Bab 18

133K 15K 785
                                    

Dirgahayu Republik Indonesia
yang ke-75
17 Agustus 1945
S.d
17 Agustus 2020

***

Beby membawa satu loyang kue ke dalam dapur meninggalkan Nio yang masih termenung.

Memasukkan kue tiramisu itu ke dalam lemari pendingin. Setelah itu ia mengambil dua gelas air putih serta pisau dan dua set garpu.

Kemudian Beby kembali ke ruang makan. Ia meletakkan semua barang yang ia bawa di meja makan. Hanya pisau yang tetap ia pegang untuk memotong kue tiramisu.

Dengan hati-hati Beby memotong kue supaya bentuknya tetap cantik dan rapi. Ia memberikan sepotong kue kepada abangnya. Melihat Nio yang tak merespon membuat  Beby menepuk lengan abangnya pelan.

"Abang jangan ngelamun," Nio mendongak. Menatap Beby dan tersenyum kecil, "maaf Baby" ucapnya.

Beby hanya mengangguk, lalu ia kembali melanjutkan kegiatannya. Sementara Nio meletakkan ponselnya dan menyantap sepotong kue sambil memperhatikan adiknya.

"Disekolah gak ada yang gangguin Beby kan?"

Deg

Pertanyaan Nio membuat Beby teringat kembali tentang Azka yang menolak bekal yang ia berikan. Dan ingatan itu membuat Beby bertanya-tanya didalam hati, mengapa Azka sangat begitu tidak menyukainya? Apakah ia pernah berbuat kesalahan yang fatal sehingga lelaki itu membencinya?

"Beby, abang nanya loh kok malah bengong" ujar Nio.

Beby cepat-cepat menggeleng, "gak... Gak ada."

Nio memicingkan matanya melihat gelagat aneh Beby yang sedari tadi ia perhatikan. Seperti ada sesuatu yang tengah adiknya sembunyikan.

"Em, bang Dion mana bang?" Beby dengan cepat mencoba mengalihkan topik pembicaraan mereka.

Seakan tahu maksud Beby, Nio hanya menghela napas. Walaupun begitu ia tetap menjawab, "baru aja pergi waktu Beby pulang."

Beby mengangguk mengerti.

"Beby!"

Suara bariton dari arah seberang itu membuat keduanya menoleh.

"Ya abang?"

Damian malah gemas sendiri pada Beby ketika adiknya itu mengerjakan matanya lucu dengan bibirnya yang belepotan.

"Abang dari mana?" tanya Nio.

Damian melirik singkat adik lelakinya itu, "dari luar."

Jawaban singkat dari abang tertuanya membuat Nio berdecak dan memutar bola matanya malas.

Sementara Damian tak begitu mempedulikan Nio, ia menepuk puncak kepala Beby.

"Abang tadi nyariin Beby. Kenapa Beby belum ganti baju? Besok kan seragamnya dipakai lagi." Kata Damian sembari mengambil tisu yang selalu tersedia dimeja makan. Ia mengusap bibir Beby yang penuh dengan bubuk kakao dari tiramisu.

"Tapi kue-nya belum habis," Beby mempoutkan bibirnya.

Damian terkekeh gemas. "Beby ganti baju dulu, seragamnya udah dipakai seharian kumannya banyak takutnya nanti Beby sakit, apa abang beliin seragam baru aja?"

"Ihh gak usah abang, Beby mau ganti baju," seru Beby.

Sedangkan Nio yang merasa terabaikan hanya bisa memperhatikan abang dan adiknya, sesekali menyuapkan kue kedalam mulutnya.

Damian tersenyum kecil dan mengacak rambut Beby, "jangan lupa mandi juga" tuturnya.

Gadis itu hanya mengangguk dan segera berlari kecil menuju kamarnya meninggalkan kedua abangnya yang tersenyum hangat.

Sesampainya, Beby membuka pintu kamarnya. Matanya membola ketika melihat sebuah boneka beruang sebesar dirinya dengan sebuah hadiah disamping boneka tersebut.

***

Hari ini, Nio berada di rooftop sekolah. Ia melirik benda yang melingkar di pergelangan tangannya. 08.20 yang artinya pelajaran sudah dimulai sejak tadi. Tapi ia tak terlalu peduli, yang ia pedulikan sekarang ialah ia perlu berbicara hal penting dengan sosok yang tengah membelakanginya.

"Perlakuan abang itu udah keterlaluan!" Nio memulai percakapan pertama mereka dari sepuluh menit yang lalu mereka berada disini.

Lelaki itu masih diam. Tapi ia membalikkan badannya.

"Kenapa sih abang sebenci itu sama Beby?! Cuman dikasih bekal gak ada salahnya diterima kalo gak suka seenggaknya gak usah dibuang!"

Lelaki itu, Azka. Tersenyum sinis, "dia ngadu?"

Nio menggeram marah, ia maju dan memukul wajah Azka tepat dipipinya. Tetapi Azka tak membalas membuat Nio mencengkram kerah baju abangnya. "Kalo ada masalah kita bicarakan baik-baik jangan kayak anak kecil gini!" Bentak Nio.

Azka bedecih, "masalahnya gak sekecil yang lo kira, lo tuh gak tau apa-apa!"

Kembali Nio melayangkan tinjunya, masih dipipi sebelah kiri. Membuat sudut bibir abangnya itu mengeluarkan darah.

"MAKANYA LO BILANG!"

Azka hanya mendengus tanpa melakukan perlawanan. Ia terlihat merogoh sesuatu dari dalam saku dan melemparkan buntalan kertas pada Nio.

Hal itu membuat Nio mengerutkan keningnya. Ia melepaskan cengkramannya dan mengambil buntalan kertas tadi yang jatuh.

Nio membuka kertas yang sudah lecek itu. Lalu membaca isi dari kertas tersebut.

Pupil Nio membesar, ia terlihat terkejut.
"Beby anak kandung papa?!"



Tbc

Udah segini aja biar kalian pada penasaran😭😭
Harus penasaran pokoknya-maksa.

Jangan lupa vote dan komen! Biar aku ada mood buat cepet-cepet update nya

Senin, 17 Agustus 2020

alalaylay

Beby and Brother's [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang