Pt. 6

2.1K 220 12
                                    

Keseharian Mew di lalui nya dengan biasa, ia mengesampingkan urusan pribadi dan tetap bekerja dengan baik hingga jam kerjanya selesai.

Setidaknya, ia tidak ingin dipanggil lagi untuk kedua kalinya dan malah di tegur karena mengulangi kesalahan yang sama.

Mew melepaskan celemek milik cafe itu. Mengambil tas nya yang berjalan meninggalkan cafe, tak lupa ia mengunci pintu cafe. Ia tidak akan lupa itu. Bagaimana jika ada maling yang masuk dan mencuri biji-biji kopi atau stok yang lainnya? Mew akan terkena masalah besar. Sudah di pastikan itu.

Mew menjejakan kaki nya depan pintu kamarnya.

"Apa Gulf masi ada di kamar?"

Mew membuka pintu apartemennya dengan perlahan.

kosong...

Mew melihat kasur nya sudah rapi dan juga makanan yang ada di lemari pendinginnya sudah habis.

Ia bersyukur Gulf masih mau memakan makanan yang ia berikan padanya. Mew pikir Gulf akan membuang makanan itu.

Kemana Gulf pikirnya? Ia ingin mencari pemuda itu namun ia sudah membayangkan ketidaksukaan pemuda itu padanya..

Ia pergi ke kamar Gulf, berharap ia menemukan Gulf disana, mana mungkin ia tega membiarkan Gulf tidur di tempat yang berantakan. Setidaknya ia harus memanggil beberapa cleaning service bukan?

Mew mengetuk pintu kamar itu secara perlahan, berharap ada yang menjawab dari dalam sana.

tok tok tok

tok tok tok

Tidak ada jawaban.

Ia mondar-mandir di depan kamarnya, dan melihat sosok pemuda yang ia cari. Ia menenteng beberapa bungkusan plastik.

"Nong Gulf" Panggil Mew.

Gulf menatap tajam pada Mew dan berlalu melewatinya.

Gulf memberhentikan kakinya di depan pintu kamarnya, belum memegang gagangnya.

Ia menyerahkan salah satu bungkusan plastik itu.

"Nih, aku tak mau berhutang budi, apalagi sama kau, jadi setelah ini jangan membantuku apa-apa lagi, kau dengar itu?!" Ucap Gulf tanpa menatap Mew.

"N'Gulf aku tidak meminta balasan apapun, apa kau baik-baik saja? Apa keadaan mu lebih baik?" Mew melihat bungkusan plastik itu lalu menatap Gulf.

"Tak usah sok peduli padaku, bajingan, aku bisa mengurus urusanku dan tentunya diriku sendiri, dan kau sebaiknya mementingkan dirimu" Gulf menunjukkan smirk nya.

"Cepat ambil setelah itu jangan muncul di hadapan ku lagi, aku muak" Gulf kembali menyodorkan bungkus plastik itu.

Mew mengambilnya bersamaan dengan itu Gulf melangkah memasuki ruangannya.

tiba-tiba...

Mew menahan lengan Gulf.

"Kamarmu sudah bersih? Apa perlu aku panggilkan cleaning service?" Ucap Mew lembut.

Gulf tidak menjawab ia menghempas kasar tangan besar milik Mew.

Mew menahannya lagi dengan sedikit menarik nya sehingga Gulf sedikit tersentak.
Ia menatap galak pada Mew.

"Itu urusanku, sialan" umpat Gulf.

"NONG! Tolong..jangan seperti ini" Mew mengucapkan itu dengan penuh permohonan.

Ayolah, apa enaknya di benci oleh seseorang? Apa enaknya di tuduh membunuh seseorang yang bahkan kau tidak menyentuhnya sama sekali?

"BELUM! LALU KAU MAU APA JIKA KAMARKU MASIH BERANTAKAN?!"

Mew berjalan mendekati Gulf.

"Kau boleh membenciku, tapi tolong perhatikan keadaanmu, bagaimana bisa kau tinggal di ruangan yang penuh dengan barang hancur, bagaimana jika kamu melakukan hal yang tidak-tidak seperti kemarin?"

Entah mengapa Mew mengkhawatirkan Gulf, apa karena Gulf adalah adik dari orang yang dicintainya dulu?

"LALU?!" Gulf menatap Mew nyalang.

"Kau ingin melihat aku tidak bahagia atas hidupku bukan? Untuk membalas kematian kakakmu yang bahkan aku sendiri tidak tau, jika kau melakukan hal yang tidak-tidak, bagaimana kamu akan melakukan itu padaku?"

Bagaimana bisa ia meninggalkan Gulf di ruangan berantakan penuh pecahan kaca dan beling? Bagaimana jika ia meremas atau menyayat tangannya sendiri? Entah kenapa kepeduliannya pada Gulf adalah kepedulian yang sama saat ia memperdulikan Art saat itu.

"Tinggallah di kamarku sementara." Mew menatap Gulf.

Gulf tidak bergeming.

"Sampai kamarmu di bersihkan dan di perbaiki" Mew melanjutkan.

Gulf menatap kedua kakinya,pandangannya menuju ke arah bawah.

"Hanya agar aku melihatmu menderita, sat" Gulf berjalan membuka pintu kamar Mew dengan tidak sopan dan menutup nya dengan keras.

Mew tidak masalah, apapun yang ingin Gulf lakukan padanya, ia akan menerima itu. YA. dia akui ia bersalah meninggalkan Art. Mew mengetahui sebelum ia pergi untuk merantau, Art adalah seorang yang lemah dan lembut, Art mengidap depresi pada saat itu, lalu Mew datang dan memberi warna pada hidup Art, Art kembali ceria atas kebahagiaan yang ia dapat dari Mew. Tapi saat Art terlanjur menyayanginya Mew malah meninggalkannya dan memulai mencari Kerja di luar Thailand.

Mew menatap kosong ke depan. Memori saat ia masih bersama dengan Art dan juga saat-saat ia meninggalkan Art sendirian, Art menangis dan memohon hingga berlutut untuk meminta Mew jangan pergi.

"kurasa itulah kesalahanku, maaf... maaf.. aku tidak menyadarinya lebih cepat.. maafkan aku, Art.. dan maaf dan tolong berhenti membenciku Nong" Gumam Mew

Terpancar kesedihan dari mata Mew. Ia berusaha menahan bulir bening yang entah kapan sudah menumpuk di pelupuk matanya.

Dari belakang pintu kamar Mew. Seseorang berdiri mendengarkan. Tanpa ekspresi.

-bersambung
.
.
.
Ini ceritanya masih jelas apa uda ngaco sih huaa:"(
Aku mau lanjutin tapi takut makin ngelantur🤣
See you next ch ya gais, semoga ga bosen sama kisah abal-abalan aku >///<
Vote komen yak🙏🏻

HOLE(Hate tO LovE) ✔Where stories live. Discover now