"Apa yang terjadi? Kau baik- baik saja?"

Suara barithone itu terdengar begitu khawatir membuat Jungkook membuka matanya dan menemukan iris madu serta rengkuhan yang kini terasa begitu erat. Jemarinya terulur untuk mencengkram pakaian sutera yang begitu lembut dengan Jungkook yang menghela nafas dan perlahan tubuhnya diangkat, di bawa oleh pria dengan jantungnya yang kini begitu cepat.

Taehyung merasa tak mampu bernafas dengan baik setelah dirinya terlambat kembali ke kamar dan tak menemukan Jungkook dimanapun, bahkan kupu- kupu nya pun sedikit kesulitan untuk menemukan Jungkook yang nyatanya berada di sebelum selatan istana membuat Taehyung ketakutan karena Jungkook tidak ada didalam jarak pandangnya.

"Aku terkejut—" gumam Jungkook dengan pandangan yang ia sembunyikan pada dada bidang itu—Jungkook pikir jika dirinya akan terus tersesat di dalam istana yang begitu luas membuat nya kembali menghela nafas dan Taehyung hanya mampu mengangguk mendengar ucapannya.

Tubuh itu ditidurkan di atas ranjang yang cukup besar, dengan tubuh kecil yang kini diselimuti oleh selimut berwarna putih dan Taehyung duduk ditepi kasurnya, mengusap sedikit keringat pada pelipis itu dan memberikan kecupan di pelipis ketika Jungkook tidur menyamping, sedikit meringkuk sebelum Jungkook memejamkan matanya dan terdengar tawa untuk menghalau rasa takut.

"Tadi—sedikit menyeramkan—Aku terus menemukan ujung lorong, Taehyungie" ucap Jungkook yang kini sedikit tertawa namun membuat Taehyung tak mampu tertawa dengan kening yang ia sandarkan pada kening Jungkook membuat manusia itu terpejam dengan nafas yang masih sedikit memburu disana.

"Maaf aku tidak melihat waktu dan terlambat kembali ke kamar" ucap Taehyung yang memberikan kecupan singkat pada bibir Jungkook dan perlahan mengusap pipi yang kini terasa begitu dingin—Namun, Jungkook menggelengkan kepalanya dan tersenyum hangat.

"Bukan salah mu, Taehyungie—Tadi aku hanya bosan dan aku ingin keluar tapi salju turun cukup lebat" ucap Jungkook yang kini menatap kearah iris madu yang menatapnya penuh penyesalan, membuat Jungkook kembali tersenyum dan mengalihkan pandangannya ke arah jendela yang masih memperlihatkan salju disana.

"Maafkan aku" ucap Taehyung yang kini menyembunyikan pandangannya pada helaian rambut hitam Jungkook yang dingin membuat Taehyung mengulurkan tongkat pada telapak tangannya dan merebahkan tubuhnya disamping Jungkook yang tampaknya masih jatuh dalam lamunannya.

"Biarkan aku menghangatkanmu" ucap Taehyung yang merengkuh tubuh Jungkook hingga manusia itu turut merengkuh tubuhnya dengan bibir yang sedikit gemetar membuat Taehyung tersentak dan semakin mengeratkan pelukan itu, menyelimuti tubuhnya menggunakan selimut dan kembali menatap pada Jungkook yang kini memejamkan matanya.

"Kenapa tidak mengatakannya pada ku jika kau kedinginan, Jungkook?" ucap Taehyung dengan jemarinya yang kini menyentuh leher Jungkook dengan pemiliknya yang kini memejamkan mata walaupun bibir itu sedikit gemetar dan sedikit di gigit dengan wajah yang akan kembali di sembunyikan namun Taehyung melarangnya.

"Karena Taehyungie sedang sibuk dan mungkin harus kembali pergi—Aku tidak ingin menganggu" ucap Jungkook yang kini menatap Taehyung membuat Taehyung menghela nafasnya dan menggelengkan kepalanya pelan, kembali menyembunyikan tubuh Jungkook di dalam tubuh nya hingga terdengar helaan nafas yang gemetar.

"Maafkan aku, sayang—Maafkan aku—Aku tidak akan pergi lagi" ucap Taehyung yang kini mengecup kening Jungkook membuat pemiliknya terpejam—Jungkook merasa lelah hanya karena berlari dan ketakutan membuatnya mengantuk hingga Taehyung mendengar nafas yang perlahan teratur serta tubuh kecil yang perlahan mulai hangat.

Taehyung terdiam tidak lagi menahan amarahnya dengan iris yang kini berubah menjadi biru kegelapan, kupu- kupu itu mendekat ketika Taehyung sedikit mengangkat lengannya dengan gigi yang sedikit menggertak.

"Periksa seluruh istana dan ujung lorong ilusi itu"

***

Lentera itu mengikuti sosok Lanarta yang tengah melangkahkan kakinya, menyusuri hutan yang begitu gelap dengan iris berwarna abu yang cukup tajam—tongkatnya digenggam begitu erat ketika sampai di depan sebuah bangunan kayu yang cukup besar dihadapannya, membuatnya menghela nafas dan berhenti sejenak.

"Aku tidak menyangka akan memasuki bangunan ini, penuh misteri milik Lanarta" gumam nya dengan helaan nafas yang kembali terdengar diikuti kakinya yang kini melangkah dan memasuki ribuan buku yang tersimpan mengenai kehidupan para Lanarta di masa lalu.

Jinalarta cukup tersentak ketika mendengar pesan dari Raja mengenai dimensi yang terbuka bukan di karenakan oleh alam, tetapi di karenakan oleh seorang Lanaorda dan juga seorang Lanarta yang berusaha untuk melampaui fantasi serta kekuatan yang telah alam berikan untuk mereka. Ini disembunyikan oleh Alathana walaupun rumor menyebar hingga Kerajaan Barat.

Jinalarta mengulurkan tongkatnya, mencari satu kata kunci mengenai Lanaorda serta Lanarta dan Dimensi yang mungkin akan di ceritakan oleh Lanarta lainnya—Hingga, empat buku pun keluar dari rak nya membuat Jinalarta terdiam dengan iris yang berubah menjadi abu gelap melebihi gelapnya langit Alathana ketika malam.

"Sejarah di sembunyikan—"

TBC

The Ring Solar Eclipse [TAEKOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang