya pada Cilla.

"Yaudah iya, Cilla bareng sama Kak Jovan. Tapi kali ini aja, inget," ujar Cilla setelah mempertimbangkan cukup lama. Daripada ia telat lalu dihukum oleh sang guru Matematika, lebih baik ia diantar oleh kaka nya.

Ia pun segera menggendong tas ransel yang tadi berada di sofa, ia lalu pamit ke Mamih nya yang berada di dapur. Setelah selesai ia segera menyusul Jovan yang sudah lebih dulu menuju garasi.

"Mau pake motor atau mobil, dek?" Tanya Jovan setelah adiknya sampai di depan garasi.

Cilla pun menghela nafas jengah. "Motor aja biar cepet," jawabnya singkat. Jovan pun mengangguk.

Ia lalu mengambil kunci motor yang berada di meja, sengaja kunci motor atau pun mobil ia taruh di garasi agar mudah saat ingin memakai nya.

Setelah motor menyala, Cilla segera naik keatas motor. Tak lupa ia juga sambil memakai helm. Setelah selesai mereka berdua pun segera berangkat.

••••

Setelah 15 menit perjalanan, mereka berdua sampai di depan gedung SMA Tunas Bangsa yang bukan lain sekolah Cilla. Cilla pun lalu turun sambil melepas helm nya.

KAK JOVAN [SUDAH TERBIT] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang