(12) galau atau cemburu?

Start from the beginning
                                    

"Iya jaman purba kan lo spesies purbanya"

Lelaki itu memicingkan mata, menatap Aiby semakin berang. Aiby sendiri semakin gencar memancing emosi apalagi saat melihat wajah kesal lawan bicaranya.

"Lo bener-bener ya..."

Aiby menjulurkan lidahnya kemudian berlalu pergi setelah menendang motor milik lelaki itu hingga tumbang dan hampir saja menindih empunya jika saja lelaki itu tidak sigap menahan diri.

"WOY, SIALAN. SINI LO JANGAN KABUR. AWAS AJA KALO KETEMU LAGI, GUE BUNUH LO!"

Aiby tergelak saat memasuki mobil dan meninggalkam kampus menuju kafe tempat kakaknya meminta bertemu terkait janji yang semula sudah mereka buat.

Memang siapa lagi gadis yang bisa memancing api tanpa asap selain Aiby. Si ajaib yang selalu banyak tingkah dan bicara ini.

📍📍📍

Aiby memasuki kafe dengan ponsel yang masih menempel di telinganya. Sejak tadi pagi adik Gabriel-Bumi selalu menerornya dengan pesan. Aiby sendiri bingung karena selama beberapa minggu ini Aiby tidak ada berbuat salah. Apalagi pada lelaki itu.

"Iya baby? Kenapa?"

Aiby terkekeh saat mendengar umpatan jijik dari sebrang telpon. Gadis itu mengedarkan pandangan kemudian memilih duduk di meja ujung dekat gazebo. Kafe pertemuan menepati janjinya pada Gabe memang bukan sembarang kafe. Lelaki itu sudah memilih kafe paling mahal sekalipun.

"Kenapa sih Lo neror gue mulu? Ada perlu bantuan apa paduka raja?" tanya Aiby sambil membuka buku menu di hadapannya.

Di sebrang sana sepupu laknat keduanya itu tergelak keras.

"Lo gak usah basa basi paduka, udah terlanjur basi omongan lo cepetan buruan!" Aiby memanggil pelayan kemudian dengan isyarat ia menunjuk jus Alpukat pada buku tersebut. Setelah mendapat anggukan pelayan itu pergi dan meninggalkan Aiby yang masih mendengarkan ocehan Bumi.

"Ntar kita ketemu lagi deh. Gue ada janji sama abang lo nih. Udah dulu ya bye"

Aiby menyandarkan tubuhnya lelah. Gadis itu menghembuskan nafas panjang sebelum menangkup wajah dan menutupinya dengan kedua telapak tangan. Aiby lelah hari ini. Bukan hanya karena ia sudah melabeli hari ini sebagai hari sial. Hanya saja bagi sejak semalam banyak fikiran yang menghantuinya hingga kesusahan tidur. Belum lagi pagi harinya banyak orang yang membuat suasana hatinya membutuk, terutama Bintang.

Ting.

Aiby meraih ponselnya, mata yang semula sayu kini sudah melotot kesal saat melihat isi pesan tersebut. Bisa-bisanya Gabe membatalkan pertemuan mereka dan dengan tidak tau dirinya menyuruh Aiby datang ke apartemen. Memang tipe sialan yang brengsek Gabriel ini.

Abang laknat😠
By, gue gak bisa datang. Maaf, Lo bisa datang ke apart gue aja ntar langsung gue kasih tau tugas lo nemenin gue ke rumah mantan😘😁 Sorry bocil, abang salah😉

11:23

Setelah puas memaki dengan FN gadis itu tidak juga beranjak. Ia masih tetap diam. Duduk menikmati semilir angin yang terasa sejuk dan menenangkan. Mengingat di sekeliling kafe ini terdapat banyak pohon pasti suasananya juga akan membuat hati Aiby membaik.

Abang kampretnya itu memang berencana meminta bayaran perihal janji itu dengan mendatangi salah satu mantannya yang pemilik wedding organizer. Karena tidak ingin terlihat sensara karena jomblo jadilah Aiby yang selalu jadi kambing hitam. Tunggu saja balasan Aiby suatu saat nanti.

Aiby sebenarnya heran sendiri, kenapa harus lelaki itu yang mengurus pernikahan padahal yang menikah adalah kakak perempuan Gabe yang saat ini masih tinggal di london. Sepertinya kesehatan abangnya itu menipis hingga mau mau saja mengurus perihal pernikahan itu.

Satu persatu helaan nafas Aiby semakin lama semakin terdengar berat. Gadis itu menelungkupkan kepalanya diatas meja. Kemudian memegang dadanya sendiri yang berdetak sangat cepat. Tidak! Aiby sama sekali tidak memiliki penyakit jantung. Itu hanya respon alami saat Aiby mengingat banyak hal terutama apa yang seharusnya ia ingat sekarang. Tentang hidup, masa kuliah dan juga masa lalu? Ah, sudahlah bahkan Aiby sendiri lupa perihal itu.

"Mbak, ini pesanannya!"

Aiby langsung menegakkan tubuhnya. Tersenyum lebar saat pelayan tersebut meletakkan jus diatas meja. Setelah mengucapkan terimakasih Aiby langsung meneguk minuman tersebut. Menimalisir hati agar suasananya kembali membaik.

"Lo bisa galau juga ternyata!"

Aiby mendongkak. Matanya melebar saat menemukan Angga yang sudah berpakaian santai ala remaja. Lelaki itu hanya menggunakan kaos oblong dan celana levis hitam. Angga tersenyum lebar kemudian ikut duduk di hadapan Aiby.

"Minta dong. Gue haus nih" manik coklat terang milik Aiby semakin melebar apalagi saat menemukan Angga sudah menyeruput jus alpukatnya. Biar pun tidak menggunakan sedotan yang sama tetapi tetap saja ketidakmodalan lelaki itu membuat Aiby kesal setengah mati. Bukan semakin membaik Aiby merasa suasana hatinya semakin memburuk.

"Lo double sialan banget sih ga? Nyesel banget gue punya temen kayak lo" gerutu Aiby meraih paksa gelas tersebut sambil menendang kasar tulang kering lelaki di hadapannya hingga membuat empunya mengaduh sakit. Aiby ini bukan hanya terlalu banyak tingkah namun juga tidak akan mau jika di salahkan atau di jaili saat moodnya dalam kondisi buruk, termasuk jika orang itu adalah Angga sendiri, cowok yang selalu ia jaili setengah mampus.

"Jangan gitu dong By, gue selalu ada ya buat lo kalo butuh!"

Aiby mencibir ucapan Angga.

"Ngomong gitu karena lo mau ada udang di balik bakwan kan? Cepetan mau apa. Muak gue denger lo basa basi gini!"

Angga tergelak. Lelaki tukang tidur saat dikelas itu entah kenapa siang ini terlihat berbeda di mata Aiby. Lelaki itu semakin tampan? Eh?

Aiby mengerjapkan matanya berulang kali. Mengenyahkan kalimat laknat yang baru saja ia terfikirkan. Bagaimana bisa ia berfikiran lelaki kampret seperti Angga terlihat tampan? Bisa malu tujuh turunan jika ada yang bisa membaca isi kepalanya.

"Lo kenapa geleng-geleng gitu? Mikir jorok ya?" Aiby langsung memukul keras kepala Angga, tanpa memperdulikan tatapan heran para pengunjung lain. Mungkin saja mereka heran dengan kedua pasangan itu.

"Gue bukan lo ya, yang sering mikir jorok kalo dimana-mana"

Angga melotot.

"Eh, mulut di jaga ya, gue udah gak gitu lagi. Lo kenapa sih suka banget umbar Aib gue? Suka lo sama gue?"

Kini giliran Aiby yang membolakan matanya tidak terima. Apa tadi, suka katanya? Yang benar saja, bahkan jika di bumi ini hanya ada Angga seorang Aiby pun tidak akan memilih lelaki itu untuk menjadikannya tambatan hati.

"Itu mulut kenapa sih kalo ngomong asal jeplak aja? Heloo? Gue kalo suka sama orang liat-liat juga kali, lo gue suka? Halu lo?"

Angga berdecak kesal. Satu makhluk di hadapannya ini memang selalu bisa membuatnya kesal dalam sekejap padahal rencana awal ia yang akan membuat gadis itu kesal. Namun sekarang nyatanya terbalik.

"Loh itu kan pak Bintang kok di sini juga? Sama siapa lagi tuh?" tanya Angga yang tidak sengaja melihat Bintang sedang tersenyum tipis pada wanita di hadapannya.

Aiby sendiri langsung ikut menoleh. Manik matanya menyorot tajam pada ekspresi wajah Bintang. Kenapa lelaki itu tampak tenang dan terkesan senang saat bersama wanita yang ia lihat di kampus tadi? Sial, rasanya Aiby merasa terzholimi melihat ekspresi itu.

"Biasa aja deh natapnya. Lo siapanya sih mau cemburu atau galau gitu. Pacar? Bukan juga kan?"

Jika membunuh orang di perbolehkan oleh pihak berwajib, maka satu orang pertama yang akan Aiby bunuh adalah Angga. Ia akan dengan senang hati memutilasi seluruh badan dan yang paling utama merobek mutut pedas beracun milik lelaki itu. Ternyata bukan hanya ajaib, Aiby juga memiliki jiwa-jiwa liar semacam psyco.

📍📍📍

Enjoy this part guys😘😘

Bintang Untuk Aiby (COMPLETED)✔️Where stories live. Discover now