40. Davindra Vs Ravindra

Mulai dari awal
                                    

"Bayiku? Ah papa tidak merasa membawa bayimu, papa hanya membawa bayi yang dilahirkan wanita jalang itu."

"Papa..."ucap Davindra tidak suka.

Pak Ravindra menghentikan kegiatannya memberi makan rusa-rusa itu , dia berbalik menatapku dan Davindra bergantian. Tidak terlihat wajah merasa bersalah sama sekali di wajah pria itu padahal dia baru saja memberikan putrinya untuk disakiti atau mungkin dibunuh.

"Kenapa kalian peduli pada bayi itu, bahkan bayi itu bukanlah anak kandung kalian?" tanya pak Ravindra meremehkan.

"Pak Ravindra, saya mohon tolong kembalikan bayi itu pada saya, jangan menyakiti bayi itu, bayi itu sama sekali tidak bersalah pak..." mohonku.

Pak Ravindra menatap hina ke arahku, pria paruh baya itu sama sekali tidak tersentuh dengan permohoannku. Dia malah menghinaku sebagai wanita rendah yang menjerat putranya dengan memanfaatkan anak milik orang lain. Davindra tidak terima dengan apa yang pak Ravindra ucapkan sehingga perang kata diantara anak dan ayah itu tidak bisa terelakan.

Pembiacaraan yang tadinya mengenai dimana keberadaan baby Eve merambat kemana-mana. Pak Ravindra membahas tentang kebodohan Davindra yang dikhianati oleh kekasihnya hingga kebodohan Davindra mencintai Tiana yang nyatanya tidak pernah balas mencintai Davindra. Pak Ravindra juga menghina Tiana sebagai wanita piala bergilir hingga akhirnya dia berhasil menjerat ayahku. Dari omongan pak Ravindra juga aku tahu jika pak Ravindra dan ayahku adalah orang yang berhasal dari dunia hitam yang sama dan pak Ravindralah yang memperkenalkan Tiana pada ayahku dulu.

Davindra tidak terima ayahnya merendahkan wanita yang dicintainya, dia juga memaki betapa bejatnya sang ayah yang sering meniduri aktris-aktris yang ingin terlibat film garapan rumah produksi mereka. Dia juga memaki ayahnya sebagai penjahat kelamin karena terus-terusan membuat affair sana sini dengan beberapa aktris.

Pak Ravindra tidak terima direndahkan oleh anaknya, dia balas merendahkan ibu Sofia. Dia mengatakan jika semua ynag terjadi karena ketidak mampuan dan ketidak pantasan Sofia menjadi pendamping hidup pria itu. Davindra tidak bisa menahan amarahnya, dia melayangkan tinjunya bertubi-tubi kearah ayah kandungnya karena tidak terima sang ayah merendahkan ibunya.

"INI UNTUK SEMUA PENDERITAAN IBUKU." Teriak Davindra memukul ayahnya.

"INI UNTUK SEMUA PENGKHIANATAN YANG SUDAH KAU LAKUKAN." Teriak Davindra lagi kembali memukul ayahnya.

Aku berteriak dan bergerak untuk menghentikan mereka. Aku tidak bisa membiarkan perkelahian antara anak dan ayah itu sementara diluar sana baby Eve masih tidak diketahui nasibnya. Teriakanku berhasil memancing para pekerja di vila itu untuk datang dan memisahkan ayah dan anak itu.

Aku memeluk Davindra dari belakang ketika pria yang sedang dipenuhi oleh emosi itu lagi-lagi berambisi untuk memukul ayah kandungnya sendiri yang sudah dalam keadaan babak belur.

"Hentikan...hentikan aku mohon..." pintaku memeluk Davindra erat.

Pak Ravindra tertawa meremehkan ke arah putranya setelah para pekerja yang memisahkan pertengkaran mereka diusirnya menjuah. Aku rasakan napas Davindra masih memburu penuh emosi tapi tubuhnya sudah tidak lagi setegang tadi. Aku tidak tahu bagaimana bisa aku terjebak dengan pertengkaran ayah dan anak itu dan'mengetahui semua rahasia kelam ayahku dari mulut pak Ravindra. Seharusnya sekarang ini, aku harus mencari baby Eve, karena semakin lama bayi cantikku bersama pria-pria jahat itu, keselamatan bayiku semakin tipis.

"Lihatlah hanya demi bayi yang bukan bayimu , kau berani memukul ayah kandungmu sendiri." Cibir pak Ravindra.

"Ayah? Setelah apa yang kau lakukan kau masih menyebut dirimu ayah?" tanya Davindra sarkas.

"Aku akui memang aku bejat tapi aku tidak pernah tidak memerankan diriku sebagai seorang ayah dimatamu sampai kau buta karena wanita yang akhirnya meninggalkanmu demi pria lain. Kau buta karena wanita itu, bertingkah semaumu dan bahkan menentangku." Jawab Pak Ravindra.

Aku melepaskan pelukanku pada tubuh Davindra dan beralih berdiri di depan tubuh Davindra untuk mencegah pria itu menyerang ayahnya lagi.

"Aku mohon hentikan pertengkaran kalian..." pintaku.

"Pak Ravindra tolong beritahu kami dimana baby Eve sekarang? Aku mohon kembalikan bayi itu padaku. Tidak ada yang tahu jika bayinya Evelyn itu putrimu dan aku jamin sampai akhirpun tidak akan ada yang tahu tentang masalah ini. Andira dan Arlan juga tidak mungkin berani membocorkan perihal hal ini mengingat mereka takut untuk berurusan dengan anda. Saya mohon pak, beritahu kami dimana bayi itu, saya akan membesarkan anak itu sebagai anak saya sendiri, dan menjauh dari kehidupan keluarga anda, jadi saya mohon kembalikan bayi itu." ucapku.

"Apa kau sebegitu kesepiannya hidup sendirian setelah kematian ibumu hingga kau begitu mengingankan bayi itu menjadi bagian dari hidupmu?" tanya pak Ravindra masih dengan nada meremehkan meskipun wajah pria itu sudah babak belur. Sepertinya bicara baik-baik tidak ada dalam kamus hidup Tuan Takur Singh itu hanya kalimat merendahkan saja yanng keluar dari mulut pria paruh baya itu.

"Ini bukan tentang hidup saya, tapi tentang kelangsungan hidup anak manusia. Bayi itu tidak bersalah, dia tidak bisa memilih terlahir dari siapa, dia tidak memilih terlahir dari Rahim Evelyn dan terlahir sebagai hasil hubungan gelap anda dengan Evelyn. Anda tidak usah khawatir, baby Eve juga tidak akan menuntut tanggung jawab anda sebagai ayahnya karena saya akan membesarkan anak itu sebagai anak saya, jadi saya mohon kembalikan bayi itu... kembalikan baby Eve..." pintaku.

"Bayi itu sebuah kesalahan dan tidak baik membiarkan keselahan semakin membesar hingga mendatangkan mala petaka. " ucap pak Ravindra santai.

"Pak Ravindra, baby Eve itu putri anda bagaimana mungkin semudah itu anda menyingkirkan anak kandung anda sendiri? Sekalipun dia terlahir sebagai kesalahan, dia tetap makhluk hidup dan dia berhak hidup." Ucapku geram.

"Aku tidak mengingkan anak itu terlahir didunia, anak itu bahkan sudah membuat masalah sejak sebelum dia terlahir, anak itu membuat Evelyn melawanku dan menyia-nyiakan kariernya. Anak itu juga membuat Evelyn mati karena sikapnya yang keukeuh akan mengungkapkan hubungan diantara kami ke media demi status anak itu." Ucap Pak Ravindra, entah hanya perasaanku saja atau memang benar, terdengar nada miris disetiap kata yang pak Ravindra ucapkan.

Aku mencekal tangan Davindra, ketika pria itu akan memuntahkan kekesalannya lagi karena apa yang ayahnya ucapkan. Aku tidak bisa membiarkan mereka kembali bertengkar karena melawan pak Ravindra dengan kekerasan hati membuat peluang untuk mendapatkan apa yang kita inginkan dari pria paruh baya itu semakin kecil.

"Saya tahu tidak ada seorangpun yang meninginkan anak dari hasil perselingkuhannya kecuali dia benar-benar sudah tidak punya sedikitpun perasaan untuk melindungi hati istrinya. Perselingkuhan disebut sebagai 'khilaf' dan keadaan anak akan membuat kita mengingat jika 'kekhilafan' kita pernah terjadi. Dan tidak menutup kemungkinan karena bukti kekhilafan itu, sesuatu yang sudah terancang sejak lama hancur begitu saja." ucapku menasehati pria paruh baya itu.

"Tapi baby Eve sudah terlahir kedunia, dan tidak ada satupun yang tahu jika dia putri anda seandainya anda tidak menampakan diri kehadapan Andira. Baby Eve menjadi putri saya sejak kejadian malam itu dan orang-orang mengenal bayi itu sebagai putri saya dan Davindra. Dia terlahir dari kekhilafan anda, bisakah anda membiarkan anak itu tumbuh besar bersama saya sebagai wujud perminta maafan anda pada putri anda yang kehadirannya tidak pernah diinginkan." Ucapku memelas.

Aku menggenggam tangan Davindra erat ketika berbicara, aku tidak tahu bagaimana bisa aku sepandai itu bicara tapi melihat nada getir dari pak Ravindra ketika berbicara dengan Evelyn, membuat kata-kata itu meluncur begitu saja. Dari pengamatanku dan otak drama yang berpendar diotakku, sepertinya hubungan pak Ravindra dan Evelyn bukanlah sekedar affair tanpa membawa hati. Pak Ravindra terlihat memiliki perasaan pada Evelyn, dan merasa tidak terima ketika Evelyn lebih memilih bayi dalam kandungannya daripada hubungan mereka. Dan sepertinya pak Ravindra lebih memiliki hati pada istrinya dibandingkan dengan ayahku. Meskipun dia terlibat affair dengan banyak wanita, tapi pria paruh baya itu sepertinya tidak ingin bu Sofia mengetahui kebusukannya dan membuat wanita yang menjadi istri sekaligus ibu dari anaknya itu terluka.

Aku semakin menggenggam erat tangan Davindra ketika pak Ravindra menatap ke arahku, setelah beberapa saat pria itu diam saja dan tidak merespon apapun perkataanku.

"Tolong kali ini saja, bukakan hati pria tua itu untuk menyelamatkan putri kandungnya." Doaku dalam hati.

SCANDAL A Shocking AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang