Seokjin menggeleng kuat. Jauh didalam hatinya, ia benar-benar tak ingin Jungkook mengakhiri hubungan mereka. Seokjin egois, memang. Ia terlampau mencintai Jungkook. Jika ia diberi kesempatan, ia tak akan menyia-nyiakannya.

"Tidak! Kumohon jangan... aku mencintaimu... kumohon beri aku kesempatan. Kumohon..." Seokjin menggenggam sebelah tangan Jungkook dengan kedua tangannya. Menggenggam tangan besar itu ditangannya yang tak lebih besar dari tangan Jungkook. Meremasnya gugup, berharap Jungkook mau mengabulkan permohonannya.

"Kau benar-benar mencintaiku?" Jungkook mengubah posisi duduknya dan menghadap Seokjin yang masih duduk disampingnya. Ia sudah tak menangis, berbeda dengan Seokjin yang masih menangis ketakutan.

Seokjin mengangguk cepat, ia menciumi tangan Jungkook dalam genggamannya, "Demi Tuhan, aku mencintaimu, Jungkook. Kumohon... jangan akhiri hubungan ini... Kumohon... aku sangat mencintaimu, demi Tuhan..."

Kalimat tersebut Seokjin rapalkan berulang kali agar Jungkook mau percaya padanya kali ini. Ia sangat berharap Jungkook tak akan mengucapkan kata selamat tinggal padanya sampai kapanpun.

"Apa yang akan kau lakukan jika aku mengabulkan permohonanmu, Jin?"

Seokjin mengangkat kepalanya dan menatap Jungkook tepat dimatanya, kedua mata yang begitu bening dan jernih. Kedua mata bulat Jungkook yang disukainya sejak awal bertemu.

"Aku berjanji akan mematuhimu. Aku akan menjauhi Namjoon, aku tak akan berhubungan melalui apapun dengan Namjoon. Aku akan melakukan apapun untukmu," ucapnya menyebutkan segala yang ada dikepalanya untuk meyakinkan Jungkook bahwa ia tak main-main

Jungkook mengusap kepala yang lebih tua, "Apa yang akan kau dapatkan jika kau melanggar?"

"Aku tak akan pernah melanggarnya." Ujarnya tegas

"Bersumpahlah," tantang Jungkook dan ia cukup terkejut ketika Seokjin justru mengangkat satu tangannya sampai sebatas telinga tanpa berpikir

"Aku bersumpah demi Tuhan, aku akan mematuhimu, aku bersumpah tidak akan menjalin hubungan apapun dengan Namjoon selain rekan kerja."

Dan didetik berikutnya, Seokjin merasakan bibirnya diklaim oleh bibir Jungkook. Ia bergetar saking senangnya. Jungkook mengabulkan permohonannya, 'kan?

"Kupegang sumpahmu," bisik Jungkook lembut didepan bibir Seokjin dan Seokjin tak bisa menahan tangis bahagianya. Ia kembali menangis dengan senyum terulas dibibirnya sewaktu Jungkook menempelkan kembali bibir keduanya.

Jungkook menarik pinggul ramping Seokjin untuk duduk dipangkuannya. Seokjin langsung mengerti dan segera beranjak dari duduknya dengan perlahan tanpa melepas ciuman keduanya. Sambil saling memagut bibir, Seokjin menduduki paha besar Jungkook yang langsung disambut dengan pelukan oleh Jungkook.

Kedua kaki Seokjin melingkari pinggul Jungkook. Sepasang lengannya sudah mengalungi leher Jungkook. Sementara si dominan melingkarkan lengannya dipinggang ramping Seokjin. Membelai kulit mulusnya dari dalam baju.

Seokjin menengadahkan kepalanya ketika ciuman Jungkook berpindah ke lehernya, masih dengan kedua mata terpejam, "Terima kasih, Kook. Aku mencintaimu, sangat..." bisiknya lirih disela lenguhannya

Jungkook tersenyum kecil dalam ciumannya, ia membuat tanda kemerahan dileher Seokjin kemudian menyahut, "Aku juga mencintaimu, Jin. Sangat mencintaimu." Bisiknya sebelum membawa tubuh Seokjin berbaring diatas ranjang dan menindih tubuhnya.
.
.

"Apa Namjoon-hyung bermain kasar?" Pertanyaan itu dilontarkan Jungkook begitu mendapati luka merah bekas cubitan dipaha Seokjin. Kulit Seokjin sangat putih dan mulus, luka sekecil apapun dapat terlihat dengan jelas. Apalagi Jungkook sangat memperhatikan setiap hal kecil pada tubuh Seokjin. Ada sesuatu yang berbeda, bahkan yang tak disadari Seokjin pun Jungkook bisa melihatnya. Maka Seokjin tak mengizinkan Namjoon menandai tubuhnya yang beresiko ketahuan oleh Jungkook.

Between UsWhere stories live. Discover now